Cek emailmu. Kau akan senang membacanya.
Ranan langsung membuka surel yang dimaksud. Seseorang yang memiliki nama akun Mohonduras mengirim sebuah file. Ranan membukanya, dan mendapati puluhan halaman word termuat. Binar matanya menyala nyalang. Laki-laki itu lalu mencetak semuanya supaya lebih nyaman dibaca.
Polisi lagi-lagi menemukan hal baru. Sesuatu yang menarik perhatian Ranan kali ini adalah mengenai sesosok mayat yang awalnya tersembunyi dalam semak belukar. Semua keterangan yang tercantum disertai foto. Tentu tidak mudah bagi Mohonduras untuk mengirimkan file teramat rahasia itu pada Ranan.
Mayatnya sudah dipenuhi bercak-bercak biru kehitaman. Usianya—lagi-lagi—masih tergolong remaja. Gadis itu bernama Windy. Dia menghilang kurang lebih satu setengah tahun yang lalu. Mayatnya terbalut gaun putih seperti baju tidur. Sementara itu, maksud dari kata "senang" yang dituliskan Mohonduras tidak lain adalah titik-titik luka tusukan yang ditemukan nyaris di sekujur tubuhnya.
Bekas suntik yang sepertinya dihujamkan kasar.
Ranan ingat. Ada empat kasus orang hilang dalam radius lima kilometer dari bukit Sukma. Mereka semua adalah gadis remaja yang duduk di bangku SMA. Korbannya selalu sama. Pada akhirnya dia akan ditemukan tewas mengenaskan. Dan apabilan dugaan Ranan benar, tawanannya tinggal seorang lagi.
Ranan kembali pada komputernya, membuka salah satu folder. Beberapa detik kemudian, muncul foto beserta biodata seorang gadis.
Euodia Mustika. Hilang sembilan bulan lalu.
Kalau polisi tidak cepat-cepat menemukannya, gadis itu juga mungkin akan bernasib sama.
Tunggu sebentar. Berapa bulan?
Ranan buru-buru menelusur korban terakhir sebelumnya. Gadis yang ditemukan dengan luka fatal di kepala—kecelakaan yang disengaja. Saat itu, lima bulan terhitung semenjak dirinya dilaporkan hilang.
Jadi, para gadis itu dibunuh bukan karena lamanya mereka mendekam? Apa yang membuat Euodia yang dikurung selama sembilan bulan dirasa lebih patut dipertahankan daripada si Gadis lima bulan? Apa yang membuatnya istimewa? Pertanyaan lain juga membuat benak Ranan tidak pernah bisa berhenti berpikir: apa yang Bertha lakukan sehingga dia dibunuh saat itu juga? Lantas apa yang Tiara miliki sehingga dia juga seolah mengincar gadis itu?
Sampai sejauh mana semua ini akan berlanjut?
***
Tiara mengangkat alis mengetahui Yanet tetap berjalan di sisinya, sementara Logan telah lebih dulu masuk ke kelasnya."What are you doing?" tanya Tiara.
"Going to my class?" Yanet mengedikkan bahu. Melihat Tiara tetap bingung sesampainya mereka di ambang pintu kelas, Yanet menambahkan—tidak lupa memberikan penekanan, "Our class."
"Sejak kapan kau pindah kelas?"
"Oh.." Yanet menggaruk belakang kepalanya, mencoba mengingat-ingat. "Mungkin seminggu yang lalu. Entahlah." Salah seorang guru lemah terhadap sogokan, jadi Yanet bisa dengan mudah meminta usulan pindah kelas.
"Kenapa?"
"Change the atmosphere."
Yanet melengos, enggan ditanyai. Dia lalu masuk lebih dulu. Ketika itulah, pandangan Tiara terpaku begitu melihat teman sebangkunya.
Sofi mengembangkan senyum begitu melihat Tiara.
"Kapan kau masuk? Kenapa aku tidak tahu?" tanya Tiara lantas mendelik pada Yanet.
"Aku mau kasih tahu kamu, tapi Yanet bilang jangan dulu," jawab Sofi. "Dia bilang kamu musti masuk dulu biar tahu. Biar jadi kejutan. Trus kamu kenapa nggak masuk seminggu? Kata Yanet, kamu sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
When Marshmallow Meet Dark Chocolate
Mistério / SuspenseStatus: COMPLETED, buku II seri kembar Tiara Chrysantee Len--kembar keempat "Pilih salah satu: mati di tanganku, atau bunuh dirimu sendiri."