Fara menggigit bibir bawahnya-tak sabar, sementara dua kroninya masih mencopot paksa pembebat di lengan kanan Tiara. Sama dengannya, kedua orang itu juga tidak sabar. Mereka ingin cepat-cepat menyelesaikan semuanya hingga bisa buru-buru kabur. Gawat apabila sampai ada orang yang memergoki, apalagi mereka tahu benar Tiara tidak sedang sendirian. Gadis itu tadinya bersama dengan seorang wanita dewasa, dan seseorang lagi yang wajahnya tidak terlalu kentara.
Merekam semua yang mereka lakukan dalam kamera ponsel, Fara perlahan menyadari ada yang salah. Namun sayang, firasatnya datang terlambat.
Kenapa Tiara tidak berusaha melepaskan diri? Gadis itu memang dibekap terus-terusan, tapi kenapa tidak ada secuilpun suara keluar? Tiara begitu ekspresif. Karakternya blak-blakan berkat terbukanya topeng manis gadis itu sebelum mendorong Fara ke sungai. Kenapa tangis tanpa suara dari dirinya membuat Fara gelisah dan juga.. takut?
Mereka nyaris melepaskan semua pembebat itu, bahkan mencopot paksa dua bilah kayu yang terpasang-sialnya mencabutnya kasar hingga merobek sehelai pembebat yang masih melingkar. Apa yang mereka lihat kemudian, membuat ketiganya membeku.
Bentuk lengan itu bengkok-tidak seperti bentuk yang seharusnya. Terdapat tulang yang seakan berusaha melesak keluar. Permukaan kulit di sana pun dipenuhi warna-warna lebam: merah karena pendarahan dan rona gelap karena beberapa hari telah terlewat. Mereka tambah tertegun melihat Tiara menyeret tubuhnya sendiri untuk mundur. Gadis itu ketakutan dengan mata yang menyorot liar, tidak ke arah mana pun. Ketika punggungnya menghimpit dinding, dia bahkan masih terus-terusan berusaha mundur.
Seakan-akan mereka akan menyakitinya lagi. Seolah-olah tidak ada yang akan menolongnya.
Baik Fara dan dua yang lain mematung-tidak menyangka luka itu ada sedari awal, bahkan lebih parah dari yang bisa dibayangkan. Terlebih lagi, sesosok yang berada di hadapan mereka kali ini seperti bukan Tiara yang mereka kenal.
Kekalutan mereka disentak paksa ketika dari belakang, plastik yang berisi beberapa kaleng minuman tiba-tiba terjatuh. Mereka sontak menoleh ke asal suara itu.
"Tidak.." Seorang gadis langsung berlari menghampiri Tiara.
Merasakan sinyal bahaya apabila mereka berada di sana lebih lama lagi, dua teman Fara buru-buru kabur. Sementara itu Fara justru mematung gugup. Sama sekali tidak menyangka perbuatannya akan jadi sebegitu mengerikan. Mendadak saja, gadis yang baru datang tadi melangkah cepat menghampirinya lalu menampar Fara. Saking kerasnya tamparan itu, Fara sampai terjatuh ke belakang. Tidak cukup sampai di situ, gadis itu bahkan menarik tubuh Fara mendekat padanya dengan menjambak rambutnya.
Fara tambah tercengang melihat wajah yang sama persis dengan Tiara.
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan pada adikku?" tanya Melisma menahan getaran amarahnya.
Fara terlalu ketakutan hingga tidak mampu membalas pertanyaan itu.
"Aku akan pastikan kau mendapatkan masalah yang jauh lebih besar dari ini."
***
Damar pikir hanya kebetulan saja ada dua orang yang-sepertinya turis-mengikutinya dengan berlari saat dia akan pulang. Saat Damar berlari menanjak menuju ke satu-satunya bangunan di ujung bukit Sukma, dua orang itu rupanya masih terus mengekor. Heran dan penasaran, Damar akhirnya menghampiri kedua orang tadi.
"Maaf, sebelumnya. Apa kalian mengikutiku dari tadi?" tanya Damar sambil berkacak pinggang.
Salah satunya seorang laki-laki, berpostur sangat jangkung dengan lekuk otot yang terlihat jelas. Pandangannya sama sekali tidak ramah. Rahangnya tegas dan memberikan kesan kuat. Keseluruhan wajahnya terlihat asing, persisnya dia seperti bukan orang Indonesia. Kulitnya agak gelap, namun tidak hitam. Mungkin kulit itu gelap karena sering terpapar sinar matahari. Dilihat dari tubuhnya, sepertinya laki-laki itu juga sangat menggilai aktivitas fisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Marshmallow Meet Dark Chocolate
Misterio / SuspensoStatus: COMPLETED, buku II seri kembar Tiara Chrysantee Len--kembar keempat "Pilih salah satu: mati di tanganku, atau bunuh dirimu sendiri."