Samsak dihantam berkali-kali. Kepalan tangan gadis itu terlontar, kakinya mengayun lalu menendang. Samsak merah itu terombang-ambing. Meski beratnya jauh melebihi Yanet, namun geraknya melampaui orang yang sedang melampiaskan rasa frustasinya. Baru setelah tubuh rampingnya telah banjir peluh, dia berhenti.Dia melepas pembalut di tangan kirinya ketika mendengar seorang wanita menjerit. Mengernyit, dia lalu melongok keluar di mana arboretum samping manor tampak semakin cantik biarpun hanya sebulan terlewat. Seorang wanita berbaju maid mengaduh sambil memegangi pinggul.
"Ada apa?" Yanet bertanya.
"Ma-maaf," ucap si Maid. "Saya kepleset."
"Aku akan memberimu pelajaran kalau sampai batu di sini rusak," ancam Yanet membuat maid itu mengulangi permintaan maafnya. Wanita itu meringis sekilas pada Yanet sebelum pergi.
Yanet membisu. Dari jarak beberapa meter, pandangannya menelusur bebatuan kolam. Air di dalamnya menjadi tempat tumbuh teratai dan ikan berwarna warni. Tidak lupa juga tanaman hias mengitarinya. Seseorang dapat juga berpijak pada batuan melengkung di tengah-tengah yang berfungsi sebagai jembatan.
Sayangnya orang yang seharusnya menikmati hadiah kecil seperti arboretum di manor mereka belum sekalipun melihat.
Menghela napas panjang, Yanet kembali ke bangunan kecil dekat sana yang digunakan sebagai tempat latihannya. Namun sebelum berada cukup dekat ke pintu masuk, bunyi seseorang memukul-mukul samsak membuatnya mengerutkan kening.
Siapa yang ada di sana? Apa Logan telah kembali?
Yanet berdiri di ambang pintu, melihat sosok belakang perempuan dengan rambut pirangnya yang memantulkan cahaya. Yanet sempat terpaku, tapi kemudian biji matanya menyorot tidak senang. Perempuan itu menoleh. Tatapan mereka bertemu dan ekspresinya sama persis dengan yang ditampakkan Yanet. Iris matanya biru indah.
"Siapa kau?" tanya Yanet.
"Aku yang seharusnya tanya." Perempuan itu membalas dengan nada sengit. Dia melangkah mendekati Yanet juga menatapnya tajam. "Siapa yang membolehkanmu memakai tempat ini?"
Tanpa memutuskan kontak mata keduanya, perempuan yang belakangan Yanet tahu dipanggil Oleander itu sempat mengerjap. Dia lantas tertawa keras. Bukan tawa yang menyenangkan. Tawanya cenderung mengejek.
"Itu kau?" Logat Rusianya begitu kental. "Pelacur yang dia pungut dari selokan?"
Apa? Yanet mengepalkan tangannya kuat.
Itu pertemuan mereka untuk yang pertama kalinya. Seringai Oleander selalu tampak jahat bagi siapa pun. Mulanya Yanet mengira perempuan itu sebagai penyusup. Tapi ketika kalimat ejekan itu terlontar dari mulutnya, Yanet tahu Oleander juga berhak mengenakan manor itu—terlebih dia sudah lebih dulu ada di sana sebelum Yanet. Sedikit pun Yanet tidak memperkirakan hasrat membunuh yang terus ada dalam darahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Marshmallow Meet Dark Chocolate
Mistério / SuspenseStatus: COMPLETED, buku II seri kembar Tiara Chrysantee Len--kembar keempat "Pilih salah satu: mati di tanganku, atau bunuh dirimu sendiri."