"Buat saja alasan," kata Yanet masih berbisik. "Dia hanya harus pergi dari sini. Nanti akan kususul. Sekarang."
Abe tampak terkejut karena tiba-tiba Logan menariknya. Logan mengatakan sesuatu, lalu tanpa menunggu balasan dari Abe, laki-laki itu menariknya pergi. Sepertinya Logan menggunakan alasan yang sifatnya mendesak supaya Abe tidak curiga.
Perhatian Yanet beralih ke dalam, di mana Damar dan yang lain menghampiri Tiara. Gadis itu tidak henti-hentinya menangis meraung. Dia ketakutan setengah mati. Tubuhnya juga tetap gemetaran meski Damar menutupinya dengan jaket lalu merangkulnya dengan harapan supaya dia tenang. Kemudian saat mereka membawa Tiara pergi, Yanet masuk.
Bau amis membuat perutnya bergolak. Kalau tidak cepat-cepat dibersihkan, semua bangkai itu akan tambah menjijikkan.
Pandangan Yanet berkeliling, namun dia tidak menemukan apa pun yang berarti.
Kenapa? Pikirnya bertanya. Meski berhasil mendapatkan Tiara, gadis itu tidak terlihat terluka—well, dia harus mencari tahu sendiri nanti. Selain reaksi syoknya yang wajar, Yanet tidak menemukan masalah lain. Padahal orang itu bisa saja menculiknya, bahkan langsung membunuhnya. Terlebih lagi, Yanet sayangnya belum mengetahui kenapa Tiara bisa berperan sebagai magnet.
Apa dia melakukan ini karena iseng semata? Atau apakah Tiara punya sesuatu yang dia inginkan? Apa ada hubungannya dengan Bertha?
Ponsel Yanet bergetar singkat. Pesan singkat dari Logan.
Usual place
Yanet memasukkan kembali ponsel itu ke saku. Sekarang dia harus mengurus hal lain. Soal Tiara bisa menyusul nanti.
***
Mereka mengabaikan tatapan-tatapan yang menjadikan mereka sebagai barang tontonan. Saat jaket Damar kurang lebar untuk menutupi gadis itu, mereka tahu harus segera melakukan sesuatu. Tangisan Tiara akan mengundang lebih banyak perhatian nantinya. Orang-orang pun akan bertanya-tanya mengapa gadis itu berlumuran cairan kental merah yang berbau busuk.Damar berdecap. Mendadak didekapnya erat tubuh Tiara lalu mengangkatnya, sembari menenggelamkan wajah menyedihkan itu pada dadanya. Damar lantas berlari secepat yang dia bisa, kembali ke rumah. Persetan dengan pelajaran hari ini. Toh dia yakin kalau semuanya akan kompak membolos.
Sesampainya mereka di rumah, Damar memanggil-manggil Susan. Laki-laki itu berjalan cepat menuju kamar Tiara. Dalam keadaan seperti itu, Tiara akan butuh bantuan.
"Kami di sini," kata Damar sembari menangkupkan kedua tangannya pada gadis itu. "Kamu akan baik-baik saja. Tenangkan diri dulu, oke?"
Nyatanya gadis itu menggeleng cepat. Tiba-tiba dia juga mendorong Damar mundur, dan langsung menutup pintu, bahkan menguncinya. Tangisnya pecah untuk yang kesekian kali. Tersungkur, Tiara meremas dadanya sendiri.
Dalam ingatan yang mampu dia putar, Tiara jauh lebih menjijikkan dari yang biasa mereka lihat. Pandangannya menyapu sekeliling, kalut dalam kemarahan. Dia berlari masuk ke dalam kamar mandi dan terduduk di bawah shower yang menyala maksimal. Kukunya menggosok apa pun yang melekat pada dirinya, termasuk kulitnya sendiri—tidak peduli lama kelamaan akan timbul luka. Darah yang menempel sedikit demi sedikit luruh, namun perasaannya tidak kunjung membaik.
Kotor.
Menjijikkan.
Dia telah membuat dunia Tiara gelap seketika.
***
Abe mulanya tidak punya kecurigaan apa pun pada Logan. Laki-laki itu menggiringnya ke gang-gang sempit, kemudian berakhir pada sebuah pekarangan yang tidak terawat di depan sebuah rumah tua. Apa yang akan mereka lakukan di sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
When Marshmallow Meet Dark Chocolate
Mystery / ThrillerStatus: COMPLETED, buku II seri kembar Tiara Chrysantee Len--kembar keempat "Pilih salah satu: mati di tanganku, atau bunuh dirimu sendiri."