"Don't you love me...?"
Gadis itu menatapnya penuh harap, mengamati setiap detil reaksi yang Ranan tampakkan. Meski laki-laki itu bergeming dan masih tetap mengarahkan ujung belatinya pada Tiara, dia merasakan sesuatu yang luruh. Genggaman itu mengerat bersamaan dengan dinding keegoisannya yang tidak kunjung berkurang.
Tiara bisa melihat kegagalannya. Tapi dia tetap tidak menyingkir.
Damar mendapati tubuh kurusnya gemetar menahan rasa takut. Namun selimut abu-abu terlalu pekat menutupi batinnya hingga untuk membuat Tiara pergi pun tidak sanggup. Ulu hati Damar telah terlalu lama terhimpit menyakitkan akibat luka menganga yang tidak kunjung berhenti mengalirkan darah.
"Aku hanya akan mengulang sekali lagi," kata Ranan akhirnya. Meski terkesan seolah keduanya saling menatap, sorot Ranan sebenarnya menghindari iris jernih gadis itu. "Pergi. Menjauh dariku!"
"HOW COULD I?!!" Keras kepala. Tiara lagi-lagi berteriak—seolah dengan memberikan penekanan, Ranan akan mendengarnya. "Untuk seseorang yang aku datangi tiap malam.. yang denganku dia membagi sepi.. dan yang akhirnya perlahan menerimaku. When I woke up this morning.. my hand still warm.. but then it was became cold when I didn't see him..."
Sedetik. Dua detik. Saat-saat yang panjang...
"Please bring him back to me.." Tiara memohon. "Because now I'm so afraid that I couldn't see him anymore..."
Pegangan Ranan terlepas dari pisaunya. Namun sialnya raut kelam laki-laki itu belum memudar. Dia berjongkok supaya pandangan keduanya berada di garis yang sama. Sepasang tangannya tiba-tiba terjulur cepat ke leher Tiara. Tiara tercekat. Jari-jari yang dingin itu tanpa ragu menekan kuat untuk menyumbat pembuluh darahnya.
"Ranan!" Damar terperanjat. Suaranya hampir-hampir tidak keluar.
Logan yang berada tidak jauh dari mereka bereaksi sama. Tapi ketika tatapannya dan Tiara tidak sengaja bertemu, gadis itu seolah memohon padanya supaya tidak mendekat. Bersamaan dengan itu cengkeraman Ranan makin kuat hingga napas gadis itu terputus-putus sementara mulutnya membuka. Tiara makin ditekan dan sekarang pandangan berkunang-kunang.
"Vrtnica!" Lava tiba-tiba menyentak Ratimeria saat kegelisahannya mulai mencapai puncak. Berbanding terbalik dengan dirinya, Oleander hanya diam sembari tersenyum sedangkan Ferox masih membisu.
Lava berdecap karena peringatannya sama sekali tidak digubris. Saat dia akan mengarahkan moncong senapannya lagi, ganti Oleander yang bereaksi. Perempuan itu merangkulnya saat itu juga dengan menempelkan ujung belati ke leher Lava.
"Jangan merusak suasananya," bisik Oleander.
Logan sangat ingin memisahkan mereka berdua, tapi entah kenapa kakinya terpaku di titik dia berpijak sekarang. Damar bertindak dengan mencoba menahan tangan Ranan, namun tenaganya tidak sebanding.
"Kita tidak seharusnya bertemu," kata Ranan tajam. Di mata Tiara, sosoknya menjulang menaunginya dalam kegelapan.
"Bukan aku... yang memulai... interaksi pertama kita!" Tiara masih belum menyerah. Kedua tangannya memegangi pergelangan tangan Ranan.
"Kau benar-benar pencuri."
"I don't mind... repeat that.."
"Ranan!!" Damar berteriak saat Ranan tambah mencekik Tiara.
"Kau benar-benar naif.. percaya kalau aku tidak bisa melenyapkanmu saat ini juga?" Ranan berkata sinis.
"La—lakukan.." Tiara terbata. Namun berikutnya bentakannya menyentak dengan sangat jelas. "But please.. PLEASE! PLEASE!!! DO BELIEVE ME THIS ONCE!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Marshmallow Meet Dark Chocolate
Misteri / ThrillerStatus: COMPLETED, buku II seri kembar Tiara Chrysantee Len--kembar keempat "Pilih salah satu: mati di tanganku, atau bunuh dirimu sendiri."