41. Red Velvet Lava

1.3K 165 4
                                    

Ini akan sedikit menyakitkan..

Tiara menggertakkan rahangnya ketika dia justru melilitkan kawat-kawat itu dengan kuat pada telapak tangan kanan. Wajahnya meringis menahan perih. Tubuh itu lantas berayun pelan—makin lama makin kencang. Mengambil timing tepat, dia melompat, melingkarkan kedua pahanya pada salah satu batang pagar. Tiara melepaskan lilitan kawat tadi sebelum mengangkat tubuhnya sendiri ke atas. Badannya yang ramping menyelinap pada rongga pagar—agak bersusah payah namun sukses.

Seseorang yang melihat dari kejauhan semenjak tadi mengerutkan kening tidak suka. Dalam hati dia membatin setelah menyaksikan dengan kedua matanya sendiri: Tiara benar-benar tidak mudah didorong dalam tekanan. Kalau pun dia jatuh, maka dengan gampangnya dia akan bangkit lagi. Apa yang Tiara alami selama ini justru membuat gadis itu semakin kuat alih-alih ketakutan.

Dan entah kenapa orang itu makin terbakar rasa iri.

Berhasil naik lagi ke atas, Tiara membiarkan dirinya berbaring meski di atas lantai yang sangat berminyak. Sejenak, dia berusaha mengatur kembali napas yang labil. Seseorang sengaja menaruh ponselnya di atas pagar setelah menumpahkan minyak yang banyak di lantai. Seandainya dia tadi tidak bergerak cepat, tentunya Tiara tidak akan terluka seperti ini.

Melihat telapaknya yang berlumuran darah, gadis itu terdiam. Tangannya yang lain mengusap lantai lalu mengendusnya.

Harum.

Tiara lalu bangkit berdiri. Hati-hati, dia mengambil lagi ponselnya kemudian masuk ke dalam. Langkahnya berhenti dekat bangku Selin dan Diah. Pertama dia menumpahkan seisi tas Selin. Tidak menemukan apa yang dia cari, Tiara beralih pada tas Diah. Ketika semua isinya dikeluarkan, tatapannya langsung terpaku pada sebuah botol yang telah kosong.

Kenapa bocah sialan itu membawa olive oil ke sekolah?

Tiara akan mendapatkan jawabannya sesegera mungkin saat mereka kembali nanti.

***
Saat akhirnya kembali ke Redinata, Yanet berpapasan dengan Sofi di koridor bawah. Gadis itu tersenyum, namun Yanet tidak membalas. Ingat kalau Tiara tidak ikut ke taman kota, Yanet pun bertanya.

“Kau tidak bersama Tiara?”

“Dia tadi ke kelas buat ambil hape. Tapi aku tunggu, dia nggak ke UKS lagi,” jawab Sofi. Mereka berjalan beriringan naik tangga bersama dengan gerombolan anak-anak yang lain.

Mereka tidak lagi bicara sesampainya dekat ambang pintu kelas. Yanet mengerjap menyadari tingkah anak-anak kelas itu aneh. Mereka saling berbisik dengan melirik ke satu arah.

“Kau sengaja menumpahkan ini ke balkon?”

Yanet bisa mendengar nada suara Tiara menahan marah. Ketika dirinya dan Sofi makin mendekat ke bangku mereka, Tiara sedang berdiri memunggungi. Di depannya ada Diah dan Selin yang tampak bingung.

“Itu memang punya gue! Tapi gue sama sekali nggak tahu kenapa sampai tumpah di situ! Buat apa gue ngelakuin itu?!” Diah membela diri.

“Buat apa?” ulang Tiara ditambah senyum sinis. Kesal, dia membanting botol kosong itu. “Sumber onar di sini selalu kalian berdua! Sekarang bukan hanya Sofi, terus berganti padaku?”

“Berhenti!” Selin ikut-ikutan. Otomatis di saat seperti ini dia akan membela Diah. “Gue terus sama dia sejak pagi tadi dan Diah nggak pernah ngelakuin hal yang lo tuduhin sekarang! Beraninya asal nyalahin?!”

“Kalian sekongkol?” geram Tiara mendadak menunjukkan tangannya yang berlumur darah dan agak sedikit mengering. “Cuma buat aku merasakan ini?”

“Cewek itu kenapa lagi sih?” gumam seseorang yang bergidik dekat Yanet.

“Kita nggak tahu apa-apa! Ngerti nggak sih lo! Nggak usah pake asal nuduh kenapa?!” Emosi Selin terpancing. Tiba-tiba saja dia mendorong bahu Tiara.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang