Logan menatap lurus-lurus mata gadis itu yang nanar, penuh semburat kemerahan. Seperti bersiap menerima penolakan, tapi di saat yang sama tidak bisa memikirkan cara lain. Walaupun menyadari efek di tubuhnya sekarang, Tiara tidak akan mundur. Karakternya yang ringan telah menguar. Logan yakin dia bisa melakukan apa pun meski hanya mengandalkan tubuh ringkih tersebut.
Kegelisahan Tiara juga makin menjadi saat Logan membutuhkan waktu cukup lama untuk menjawabnya. Gadis itu meremas kuat ujung lengan kursi roda, serta perhatiannya yang tidak lepas dari tiap rona yang dimunculkan Logan. Begitu Logan menghela napas, Tiara mengerjap penuh harap.
"Kau sebenarnya tidak perlu mengancamku," kata laki-laki itu saat memalingkan wajahnya ke arah lain. Sekarang ini hanya ada satu jawaban yang ada dalam benaknya. Apabila memenuhi permintaan Tiara, maka dirinya harus siap menerima konsekuensinya: kemarahan ibu, Ferox, juga campur tangan Oleander.
Tapi jauh di atas itu, benak Logan tidak kunjung lepas dari ingatan terakhirnya akan Yanet. Tiara belum mengetahuinya. Luki mengatakan pada Logan sebelum ini: gadis itu belum perlu tahu.
"Aku akan mengantarmu ke sana," jawab Logan akhirnya. "Tapi ini bukan untukmu ataupun Ranan." It's for Yanet. Logan diam sesaat. Di balik tubuh kekarnya, jantungnya berdetak lain. Otaknya mulai memilah segala hal: tempat yang akan mereka sambangi, situasi yang akan menyambut mereka, juga.. kawanan serigala yang ada dalam kandang.
"Kita tidak punya waktu lagi!" kata Tiara tidak sabar.
"Hanya kita berdua?" tanya Logan.
Tiara tertegun. Sedikit banyak, gadis itu pasti punya gambaran tersendiri mengenai apa yang ada di depan mereka. Sontak, Tiara menoleh pada Viola yang berdiri bersandar pada dinding dengan tangan menyilang. Pandangannya menuntut. Logan pun menoleh pada satu lagi kembar yang ternyata selama ini menyita hampir semua hidupnya.
So they're sisters, with very different colors.
"I'm in," celetuk Viola singkat.
Di saat yang hampir bersamaan, Luki rupanya menyusul. "Aku juga harus menemui Ranan."
"Dengan apa kita ke sana?" tanya Logan. Jika beruntung, mereka akan sampai ke tempat itu hanya dalam waktu setengah jam. Logan sendiri datang ke sana meminjam motor Lava tanpa seizinnya.
Mendadak gemerincing benda yang dilempar otomatis membuat Logan mengangkat tangan dan menangkapnya. Kunci mobil.
"Take mine." Viola lalu memasangkan jaket yang lebar pada Tiara sebelum mendorong kursi roda gadis itu keluar kamar diikuti Logan dan Luki.
***
"Ikut aku." Ferox berkata pada Ranan lalu berbalik ke arah di mana sebuah lorong gelap di tengah-tengah dinding menyambut mereka.
Melangkah di belakang Ferox, Ranan sempat melirik lagi pada Ratimeria yang masih tetap menunduk menatap cangkir tehnya. Mata laki-laki itu juga sempat bertemu dengan Oleander yang tampak menyeringai antusias. Baik Oleander dan Lava tidak menunjukkan tanda-tanda untuk juga menyusul Ferox. Sosok ketiganya pun lenyap begitu Ranan makin jauh masuk ke dalam.
Lorong dengan lampu temaram mereka susuri seolah tidak berujung. Ketika akhirnya laki-laki di depannya berhenti, Ranan melihatnya meraba sekilas sisi kanan pintu besi. Bunyi derit nyaring menambah degup jantung Ranan. Oleh sebab pintu yang berat itu, Ferox harus mendorongnya menggunakan tenaga. Laki-laki itu kemudian agak menyingkir ke samping, seolah memberi isyarat pada Ranan untuk masuk lebih dulu.
Di dalam sama sekali tidak terdapat penerangan. Gelap gulita. Ranan hanya melangkah tiga kali, setelah itu dia berhenti. Keheningan membuat semua inderanya lebih peka. Meski tidak melihat apa pun, Ranan bisa merasakan ada sesuatu di sana. Selanjutnya tanpa sepengetahuan Ranan, Ferox meraba dinding dalam tidak jauh dari pintu. Ketika jemarinya menemukan sakelar, saat itu juga semua lampu menyala. Lampu-lampu itu menggantung dengan kabel yang mengulur panjang. Hawa dingin yang menerpa Ranan ternyata bukan karena ruangan itu terbuka, melainkan keluasan serta kelembaban udara di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Marshmallow Meet Dark Chocolate
Mistério / SuspenseStatus: COMPLETED, buku II seri kembar Tiara Chrysantee Len--kembar keempat "Pilih salah satu: mati di tanganku, atau bunuh dirimu sendiri."