Dia berjinjit ketika masuk. Di belakangnya, Yanet mengutak-atik ponsel bersisian dengan Damar yang terus mengangkat alis. Bagas tertinggal. Laki-laki itu tidak ikut masuk ke bangsal dan lebih memilih duduk di bangku tunggu melihat ikan dalam akuarium.
Tiaralah yang bersikeras menjenguk Sofi hari itu juga karena tidak sabar. Sudah lewat tiga hari semenjak kejadian yang menimpa Sofi. Sebelum ke sana, Tiara juga minta dibelikan bunga—isi dompet Yanet yang dikorbankan. Tiara pernah tidak sengaja melihat isi dompet si Gadis berambut merah menyala itu. Tebalnya bisa membuat siapa pun menganga.
"Di mana?" Tiara celingukan empat dari enam ranjang yang tersedia ditempati oleh orang lain. Satu ranjang kosong, sedangkan satu ranjang yang tersisa dalam keadaan tertutup tirai. "Apa dia tidur?"
Berdecap, Yanet mendahului mereka dengan mengintip. Dia berganti menoleh pada Tiara dan Damar, mengisyaratkan kalau Sofi benar di dalam.
"Jenguk Sofi?" tanya seseorang di belakang mereka, sampai-sampai Tiara terperanjat. Mereka mendapati seorang wanita melemparkan senyum ramah.
"Iya, Bu. Kami temannya Sofi," kata Damar lalu menyalaminya, bergantian dengan Tiara dan Yanet.
"Buka saja tirainya. Nggak apa-apa," katanya. Karena mereka terlihat sungkan, dia sendiri yang lalu menyibakkan tirai, lalu menggelarkan tikar supaya mereka bisa duduk bersila.
Tiara lebih dulu menaruh buket bunga yang dia beli ke atas meja, tapi geraknya berhenti saat melihat beberapa tangkai bunga di vas yang telah layu. Meski bentuknya sudah tidak karuan, Tiara yakin itu bunga krisan. Gadis itu memiringkan kepala.
Apa ibu Sofi sendiri yang membelinya? Atau apakah ada penjenguk selain mereka yang duluan ke sana?
Bunyi berisik plastik pembungkus bunga sayangnya membangunkan Sofi. Gadis itu membuka mata dan mengerjap-ngerjap sebentar. Melihat Tiara, kedua sudut bibirnya terangkat.
"Halo, Tiara," sapa Sofi meski agak serak.
"Maaf. Aku membangunkanmu ya?" ucap Tiara merasa bersalah. "Bagaimana keadaanmu?"
"Sudah jauh mendingan. Rasanya ingin banget tidur terlentang... tapi belum boleh." Dia tertawa sekilas. "Makasih sudah jenguk.. Maaf, juga nggak bisa temani kamu ke pasar malam.."
"Dasar..," gumam Tiara sembari tersenyum hambar.
"Kalian nomor tiga yang jenguk aku di sini..," ujar Sofi. "Kemarin guru yang datang.. Dan sebelumnya ada satu orang lagi.."
"Siapa?" tanya Yanet.
"Mungkin karena aku ngantuk, aku nggak terlalu ingat wajahnya. Ah, dia bawa bunga yang di vas itu.. Di sana juga masih ada kartu pesannya. Tapi aku nggak ngerti dia nulis apa."
Penasaran juga dijalari perasaan aneh, Tiara langsung menyambar secarik kertas yang terlipat dekat vas. Ketika membukanya, gadis itu membeku.
Ucapan semoga-cepat-sembuh macam apa yang terdiri dari potongan huruf-huruf dari koran?
Let's play again
***
Bagas baru saja membeli jus kotak dari kafetaria, ketika ketiga orang yang menjenguk Sofi bersamanya telah keluar. Dia memasukkan satu tangannya ke saku celana dan mendatangi mereka."Gimana Sofi?"
"Oh.. katanya lumayan mendingan," jawab Damar. Mereka—tidak terkecuali dia—lalu bersamaan menoleh pada Tiara.
Air muka Tiara begitu keruh. Entah apa sebabnya. Wajahnya agak pucat dengan beberapa bulir keringat dingin yang mengalir pada pipi. Gadis itu juga mendadak membungkuk memegangi lutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Marshmallow Meet Dark Chocolate
Misteri / ThrillerStatus: COMPLETED, buku II seri kembar Tiara Chrysantee Len--kembar keempat "Pilih salah satu: mati di tanganku, atau bunuh dirimu sendiri."