Eva melangkah gontai menghampiri rak loker lantas membuka salah satunya menggunakan kunci dengan hiasan kecil berbentuk orang-orangan kayu. Tiara pernah mengatakan gantungan kunci itu norak, sedang Eva langsung mengorek kuping pertanda tak peduli. Gadis dengan potongan rambut pendek bak laki-laki itu memilah buku yang harus dia bawa—karena di sanalah dia menyimpan buku-buku yang dipinjam, juga buku-buku pelajaran. Dia tidak mau kalau sampai repot membawa tas berat bolak-balik ke rumah.
Selesai dengan urusan singkatnya, Eva lalu menutup resleting tas kemudian menyampirkan talinya ke bahu. Tepat saat tangannya menutup loker, gadis itu seketika terperanjat mendapati sosok Tiara menatapnya tajam seraya menyilangkan tangan. Sejak kapan dia ada di belakang pintu loker yang terbuka? Tiara bahkan sengaja melebarkan mata sementara bibirnya terkatup—bagai boneka sekaligus hantu.
"Kau mengagetkanku," kata Eva. Rongga dadanya kembang kempis.
"Aku tahu. Aku sengaja," balas Tiara singkat. Bahkan tanpa memberi jeda, pertanyaan-pertanyaan dari mulutnya langsung tumpah ruah tanpa bisa direm. "Kenapa kau tidak datang? Apa alasannya? Apa itu lebih penting daripada janji yang kita buat berhari-hari sebelumnya? Kau memberikan tiket satu lagi pada siapa? Dheo ada di sana, dan kenapa aku sangat kesal? Kenapa aku sampai melihat dia menggandeng akrab seorang gadis sementara yang seharusnya menemani dia itu kau?"
"Please..." Eva mendesah. "Itu hanya selembar tiket. What is the big deal?"
"Apa?" Tiara yang tidak terima ditanggapi enteng langsung menarik tali ransel Eva ke arah kamar mandi.
Gadis itu mendorong pintu kamar mandi dengan kasar. Setelah mereka ada di dalamnya, dia lalu mengunci pintu tersebut. Perhatiannya lalu beralih pada pintu-pintu toilet. Demi memastikan tidak ada orang selain mereka, Tiara melayangkan tinju hingga papan kayu itu langsung membuka singkat. Sempurna, sekarang tidak ada yang akan menguping.
Eva menghela napas dalam-dalam. Dia menaruh ranselnya ke atas wastafel melihat Tiara yang uring-uringan. Gadis itu juga lantas menyilangkan tangan tatkala Tiara menghampirinya.
"What is the big deal?" Tiara mengulang perkataan Eva barusan. Dia merogoh tasnya, mengambil setumpuk foto dari sana. Selembar foto yang terletak paling pinggir lantas ditunjukkannya amat dekat dengan muka Eva. "Siapa ini? Kenapa mereka bisa bergandengan tangan? Jadi kau tidak tahu kalau semalam konserku jadi tempat mereka kencan?!"
Tiara melontarkan kalimat tanya lagi, dan pada pertanyaan terakhir dia nyaris menjerit. Ikut-ikutan kesal, Eva lalu mengambil foto itu dari Tiara kemudian mengamatinya seksama. Awalnya alis Eva bertaut, namun sesaat kemudian kelopak matanya berkedip lebih cepat mengenali gadis yang sedang bersama Dheo.
"Ini Fara..," gumam Eva.
"Siapa?"
"Fara," ulang Eva. "Kau harus belajar mengingat-ingat orang di sekitarmu. Fara itu sering ada di kelas yang sama denganmu. Dia juga anak pamanku."
Informasi terakhir membuat Tiara tercengang. Sempurna. Sekarang Tiara punya saingan menyebalkan, dan dia juga sepupu Eva. Apa yang lebih buruk dari itu?
"Kau tidak pernah tahu Dheo suka seseorang ya?" tebak Eva disertai decapan dan gelengan. Dia mengembalikan foto tadi pada Tiara.
Melihat gadis itu tetap bergeming, Eva lantas mengambil ranselnya lalu beranjak dari sana.
Perasaan Tiara campur aduk. Dia melihat sosoknya sendiri lewat cermin. Batinnya terus mengulang pertanyaan: apa yang salah? Sedetik kemudian, mendadak gadis itu menjerit sejadi-jadinya.
***
Seorang pria berusia awal lima puluh tahunan sedang mandi matahari, meskipun bukan di pantai. Kepalanya botak hanya di bagian atas, namun bulu alisnya tebal sekali juga acak-acakan. Dia hanya mengenakan kaus dalam dan celana pendek saat duduk di kursi karet. Beberapa saat kemudian datang seorang wanita yang juga sudah berumur membawa ember berisi pakaian yang direndam air detergen. Kaki wanita itu mendadak terpeleset kulit pisang lalu berteriak nyaring. Ember tadi terlepas, menumpahkan semua isinya ke sekujur tubuh suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Marshmallow Meet Dark Chocolate
Mistero / ThrillerStatus: COMPLETED, buku II seri kembar Tiara Chrysantee Len--kembar keempat "Pilih salah satu: mati di tanganku, atau bunuh dirimu sendiri."