what is this feeling?

166 36 23
                                    


Setelah Ken masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian, dia bersiap-siap untuk keluar rumah "Nata, mamah mau bicara sebentar" ucap Nasya dari balik pintu. "Masuk mah" ucapnya jutek, Nasya pun masuk ke dalam kamar dan duduk bersampingan dengan Nata di kasurnya.

Nasya menggenggam tangan anaknya erat dan Ken bingung dengan sikap mamahnya ini "Nata, kamu anak mamah dan papah, kita sayang sama kamu Nat, tapi kenapa sikap kamu ke papah tadi kasar?" ucapnya penuh kelembutan. Ini kesekian kalinya dia melihat sorotan mata mamahnya yang sangat sedih.

Ken melepas genggaman tangan Nasya "Dari dulu mamah selalu ngebelain dia, kenapa sih mamah ga pernah sadar? Kalo dia penyebab kepergiannya kak Reina, ayo dong mah sadar, kerjaannya dia itu cuma nuntut mah!" Ken bicara penuh emosi tapi masih sedikit lembut karna dia sedang bicara dengan mamahnya.

"Dia yang kamu maksud itu papah kamu Nata, kepergian Reina itu kecelakaan, kapan kamu sadar itu?" Nasya bicara sambil menahan air mata yang ingin jatuh ke pipinya.

"Kalo dia ga nyuruh kak Reina ke Eropa, kejadian ini ga akan terjadi mah, , dia ga sedih  sedikit pun atas kepergian kak Reina dan bahkan dia tidak pernah menyesali perbuatannya" sekali tamparan mendarat di pipi Ken dan pelakunya Nasya, dia sudah tidak kuat menahan air matanya lagi karna ucapan Ken sudah melewati batas.

"Mamah tau kamu masih belum terima Ken, bukan cuma kamu yang sedih, kita semua juga sedih, jangan kamu fikir papah kamu baik-baik saja saat dia tau pesawat nya hancur di dalam laut, dia sedih Nata, dia selalu nyalahin dirinya sendiri" kali ini Nasya yang bicara penuh emosi dengan air mata yang berlinang.

"Dia pantes untuk nyalahin diri sendiri, karna emang dia penyebab kepergian kak Reina dan mungkin aja itu hanya air mata palsu, mamah jangan terlalu percaya sama Tuan Royhan yang sangat terhormat" ucapan Ken bener-bener kasar. Terdengan penekanan demi penekanan di setiap katanya.

"KENDRANATA!!" teriak Nasya sambil menangis histeris di depan anaknya ini. "Ucapan kamu Nata, dia papah kamu" Ken sangat terkejut dengan reaksi mamahnya yang malah menangis histeris di hadapannya, tangisan yang beberapa tahun dia lihat saat mereka mendapat kabar kalau pesawat yang di taiki Reina hancur.

"Mamah" Ken berjalan mendekat mamahnya. "Mamah jangan nangis" saat Ken ingin memeluk mamahnya, dia malah di dorong menjauh oleh Nasya.

"Kamu jahat Nata, ucapan kamu itu nyakitin perasaan papah dan mamah, kamu berubah Nata, dulu kamu ga pernah ngebantah ucapan mamah, tapi sekarang, kamu jahat" Ken semakin mendekati Nasya, saat Ken terus mencoba memeluk Nasya dan selalu di dorong oleh Nasya "Kamu bukan Nata yang mamah kenal, kamu bukan Nata anak mamah!!".

Ken sangat terkejut mendengar ucapan Nasya, dan tidak lama Royhan langsung masuk ke dalam kamar Ken dan memeluk istrinya "Ini semua karna anda!!" itu ucapan terakhir Ken sebelum pergi meninggalkan rumahnya.

"Stop mah, jangan nangis seperti ini, ini salah aku seharusnya kamu ga ngelakuin hal tadi, biarin dia membenci aku, asal jangan kamu" mereka menangis dalam pelukan.  Lagi-lagi Royhan merasa gagal. gagal menjadi ayah dan suami.

                                      ⏭️⏮️

Saat Seina, Renhard dan Nathania sampai restaurant mereka langsung di sambut oleh pegawai yang bekerja di sana "Bagus tempatnya, pantesan mamah suka ke sini, yang dateng aja anak muda semua, biar berasa muda tuh dia" ledek Natha saat melihat kebanyakan yang datang adalah anak muda.

"Nah, bener banget kamu Nath, liat noh dia lasung ke mesin kopi, tapi kakak seneng liat mamah bahagia" ucap Renhard sambil memerhatikan Seina membantu pegawai melayani pesanan pelanggan.

"Kamu juga boleh main gitar di sana" Renhard menunjuk ruangan yang ada di pojok restaurant, disana ada piano, gitar, biola dan drum. karena biasanya setiap malam selalu ada yang perfom, Renhard membebaskan syapa saja untuk menggunakannya, karna dia sama seperti Natha, sangat mencintai musik.

Music, Love and Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang