Seperti biasa Agatha bangun dengan mata sembabnya. Iya, semalaman ia hanya menghabiskan waktunya untuk menangis. Gleyria yang sekamar dengannya pun tidak bisa tidur semalaman karena mendengar tangisan Agatha yang tiada henti. Kabar dari Raka pun tidak ia dapat sampai sekarang. Entahlah apa yang sebenarnya Raka lakukan di sana. Dari foto itu Agatha menyakinkan dirinya untuk tidak akan terlalu memikirkan Raka. Tentu saja itu sangat sulit. Bagaimana tidak? Agatha dan Raka sudah jujur dengan perasaan mereka masing-masing. Lalu maksud dari Raka apa memposting foto itu? Tentu saja ada kekecewaan yang Agatha rasakan. Agatha mencoba memikirkan hal itu kembali. Memang benar mereka sudah mengakuinya. Mengakui Perasaan mereka yang saling mencintai sejak beberapa tahun lalu. Dan memang benar tidak akan ada ending yang baik untuk mereka. Jadi mungkin saja wajar kalau Raka melakukan hal yang seperti itu. Apalagi Agatha ingat kalau mereka tidak mempunyai hubungan yang jelas.
"Raka mungkin udah mikir ke depan. Kita ngga mungkin bisa bareng. Jadi mungkin Raka udah beralih.."
"Mengakui perasaan masing masing bukan berarti kita mempunyai hubungan yang spesial kan? Raka aja ngga jelas mau hubungan kita gimana. Kaya nya gue yang berharap lebih" Agatha tersenyum miris seraya menghapus air matanya. Agatha sedang berada di taman belakang sekarang. Teman teman nya melanjutkan liburan yang sudah mereka rencanakan. Tapi Agatha lbih memilih uttuk berdiam diri di vila. Tentu saja ini akan menjadi liburan yang sangat tidak mengenakan bagi Agatha. Liburan seharusnya di isi dengan kegembiraan. Tapi apa? Agatha sama sekali tidak mendapatkan itu.
"Nangis lagi. Ngelamun lagi."
"Arka?!" Arka tersenyum lalu terduduk di samping Agatha dengan santai.
"Bukannya kamu ikut Fadlan Gleyria?" tanya Agatha.
"Ngga. Ngapain ikut? Ntar aku jadi nyamuk" kekeh Arka. Agatha hanya menganggukan kepalanya.
Arka memandangi wajah Agatha dari samping. Arka tersenyum miris. Kenapa perempuan ini sangat cengeng?
"Kenapa sih nangis terus?" Arka mendekatkan jarak duduk nya dan mengelus tangan Agatha pelan.Agatha menoleh seraya tersenyum paksa. "Aku ngga nangis. Aku cuma kecewa aja makanya air mata ku jatuh gitu aja" alasan macam apa ini?.-.
"Tetep aja nangis tapi"elak Arka tersenyum miring.
"Kenapa sih kamu ngga tanya langsung aja sama Raka?"
Agatha menghembuskan nafas beratnya. "Udahlah ngga usah di bahas Arka. Aku ngga ada hubungan apa apa kok sama Raka. Akunya aja yang--"kekeh Agatha miris.
"Aku ngga apa apa kok"lanjut Agatha. Arka mengacak rambut Agatha pelan.
"Sekarang kita mau ngapain?" Agatha mengangkat bahunya tidak tahu.
"Kamu masak aja yaa? Aku laper. Ntar aku bantuin deh"nyegir Arka. Agatha mengerutkan kening nya sejenak. Masak? Boleh juga. Dari pada ia harus galau karna Raka lebih baik ia mengisi waktu liburan nya dengan kesibukan.
"Boleh! Kamu pengen nya apa?" tanya Agatha.
"Pengen nya sate sih. Tapi ntar malem deh beli satenya. Sekarang masak apa aja yang kamu bisa" nyegir Arka.
"Iyaudah kita bikin sate aja"jawab Agatha tersenyum.
"Emang kamu bisa?" Agatha terkekeh. Tentu saja bisa, Sate adalah makanan favorit Agatha setelah bakso.
"Kamu berapa tahun sih pacaran sama aku sampe kamu ngga tau aku bisa masak apa aja"tawa Agatha.
"Yaa aku tau nya kamu emang suka sate tapi lihat kamu bikin sendiri kan ngga pernah. Orang kamu dulu ngga pernah masak buat aku kok"omel Arka.
"Kata siapa? Inget ngga bekal yang hampir setiap hari aku bawain pas kamu latihan basket?" Arka hanya memanggut-manggutkan kepalanya.
"Itu masakan buatan aku kali"dengus Agatha.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Promised [END]
Romance[SELESAI] "Sempat tersirat dalam benak ku bagaimana aku bisa menjalani semuanya tanpa memikirkan kedepan nya? Bagaimana bisa otak ku tidak mampu mencerna bagaimana yang terbaik untuk diri ku atau pun untuk orang yang aku cintai. Tuhan apa yang harus...