32. Ketulusan

97 8 2
                                    

"Sayang kamu bisa bantu mama?" Mengingat Lina yang akan terbang ke singapore beberapa hari lagi ia hanya bisa mengandalkan anaknya untuk mengurus perusahaannya sementara waktu. Walaupun Lina tau bahwa anaknya adalah seorang Guru tapi seperti biasa anaknya pasti tidak akan menolak.

"Perusahaan yaa ma? Bisa sih tapi jangan besok yaa?" ucap Agatha memperlihatkan gigi putihnya.

"Ngga besok kok. Dua hari doang, sabtu sama minggu kamu free kan?" Agatha mengangguk.

"Okey makasih yaa anak mama emang bisa di andelin banget" ucap Lina sumringah.

"Giliran gini aja Agatha yang kena" sindir Agatha malas. Lina hanya terkekeh melihat raut wajah anaknya yang tidak bersahabat.

"Besok mau pergi ke mana sama Raka?"

"Gatau"

Lina bahagia karna anaknya bisa bersatu dengan anak sahabatnya itu. Iya, Raka anak Dewi. Walaupun Dewi sudah tidak ada pasti Dewi melihatnya senang di atas sana.

"Ma aku boleh nanya ngga?" Lina mengangguk ragu.

"Makam mama Dewi di mana?" Lina tersenyum. Ternyata anaknya memikirkan orang sama.

"Di pakistan"

"Aku pengen ke sana. Pengen liat mama Dewi"

"Makanya kamu nikah sama Raka nanti bulan madu nya di sana" ucap Lina cekikikan.

"Idih mama apa banget udah ngomong nikah nikahan" sinis Agatha.

"Lho kamu udah dewasa nak, Raka juga. Kalian udah cocok kok. Kamu Guru sekaligus jadi pewaris perusahaan mama sedangkan Raka seorang dokter. Goals banget kan?" antusis Lina.

Agatha hanya mengangkat bahunya tak peduli. Ia dan Raka baru saja jadian apakah secepat itu untuk menikah? Tapi bukankah ia dan Raka sudah kenal lama?

"Ntar Raka di gebet cewe lain lho ta" goda Lina.

"Mama jangan buat Agatha takut deh" Jelas saja Agatha takut. Mengingat hal kemarin saat Raka yang di peluk orang seoarang anak pasien Raka.

"Makanya nikah cepetan sama Raka"

"Mama yakali aku yang lamar Raka? Ngga mungkin" ucap Agatha.

"Berarti kamu nungguin nih? Okey nanti mama yang bilangin Raka buat lamar kamu secepatnya" ucap Lina sumringah.

Agatha menggeleng cepat. "Mama biarin aja aku sama Raka ngalir dulu. Aku ngga mau mama suruh dia lamar aku. Kalo dia emang mau aku jadi istri nya aku yakin cepet atau lambat dia bakal lamar aku"

Lina terdiam sebentar lalu menyunggingkan senyumnya.

"Okey semoga aja mama cepet nimang cucu" ucap Lina lalu meninggalkan anaknya.

Agatha mengeritkan dahinya bingung melihat tingkah mamanya yang tak biasa. Kenapa ia tiba-tiba meminta Agatha untuk menikah? Apalagi sampai berharap untuk cepat mempunyai cucu? Agatha mendegus pasrah ia tidak habis fikir dengan mamanya.

*****

Raka sedang mengemudikan mobilnya di jalan yang sangat sepi. Bagaimana tidak sepi ini masih jam 05.00 tepat. Setelah sholat subuh tadi ia langsung bergegas untuk ke rumah Agatha.

Sampai di rumah Agatha ia memarkirkan mobilnya di tempat biasa dan dengan langkah santai memasuki rumah yang sudah seperti rumahnya sendiri itu.

Di ruang tengah Raka bertemu dengan Lina yang sedang menyiapkan makanan. Raka menghampirinya dan langsung mencium punggung tangan Lina. Seolah mengerti tujuan Raka ke sini, ia yakin Raka pasti mencari Agatha. Lina langsung memberi kode dengan dagunya bahwa Agatha masih di kamar. Raka tersenyum mengangguk dan langsung menaiki anak tangga menuju kamar kekasihnya.

You Promised [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang