35. Khawatir

151 9 5
                                    

Sampai di kamar Agatha langsung membersihkan dirinya. Ia belum mandi dari kemarin sore. Setelah 15menit kemudian Agatha keluar dari kamar mandi, ia tidak ingin mandi  berlama-lama. Ia ingin cepat istirahat. Agatha terduduk di sofa dekat ranjangnya, rasa lelah dan nyeri haidnya masih terasa.

Raka membuka klop pintu kamar Agatha pelan. Ia langsung menghampiri Agatha dengan raut wajah yang masih khawatir. Raka bingung apa yang harus ia lakukan agar rasa sakit Agatha mereda.

"Ngapain di sofa, tiduran di kasur gih. Katanya mau istirahat" Raka duduk di samping Agatha mengelus rambut kekasihnya dengan sayang.

"Ini kan istirahat. Aku ngga nyaman tidur di kasur kalo lagi nyeri gini"

Raka menatap kekasihnya iba, ia tak tega melihat kekasihnya seperti ini. Rasa sakit haid saja sampai begini apalagi saat Agatha melahirkan anaknya nanti? Lamar aja belom pak-_-

"Udah minum obat nyerinya?"

"Udah, tadi subuh"

"Kenapa masih sakit?"

Agatha menggeleng lemah, ia sendiri tidak tau kenapa rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang. Biasanya rasa sakitnya akan hilang perlahan jika sudah minum obat dari dokternya itu.

"Sshh" ringis Agatha lagi. Ia meremas perutnya kuat-kuat. Rasa sakitnya semakin hebat ia rasakan. Tak di pungkiri air mata Agatha menetes, ia sudah tidak kuat.

"Taaa duh kok nangis sih" panik Raka. Ia benar-benar bingung harus melakukan apa. Ia mengusap wajahnya gusar.

"Rakaa sakiitt" rintih Agatha. Sekarang air matanya sudah berjatuhan deras. Tangisannya semakin terisak.

"Aku harus apa ta? Jangan nangis dong aku panik ini"

Raka seperti orang yang kebingungan sendiri. Ia harus meminta tolong pada siapa? Dokter? Tentu saja, hanya dokter yang bisa mengobati. Tapi Agatha tidak mau karna alasan obat yang di berikan oleh dokternya masih ada. Kalau sudah begini Raka harus apa?

Agatha menggigit bibir bawahnya ia menahan nyeri yang mulai ia rasakan lagi. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Kalau sudah begini Agatha hanya bisa menikmati rasa sakit haidnya dengan paksa.

"Kompres perut kamu yaa?" Agatha menggeleng.

"Semua ngga mau. Kamu bandel sih di bilang ke dokter malah nolak. Walaupun obat kamu masih tapi ngga ada salahnya kan kita periksa lagi"

Agatha tetap menggelengkan kepalanya. Raka mendengus pasrah, ia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Sudah menunjukan jam 9 pagi tapi ia masih belum berangkat untuk ke rumah sakit.

"Kamu kerja kan? Udah sana berangkat" ucap Agatha pelan.

"Kamu gila? Aku ngga mungkin ninggalin kamu yang lagi kaya gini"

"Terus kamu mau liat pasien-pasien kamu ngga tertolong karna kamu ngga tugas? Sana berangkat" ucap Agatha tak santai.

Raka tidak peduli, yang ia prioritaskan adalah Agatha sekarang. Ia tidak mau melihat Agatha seperti tadi pagi yang terkulai lemas di kantor tanpa ada orang yang mengetahuinya.

Raka mengambil ponselnya mencari kontak yang bisa ia hubungi untuk memberi tahu kalau ia tidak akan bertugas pada hari ini.

"Ngga bisa tugas gue sekarang"
"Ada urusan penting gue"
"Dokter Farhan ada kan?"
"Okey, iya ngga bisa"
"Thanks yaa"
"Iya senin gue temuin"
"Data aja ntar berkasnya kirimin gue"
"Okey, thanks bro"

-SambunganTerputus-

"Kamu ngga tugas?"

"Iyaa" sahut Raka cuek.

You Promised [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang