Sudah telah hampir setengah jam berada di taksi untuk memikirkan kemana ia akan pergi dan akhirnya Agatha memutuskan untuk pergi ke salah satu Mall. Bukan untuk apa-apa. Ia juga tidak tau kenapa ia kemari padahal di sini tidak ada yang ingin ia lakukan. Bahkan tempat ini membosankan menurutnya.
Agatha melangkah kaki nya entah ingin kemana. Ia hanya berjalan seraya memandang beberapa toko yang kelihatannya tidak menarik untuk di datangi. Agatha sempat ingin ke gramed tapi entah kenapa mood nya benar-benar tidak enak.
"Gue ngapain ke sini kalo engga ngapa-ngapain" gerutu Agatha pada dirinya sendiri.
Agatha menghembuskan nafas beratnya lalu melangkahkan kakinya ke tempat yang mungkin bisa membuatnya lebih tenang. Agatha tersenyum ketika sampai di atap mall. Ia menghirup udara segar yang ia rasakan dan tentunya angin yang membuat rambutnya berantakan berhasil membuatnya mendengus kesal.
Agatha berjalan mendekati tepi atap dan berpegangan pada besi pembatas atap. Agatha tersenyum sumringah ia bisa melihat kota jakarta dari atas atap ini dengan indahnya.
Agatha terdiam ia menunduk dan ia menangis. Awalnya hanya tetesan air mata tapi makin lama air mata itu berubah menjadi tangisan menyakitkan.
"Aku kangen kamu ka" keluh Agatha di sela isakannya.
Ia teringat dengan Raka. Ia rindu dengan kekasihnya itu. Ia tau Raka salah tapi ia juga tidak sanggup berjauhan selama ini dengan Raka.
"Kamu jahat, tapi aku sayang" isak Agatha haru. Ia mengeluarkan semua yang ia rasakan. Yang hanya bisa ia lakukan sekarang hanyalah menangis. Ia tidak malu untuk menangis disini karna memang tempat ini sepi.
Agatha menghapus air matanya gusar dan menarik nafasnya dalam dalam. Agatha melirik arloji yang melekat pada pergelangan tangannya. Agatha menghembuskan nafasnya asal lalu hendak pergi dari tempat ini.
Agatha menunduk seraya melangkah kakinya untuk pulang. Baru saja Agatha berjalan beberapa langkah ia di hadapi dengan sepasang kaki gagah di hadapannya. Tentu saja itu membuat Agatha terkaget dan menghentikan langkahnya.
Agatha mendongak ragu. Ia sebenarnya malu untuk melihat orang yang ada di hadapannya sekarang. Karna ia tau matanya pasti masih merah karna menangis tadi.
Deg
Deg
Deg
"Ra..ka?"
Mata Agatha membulat. Air matanya menetes lagi. Ia memejamkan matanya perih. Ia tidak sanggup bertemu dengan Raka. Memori yang kemarin sangat tergambar jelas ketika melihat wajah kekasihnya ini.
Agatha tersentak ia merasakan ada jemari yang mendarat pada pipinya. Jemari itu menghapus air matanya dengan lembut. Agatha tau itu pasti adalah tangan Raka. Agatha meraih tangan Raka dan menggenggamnya erat.
"Maafin aku ta" ucap Raka pelan.
Agatha masih menangis matanya juga masih terpejam. Ia benar-benar tidak bisa mengandahkan pandangannya sekarang. Tangannya masih menggenggam erat tangan kekasihnya. Ia sangat ingin memeluk Raka saat ini tapi tubunya kaku.
Raka memandang Agatha dengan rasa menyesal. Lagi dan lagi ia melihat air mata Agatha berjatuhan dan itu karna ulahnya. Tidak kah ini bodoh?
Hati Raka meringis melihat Agatha yang masih menangis. Raka menarik kepala Agatha lalu membenamkan wajah Agatha pada lehernya. Raka mencium rambut Agatha dari samping. Agatha terdiam ia tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi jujur ia merindukan tubuh ini. Ia merindukan aroma tubuh dokter tampan yang statusnya adalah masih kekasihnya.
"Maafin aku. Aku tau kamu kecewa dan itu sangat"
Raka mempereratkan pelukannya saat merasakan air mata Agatha yang semakin deras berjatuhan. Raka mengelus rambut kekasihnya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Promised [END]
Romance[SELESAI] "Sempat tersirat dalam benak ku bagaimana aku bisa menjalani semuanya tanpa memikirkan kedepan nya? Bagaimana bisa otak ku tidak mampu mencerna bagaimana yang terbaik untuk diri ku atau pun untuk orang yang aku cintai. Tuhan apa yang harus...