Viranda Anastasya, nama gadis cantik yang ramah dan juga tak lupa selalu tersenyum. Hidupnya selalu dipenuhi kebahagiaan yang tak bisa dijabarkan oleh kata-kata. Namun tiba-tiba kebahagian itu pun sirna, setelah perjodohan itu datang. Ia dijodohkan dengan Bastian Ferdino Abraham.
Entah mimpi buruk apa yang menghantui Vira saat ini, ia harus bertunangan dengan Tian setelah mereka lulus SMA nanti. Dan sekarang mereka harus berpura-pura menjadi sepasang kekasih di depan keluarga mereka. Itu adalah mimpi buruk terburuk yang pernah dialami Vira.
Mereka tidak suka bahkan tidak mau dengan perjodohan ini. Namun mereka hanya bisa diam, karena jika mereka menolak maka mereka akan dihukum oleh orang tua mereka dan itu sangat merugikan bagi mereka. Maka dari itu saat mereka di depan orang tua mereka, mereka pun menunjukkan bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Namun jika mereka tidak bersama orang tua mereka, mereka akan bersifat seperti seorang musuh bebuyutan. Seperti tikus dan kucing.
●●●
"Woy babon cepetan jalannya, lelet banget, sih. Kayak emak-emak lagi hamil tua," Tian berbalik menatap Vira yang mengekor di belakang Tian. Jarak mereka cukup terpaut jauh membuat Tian geram dibuatnya.
Tian mengajak Vira pergi jalan-jalan berdua ke taman kota. Kencan? Bisa jadi. Tapi diantara mereka tak ada yang berniat untuk pergi ke taman, apalagi berdua. Suatu ketidakmungkinan yang disemogakan.
Saat mereka berduaan, dimanapun mereka berada, maka disitulah medan pertempuran mereka. Entah apapun yang mereka bicarakan atau sekedar hanya ucapan singkat itu akan menjadi perdebatan yang sangat panjang. Sepanjang jalan tol. Mereka sangat sulit untuk berdamai, berdamai pun hanya saat mereka sedang bersama orang tua mereka.
"Lo tuh jalannya kecepatan, kayak maling lagi kepergok," Vira berlari lari kecil mencoba menyetarai langkah kaki Tian yang cukup panjang. Bibirnya pun mengerucut, kesal.
Saat berjalan atau berdua dengan Tian emosi Vira selalu saja memuncak seperti orang PMS. Walaupun Vira tidak sedang PMS. Tian sangat berpengaruh bagi emosi Vira.
"Haus nih," Vira memasang wajah memelas seperti orang yang sedang dehidrasi. Atau mungkin memang dehidrasi.
Karena merasa diajak bicara, Tian pun menoleh ke Vira yang berada di sebelahnya. Walaupun hanya sekilas. "Terus?" respon Tian sangat datar.
"Ih nggak peka banget yah, apa perlu gue beliin peka sekilo buat lo, kalo haus yang tandanya mau minum." cerocos Vira yang sudah sangat kesal. Emang ya cowok kalo di kode enggak bakal peka. Mungkin sudah kodratnya.
"Yah tinggal beli sana, apa sih susahnya," Tian mengedikan bahunya seolah tak peduli.
"Beliin yah, gue capek," Vira memasang wajah seimut mungkin. Kecantikannya semakin bertambah. Berharap Tian menuruti permintaanya. Bukannya Vira manja, sebenarnya dia memang lelah. Berjalan mengikuti lelaki yang punya kaki panjang bukankah melelahkan, bukan?
Tian adalah tipe cowok yang sangat sulit untuk peka terhadap cewek. Ia adalah cowok yang cuek dan sangat-sangat cool. Tian menaikkan satu alisnya, "Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?" Tian menonyor kepala Vira.
Vira mendengus kesal, "Gue bilangin mama lo, kalo lo suka macarin cabe, lo mau?" Vira mengancam Tian, "Nggak takut," balas Tian dengan nada menantang.
Vira pun langsung mengambil ponselnya dari dalam tasnya, berencana menelfon Rani—Mama Tian. Tian yang menatap Vira sedang mencoba menelfon mamanya langsung mendengus kesal. Sepertinya untuk kali ini, Tian harus mengalah, "Lo disini, gue beliin minum, jangan kemana-mana." Tian melenggang pergi meninggalkan Vira yang sedang tersenyum kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Heart (Complete)
Teen FictionKepercayaan itu seperti sebuah kaca. Bilamana kaca itu pecah. Karena sengaja atau tidak sengaja, tetap saja kaca itu akan pecah. Bila kaca sudah pecah, walaupun sudah direkatkkan kembali, bekasnya akan masih terlihat. "Ada dua pilihan, pertama tetap...