TIGAPULUHDUA

9K 379 26
                                    


Lanjut bab selanjutnya kalo udah 80 vote ya, biar yang jadi sider pada muncul. Kuy vote dan komen.
Thanks.
Follow ig : oyheart_wp
.
.
.
Bagaimana bisa Vero mengenal Tian sedangkan Vero tak mengenali Vira. Tian juga ikutan kaget, awalnya ia tak terima dibilang playboy oleh Vero. Namun, ini bukan saatnya berdebat. Namun, sekarang masalahnya adalah. Kenapa Vero lupa kepada Vira.

"Ih, lo kok kenal sama dia tapi kok enggak kenal sama kakak lo sendiri sih." Vira menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil. Sembari menunjuk-nunjuk Tian. "Kak, dia siapa sih. Enggak banget, masak mencak-mencak kayak anak kecil," Vero bertanya kepada Tian dan melirik Vira dengan ekpresi jijiknya.

Vira mendengus kesal lalu mengerucutkan bibirnya. Namun, tiba-tiba Lili masuk ke dalam. Semua mata tertuju kepadanya. Vira langsung berlari ke arah Lili. "Ih mi, masak Vero enggak kenal aku sih?" tanya Vira.

Lili tampak bingung, ia belum paham. "Mi, siapa sih cewek beringas itu, ngaku-ngaku kakakaku lagi mi," giliran Vero yang bertanya kepada Lili. Bibir Vero berkedut menahan tawa, itu hanya akal-akalan Vero agar kakaknya kesal seperti itu.

Vero memberi kode dengan mengedip-ngedipkan matanya ke arah Tian dan juga Lili saat Vira membelakangi Vero. Jadi Vira tidak tau jika Vero memberi isyarat kepada Tian dan Lili.

"Ih, nyebelin ih." Vira kembali menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

"Udah-udah, Vero udah bercandanya," Lili memperingati Vero. Vero mengela napas panjang. "Yah pertunjukan banteng ngamuknya selesai deh," decak Vero. Lili dan Tian terkekeh geli. Sedangkan Vira berjalan ke arah Vero lalu kemudian memukul lengan Vero. Vero meringis membuat Vira panik."Eh Ver, lo kenapa. Sorry gue lupa." Vira semakin panik karena Vero semakin mengaduh kesakitan.

Namun, didetik berikutnya tawa Vero pun pecah, Vira mengerucutkan bibirnya sebal. Di kerjai oleh adiknya sendiri.

"Kalian semua nyebelin." Vira berjalan pergi meninggalkan ruangan tersebut. Ia duduk di kursi tunggu dan masih mengerucutkan bibirnya sebal. Tiba-tiba ada seseorang duduk di sebelah Vira.

Vira yang menyadari hal tersebut, menoleh. Ia hanya menoleh sekilas kemudian kemabali menatap lurus ke depan.

Seseorang tersebut memandang Vira, "Udah lah, Vero Cuma bercanda," katanya. Vira berdecak, "Lo tau, itu candaanya enggak lucu," katanya sembari memutar bola matanya malas.

"Iya gue tau, yang bencadaannya lucu Cuma gue," seseorang tersebut membanggakan dirinya sendiri. Lagi-lagi Vira berdecak.

Seseorang itupun berdiri. "Gih, ayo masuk. Vero nyuruh lo masuk," ajaknya kepada Vira. Vira mendongakan kepalanya menatap Tian yang sudah berdiri. "Ayo," Tian menarik tangan Vira untuk berdiri.

Tak ada perlawanan sama sekali dari Vira. Ia menuruti ajakan Tian. Toh, ia tadi Cuma berpura-pura merajuk. Ia sebenarnya sudah bersyukur bahwa adikknya masih seperti biasa, suka membuatnya kesal.

Dua orang tersebut pun masuk ke dalam. Vira masih mengerucutkan bibirnya sebal. Namun, Vero malah terkekekh geli melihat ekpresi sang kakak. Lili duduk di sofa panjang yang berada di ruangan tersebut. Tian pun ikut duduk di sofa tersebut.

"Sorry deh kak. Gue Cuma bercanda. Jangan di dipikirin, tapi masukkin ke hati." Tawa Vero pun menggema ke seluruh ruangan saat melihat Vira semakin mengerucutkan bibirnya. "Ampun-ampun kak," Seru Vero saat Vira hampir memukulnya. "Vira, Vero, udah jangan berantem, ini rumah sakit." Tegur Lili memeperingati anaknya.

Vira mendelik tajam ke arah Vero, "Awas!". Khusus hari ini Vira memaafkan karena ia tau kondisi Vero yang tak sehat. Namun, awas saja saat Vero sudah sembuh. Vira tak akan memberi ampun kepada Vero. Tunggu waktu yang tepat saja. Bersiap-siaplah kau Vero.

Vira berjalan duduk di sofa bersanding dengan Tian yang memainkan ponselnya. Lili pun juga berkutat dengan ponselnya. Vira kesal diabaikan seperti itu. "Lo, kok bisa nyungsep sih Ver, ceritaain dong?" tanya Vira kepada Vero. Lili pamit untuk keluar, menerima telepon dari seseorang. "Mami, keluar dulu ya," pamit Lili, lalu kemudian ia keluar.

"Kok nyungsep sih," balas Vero tak terima dengan perkataan Vira. "Lah apa? Kan lo nyium aspal. Gimana enak enggak ciuman sama aspal?" tanya Vira kembali.

"Kayak ada, manis-manisnya gitu," balas Vero. Tawa Vero dan Vira pun meledak begitupun Tian yang sedari tadi mendengar percakapan tersebut.

Vira mengentikan tawanya. "Enak dong?" tanya Vira kembali. "Ya enak lah, coba deh." Balas Vero yang masih sedikit tertawa. Vira menggeleng kepalanya, "Enggak ah, gue udah manis, nanti kalo nyungsep dan ngerasaIn yang manis-manis, gue diabet lagi," Vira terkekeh. "Alay lo," cibir Vero.

"Udah ah, serius jangan bercanda." Tian membuka suarnya. "Ceritaan gimana lo kok bisa kecelakaan? Nanti kalo ada yang enggak beres kita lapor polisi." Lanjutnya serius.

Vero mencoba mengingat-ingat kejadia pas waktu ia kecelakaan. "Gue sedikit lupa, yang jelas pas gue mau pulang tiba-tiba ada dua orang naik motor. Terus nendang gue dari samping. Gue yang kaget dan enggak siap, langsung oleng dan terjadilah perstiwa nyungsep tersebut." Tian mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Sedangkan Vira tersentak mendengar penjelasan Vero, ia yakin bahwa semua ini ada hubunganya dengan ancaman Tasya siang tadi. Jadi Tasya benar-benar dengan ancaman tersebut.

Tian yang menyadari perubahan ekpresi Vira pun menyenggol lengan Vira, "Lo kenapa?" tanya Tian. Vira tersadar dan menggeleng-ngelengkan kepalanya. "Enggak-enggak papa." Elak Vira.

"Jadi ini kecelakaan yang disengaja. Tapi apa alasanya. Kalau emang mereka begal, kenapa motor lo masih ada. Jangan-jangan lo punya musuh." Vero menggeleng-ngelengkan kepalanya. "Gue anak alim, enggak punya musuh."

Tian mengangguk-angguk. "Terus motifnya apa?" tanyanya. Vero bergidik tak tau. Sedangkan Vira hanya diam. Ia tau semuanya tapi ia tak mau meberi tahu mereka. Cukup Vira yang tau.

"Udah ah, biarin yang penting gue masih selamat. Biar Tuhan yang membalas perbuatan mereka." Ucap Vero.

•●•

Masalah foto yang tadi pagi belum terselesaikan, namun datang lagi masalah baru. Hal itu membuat Vira sedikit pusing. Kepalanya terasa hampir pecah. Bagaimana ia mencari solusinya.

Dengan datangnya foto tersebut, seharusnya ada alasan tepat untuk Vira menjauh dari Tian. Namun ia tak mampu, ia belum sanggup menjauh. Walaupun hatinya terasa sungguh sangat sakit. Namun, ia masih mengharapkan Tian. Tetapi satu masalah hadir lagi, ancaman Tasya memang benar-benar terbukti. Dengan Vero yang kecelakaan, itu adalah bukti bahwa ancaman Tasya tak main-main.

Hal itu membuat Vira sedikit goyah. Membuat Vira harus berpikir dua kali untuk tetap bersanding dengan Tian, bersama dengan Tian. Jika ia masih di dekat Tian, orang-orang yang Vira sayangi harus menanggung resiko. Seperti Vero yang sudah menjadi contoh.

Mungkin untuk saat ini Vira harus menjaga jarak kepada Tian. Agar Tasya tak menyakiti orang yang ia sayangi lagi, cukup Vero yang menjadi korban.

Tbc

Open Your Heart (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang