TIGABELAS

10.4K 391 3
                                        

Author POV

Vira turun dari mobil setelah mobil itu berhenti di depan rumahnya.

"Enggak mampir dulu kak?" tanya Vira kepada orang yang masih berada di dalam mobil.

"Enggak deh Vir. Kapan-kapan aja." jawab Aldi dengan senyum manisnya.

"Baiklah, makasih ya kak udah nganterin."

Aldi tak menjawab dengan ucapan ia hanya mengangguk pertanda mengiyakan.

Mobil Aldi pergi meninggal kan Vira yang masih setia di tempat nya berdiri menatap kepergian mobil tersebut sampai berbelok ke pertigaan.

Vira melangkahkan kaki jenjangnya memasuki gerbang rumahnya. Langkahnya terhenti. Dahinya berkerut melihat motor yang ia sangat kenal. Motor ninja merah sudah terparkir cantik di pekarangan rumah.

Ia merasa malas untuk masuk ke dalam rumah. Kalau saja tadi Aldi belum pulang pasti ia mengajak Aldi jalan-jalan ke taman mungkin. Yang penting tak masuk ke rumah dulu sekarang.

Ia tak ingin bertemu dengan pemilik motor itu. Pemilik motor itu pasti sedang menunggunya di dalam sekarang. Mungkin dia mau membahas soal tadi, pikir Vira.

Mau tak mau Vira harus masuk ke dalam rumah. Badannya terasa sangat capek. Lalu di bukalah pintu rumahnya dengan pelan.

Pintu pun terbuka dan Vira pun masuk ke dalam rumahnya. Dan benar sesuai perkiraan, ada seseorang tamu berada dalam rumahnya.

Vira memutar bola matanya malas setelah melihat sosok Tian duduk di meja makan bersama maminya. Ya tamu itu adalah Tian. Tian sedang makan bersama dengan Lili, mami Vira.

"Assalamualaikum." Vira berjalan menuju meja makan untuk mencium punggung tangan Lili.

"Waalaikumsalam." jawab Lili dan Tian bersamaan.

Vira melirik Tian yang kembali asik memakan masakan Lili.

"Kamu darimana nak? Sama siapa? Kata Tian kamu tadi di jemput cowok?" tanya Lili menginterogasi Vira.

"Tadi abis sama kak Aldi mi, dia baru pulang." timpal Vira.

Lili hanya ber'o'ria mendengar penjelasan dari Vira. Ya Lili sudah mengenal Aldi. Aldi pun juga sering main ke rumah Vira. Jadi wajar kalau Lili tau siapa Aldi.

"Vira ke kamar ya mi." ucap Vira.

"Enggak makan dulu nak?" tanya Lili kepada putrinya.

"Nanti aja mi, Vira capek." Vira pergi meninggalkan Tian dan Lili di meja makan.

Tian masih asik memakan makanannya. Sepertinya lebih menarik makanan yang sedang ia makan daripada melihat Vira.

Vira menatap heran ke arah Tian. Bagaimana bisa Vira dicuekin seperti itu. Bahkan Tian pun tak melihat Vira sama sekali ia hanya menikmati makanannya. Vira merasa kesal telah diabaikkan.

Vira melangkahkan kakinya menuju kamarnya di lantai atas. Masuklah ia kedalam kamarnya. Tas yang sedari tadi ia bawa kesana kemari diletakkanya di atas meja belajarnya.

Ia pun merebahkan tubuhnya yang sudah terasa pegal. Ia merasa lelah.
Ia memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong seperti menerawang.

Kejadian tadi saat di dalam cafe teringat kembali. Pikirannya dipenuhi kejadian tadi. Ia merasa bingung dengan kejadian tersebut.

Ia tak bisa memahaminya. Sangay sulit sekali tuk dimengerti. Seperti rumus matematika yang sangat sulit tuk dipahami jika tak terbiasa.

Pikiranya dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Satu pertanyaan yang sangat-sangat Vira ingin ketahui jawabanya. Yaitu, kenapa Tian terlihat marah seperti tadi.

Apakah Tian marah karena Vira jalan dengan laki-laki lain? Vira pun tak mengerti kenapa seperti itu. Ada apa dengan Tian.

Kenapa ia semarah itu. Apakah ada alasan yang jelas yang membuatnya seperti itu.

'Apa Tian cemburu?' batin Vira.

Vira menggeleng-nggelengkan kepalanya, 'tidak Vira kamu jangan ke geer an seperti ini. Mungkin ada alasan lain kenapa ia melarangmu bersama cowok lain.' batin Vira.

"Tidak-tidak." Vira menggelangkan kepalanya cepat.

"Apanya yang tidak?" tanya seorang yang berada di ambang pintu kamar Vira sambil menyenderkan bahunya di tepi pintu.

Vira membelalakkan matanya dan langgsung terduduk sambil menatap horor ke arah pintu kamarnya.

"Ngapain lo kesini?" ketus Vira sambil menatap dengan tatapan sinisnya ke arah orang tersebut.

"Pengen ketemu bidadari." jawab orang tersebut dengan senyum di wajahnya dan membuat wajahnya terlihat lebih tampan.

'Ya Tuhan senyumnya.' batin Vira.

"Lah disini ya enggak ada bidadari. Bidadari ya di akhirat sana. Lo mau ke akhirat." ucap Vira yang masih setia dengan nada ketusnya.

"Siapa bilang kalo pengen ketemu bidadari harus ke akhirat." kata Tian. Vira mengerutkan dahinya bingung.

"Disini aja gue bisa liat bidadari. Tuh dia lagi duduk di depan gue sambil natap gue."

Deg!

'Dear jantung ku sayang. Maaf sudah membuat mu harus bedetak kencang. Namun ini bukan salah ku tapi salah orang itu yang selalu memberikan serangan' batin Vira.

"Apaan sih lo." Vira membuang mukanya agar Tian tak melihat pipinya menjadi merah padam.

Siapa sih yang nggak tersipu saat di goda oleh lelaki. Vira juga wanita normal ya. Jadi wajar kalau dia tersipu malu.

"Elah lo bisa blushing juga ya." goda Tian.

"Udah sana pergi. Males gue ketemu sama lo." Vira langsung merebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap.

Ia sangat malu sekali sekarang.

Tian malah tertawa melihat tingkah Vira yang menurutnya itu lucu. Berbanding terbalik dengan Vira. Tingkahnya menurutnya begitu malu-maluin.

"SANA PERGI!" Vira melempar bantalnya kearah Tian. Walupun ia masih dengan posisi sebelumnya.

Tian kemudian menutup pintu Vira dan pergi meninggalkan kamar Vira.

Vira yang mendengar pintunya tertutup mencoba melirik ke arah pintunya memastikan apakah Tian sudah pergi atau masih disana.

Ia merasa lega saat melihat Tian sudah pergi. Kemudian ia merubah posisi dari tengkurap menjadi terlentang.

"Bodoh...bodoh...kenapa gue bisa blushing kayak gini." rutuk Vira sambil menepuk-nepuk jidatnya.

Tian berjalan menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Sebuah senyum terukir indah di wajahnya. Hidupnya seperti tak ada masalah yang membebaninya.

Memang Tian sudah melupakan kejadian di cafe tapi. Walaupun ia tak tau kenapa ia melakukan hal seperti itu. Ia sadar bahwa ia tak punya hak untuk Vira. Jadi Vira bebas bersama siapa saja.

Walaupun sebenarnya ia tak rela melihat gadis itu bersama laki-laki lain. Namun ia sadar bahwa ia bukan siapa-siapa Vira. Betapa dewasanya pemikiran Tian ini.

Tian berjalan menuju dapur untuk menghampiri Lili.

"Tante saya mau pamit pulang ya tan." ucap Tian yang sudah berada di depan Lili.

"Oh iya, bentar nak." Lili berjalan menuju pergi meninggalkan Tian dan kembali dengan sebuah paper bag di tanganya.

"Ini." Lili menyodorkan paper bag tersebut ke arah Tian. Tian pun menerimanya.

"Maaf ya ngerepotin kamu. Itu pesenan mama kamu."

"Iya tan enggak apa-apa. Ya udah saya pulang dulu ya tan." ucap Tian kemudian mencium punggung tangan Lili.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." jawab Lili.

Kemudian Tian memyambar tasnya dan berjalan keluar dan menghampiri motornya.

Tbc

Jangan lupa Vomment...
See you di next chap...
Maafkan typo yang bertebaran.

Open Your Heart (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang