Sore ini, Tian duduk di sebuah cafe bersama dengan cewek sok jual mahal, alias Vira. Sok jual mahal adalah panggilan Tian kepada Vira. Mungkin bisa disebut panggilan sayang. Hari ini Tian memang sengaja mengajak Vira jalan, kencan. Bisa jadi.
Awalnya, Vira sok jual mahal banget, nolak ajakan Tian. Tapi siapa sih yang nggak luluh dengan Bastian Fardino. Cewek se-indonesia pun dari sabang sampai merauke, pasti juga luluh kalo udah liat pesona dan ketampanan Tian. Akhirnya cewek itu menerima ajakannya. Walaupun melalui perdebatan panjang, sepanjang sungai brantas.
Cewek itu duduk di hadapan Tian dan tak berani menatap wajah tampan Tian, mungkin dia takut terpesona dengan ketampanan Tian. Atau mungkin tak nafsu untuk melihat wajah tampan Tian. Tiba-tiba entah darimana suatu ide muncul di kepala Tian. Ide untuk membuat Vira baper.
Tian menatap Vira yang sedang memandangi area luar cafe, "Vir..." Tian memanggil dan membuat Vira menengada menatap ke arah Tian.
"Coba deh, kamu pejamkan mata kamu sebentar," Pintanya kepada Vira. Cukup gila permintaan Tian.
Vira dibuat bingung, dinaikkanya satu alisnya. "Buat apa, nggak ah nanti lo ngelakuin yang aneh-aneh," ia pun mengelengkan kepalanya cepat.
"Enggak, suer deh." Tian mengakat jari telunjuk dan tengahnya membetuk 'V'.
Setelah berdebat cukup panjang lagi. Vira yang kalah argumen pun menurutinya.
Vira pun menutup matanya walaupun dengan ragu-ragu. "Sekarang yang kamu liat apa?" Tian bertanya seolah-olah jadi orang bodoh.
"Yah gelap lah bego," Seru Vira yang sedikit kesal. Anak kecil aja tau kalo lagi tutup mata pasti gelap. Bodoh.
Vira yang kesal pun membuka matanya. "Gelap yah?" Tanya Tian dengan polosnya.
Ingin sekali Vira menenggelamkan Tian ke laut. Lalu Tian mencoba memejamkan matanya seperti apa yang dilakukan Vira tadi.
"Kok aneh ya, saat aku menutup mata aku kenapa kok ada wajah kamu ya," Dan saat Tian membuka matanya, ia tersentak kaget. Ia hampir terjungkal ke belakang. Bagaimana tidak saat ia membuka matanya, Vira sudah mendekatkan wajahnya ke wajah Tian. Jaraknya hanya beberapa senti. Tian yang tak siap akhirnya tersentak kaget.
"Seriuss? gue nggak percaya tuh," Vira tersenyum sinis lalu kembali ke posisi duduk yang sebelumnya. Posisi ternyamannya.
Ya Tuhan niat gue bikin dia baper, kenapa jadi gue yang baper. Gumam Tian di dalam hatinya.
Tian sekarang merasa salah tingkah. Seharusnya yang salah tingkah itu Vira, namun rencana Tian gagal total malah dia yang baper. Vira memalingkan wajahnya kembali tak mau menatap Tian yang berada di depannya. Tian memandangi wajah gadis cantik yang sedang duduk di depannya itu. Tak henti-hentinya ia menatap Vira. 'Cantik juga' batin Tian. Sesekali Tian juga senyum-senyum sendiri melihat gadis cantik itu.
Walaupun matanya menatap arah lain, Vira sadar bahwa lelaki di depannya itu sedari tadi menatapnya. "Gue tau gue cantik, ngalahin Raisya apalagi Isyana, tapi liatnya bisa nggak biasa aja. Tuh iler lo udah netes-netes," Vira menunjuk mulut Tian dengan dagunya.
Tian yang mendengar ucapan Vira refleks ia mengusap-usap mulutnya padahal sebenarnya ia tidak ngiler. Vira yang melihat tingkah Tian langsung tertawa puas karena berhasil membohongi Tian. Tian hanya mengerucutkan bibirnya kesal.
●●●
Keesokan harinya, Vira melakukan kegiatan rutin di pagi hari yaitu, sarapan. Setelah sarapan ia pamit kepada orang tuanya dan pergi meninggalkan mereka. Saat keluar dari rumahnya, ia menangkap sosok lelaki yang mununggunya sedari tadi. Sosok itu ialah Tian, setiap hari Tian selalu menjemputnya dan mengantarkannya pulang. Itu sudah menjadi tugas harian Tian.
Vira melangkahkan kakinya melewati pintu rumahnya untuk keluar rumah. Dapat dilihat Vira ada seorang lelaki yang menunggunya. Duduk di atas motor dengan helm yang berada di dekapanya. Wajah tampan, hidung yang mancung, rambut yang sudah ditata dengan rapi. Membuat semua wanita takluk akan pesonanya.
Beruntung sekali Vira bisa berada didekatnya hampir setiap hari. Berangkat dan pulang sekolah bareng. Makan di katin bareng. Dan hal itu membuat banyak orang iri dengan kebersamaanya dengan Tian. Maka nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan.
Gadis tersebut berlari kecil menghampiri Tian. Tanpa dia sadari dia pun tersandung karena tali sepatunya yang lepas alias tak diikat. Dan ia pun tak menyadarinya. Lalu akibatnya ia terjatuh dengan tangan dan lutut yang menyangga tubuhnya. Untung saja gadis itu masih sempat menyangga, kalau tidak ia sudah dipastikan tengkurap di lantai dan pasti membuatnya malu setengah mati. Ingin sekali Vira membuang mukanya sampai ke kutub utara jika sampai terjadi seperti itu.
Saat gadis tersebut akan berdiri, tiba-tiba ada suara derap langkah sepatu yang datang menghampirinya. Tian yang tadi duduk di motor tersentak saat melihat gadis itu tersandung akibat tali sepatunya sendiri. Sungguh ceroboh bukan. Tanpa disadari tubuhnya langsung berjalan mengahampiri gadis tersebut. Ia merasa kasihan dibuatnya. Dan saat gadis itu mendongakkan kepalanya, ternyata itu Tian. Tian pun mengulurkan tangannya untuk membantunya. Dan ia pun menerima bantuannya.
Bersamaan dengan uluran tanganya Tian tersenyum, "Kalo jalan ati-ati, aku tau kalo kamu udah kangen banget sama aku," Ucap lelaki tersebut sambil tersenyum dan itu pasti membuat Vira meleleh di tempat. Pagi-pagi sudah mendapatkan gombalan. Namun Vira hanya mengerucutkan bibirnya seolah-olah bersikap biasa saja. Padahal ingin sekali ia berteriak kegirangan.
Setelah Vira sudah berdiri, Tian malah bergerak untuk berlutut. Vira bingung, kenapa Tian melakukan itu. "Nga-ngapain lo," Tanya gadis itu terbata-bata. Karena sumpah, Vira merasa kaget setengah mati.
Tian pun tak membalas ucapannya dan ternyata yang dilakukan lelaki tersebut adalah menalikan tali sepatu Vira yang lepas tadi. Seketika itupun Vira mematung dan pipinya memanas saat itu juga. Pasti sekarang dia sedang blushing. Pasti.
Tian pun berdiri kembali. "Nah udah," Tian menepuk-nepuk tangannya, seolah-olah membersihkan tangannya.
Ia juga mengacak-acak rambut Vira. "Bilang apa?" ia menaikkan satu alisnya.
"Makasih." ucap Vira singkat dengan wajah datar.
Sebanarnya Vira sedang menutupi perasaan gugupnya. Dengan mencoba sebisa mungkin memasang wajah datar. Walaupun sekarang di dalam tubuhnya kupu-kupu sudah berterbangan bebas. Bunga-bunga pun juga bermekaran. Itu sangat membahagiakan. Entah hikmah darimana Tian bisa bersikap sok romantis begitu. Tian tak pernah seromantis itu seumur hidupnya. Bahkan sampai berlutut.
***Jangan lupa vote dan komennyaaa 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Heart (Complete)
Fiksi RemajaKepercayaan itu seperti sebuah kaca. Bilamana kaca itu pecah. Karena sengaja atau tidak sengaja, tetap saja kaca itu akan pecah. Bila kaca sudah pecah, walaupun sudah direkatkkan kembali, bekasnya akan masih terlihat. "Ada dua pilihan, pertama tetap...