Bastian Pov
Terkadang ada baiknya kita berduka
Agar terasa betapa gembira
Pada saatnya kita bersuka
Terkadang ada baiknya kita menangis
Agar terasa betapa manis
Pada saatnya kita tertawa
Terkadang ada baiknya kita merana
Agar terasa betapa bahagia
Pada saatnya kita bahagia
Dan jika sekarang kita berpisah
Itupun ada baiknya juga
Agar terasa betapa mesra
Jika pada saatnya nanti
Kita ditakdirkan bertemu lagi
(Ayatrohaedi- Dari suatu perpisahan)Aku menuliskan sebuah puisi sederhana disaat dia berulang tahun. Hanya sebuah rangkaian kata yang sederhana namun mempunyai makns yang luar biasa. Dengan berbekal ponsel android dan tak lupa kuota internet aku menemukan puisi itu. Puisi yang menggambarkan hidupku sekarang. Galau, sedih, merana, ah seperti anak abege, kids jaman now!
Lelaki sejati tak akan pernah mundur untuk memperjuangkan cintanya. Pantang menyerah tentu saja. Aku akan berjuang untuk merebut kembali hatinya. Walaupun berbeda negara tapi cintaku kepadanya tetap sama. Seperti luasnya samudra, alay dikit tak apalah.
Aku tak menyangka jika aku jatuh cinta pada gadis itu. Tak terpikirkan olehku sama sekali. Sekarang dia bagai candu. Aku tak bisa hidup tanpanya, maklum efek kids jaman now aku jadi alay begini. Dia gadis yang menurutku berbeda. Disaat para gadis lain mencoba mencari perhatianku menggunakan segala cara namun gadis itu nampak tak peduli padaku. Hal itulah yang membuatku tertarik padanya. Padahal dia tak menarik diriku, tapi aku yang tertarik padanya. Dibalik sikap cuek dan judesnya padaku, dia adalah gadis baik dan juga manis. Entah kenapa aku nyaman bersamanya. Seperti dia yang ada dimasalaluku, mungkin dia sudah tenang disana.
Aku merasa bodoh karena aku mengkhianatinya. Sungguh aku merasa bersalah telah menyakiti gadis sebaik dia. Aku pikir dia sama dengan gadis lainnya, ternyata dia berbeda. Bahkan aku berkali-kali menyakitinya dia mau memaafkanku. Dia begitu baik.
Aku tau aku hanyalah cowok brengseng kurang ajar yang hanya tau menyakiti perempuan. Tapi ingatlah sebrengsek-brengseknya lelaki dia akan mencari gadis yang baik-baik. Aku memang brengsek, tapi itu dulu. Sekarang aku mencoba menjadi yang lebih baik. Merubah diriku seperti ultraman. Bukan-bukan maksutnya merubah perilaku yang lebih baik.
Aku tetap memperjuangkan cintaku, aku tak mau lagi menyianyiakan dia yang begitu baik. Cukup dulu aku bodoh sekarang jangan.
Hari ini adalah hari yang mendebarkan bagiku. Ya gimana tidak berdebar, mau ngelamar anak orang gitu loh. Aku memberanikan diri untul melamar dia yang kutunggu beberapa tahun. Perasaanku masih sama tak terkikis sedikit pun oleh waktu, malah menurutku bertambah besar. Jangan kira waktu kita berbeda negara aku tidak menghubunginnya. Aku sering menghubunginnya bahksn hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum.
Waktu dia bilang dia sudah punya pacar, aku sedikit kaget dan juga tak percaya. Sebegitu mudahkah melupakan cowok seganteng aku. Pede dikit tak apalah. Walaupun dia berkata punya tapi dia kan tidak bisa membohongiku lama-lama seperti waktu itu akhirnya dia mengaku juga kalau dia berbohong. Waktu itu aku dan dia sedang vidcall.
"Mana pacar lo?"
"Emm... Pacar? Pacar gue?" dia tampak berpikir keras soalah mencari alasan. Terlihat dia matanya. Mata yang tidak pernah bohong.
"Iya pacar lo lah, masak pacar tetangga lo. Jangan-jangan lo bohong sama gue?" aku memicingkan mataku.
"Eh enggak ngapain juga gue bohong. Dia lagi sibuk."
"Sibuk nyari cewek baru. Dari kemarin gue tanya dimana cowok lo, ada aja alesan lo. Gue pikir-pikir jangan-jangan lo bohongin gue,"
"Lo udah makan?" dia mengalihkan pembicaraan. Tebakanku benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Heart (Complete)
Fiksi RemajaKepercayaan itu seperti sebuah kaca. Bilamana kaca itu pecah. Karena sengaja atau tidak sengaja, tetap saja kaca itu akan pecah. Bila kaca sudah pecah, walaupun sudah direkatkkan kembali, bekasnya akan masih terlihat. "Ada dua pilihan, pertama tetap...