Vira berjalan menuruni anak tangga dan diikuti Tian di belakanganya. Ia memegang dadanya dan merasakan debaran jantungnya yang tak karuan itu. Detak jantung Vira lebih cepat dari biasanya. Ia merasakanya setelah ia berpelukan dengan Tian. Apakah mungkin karena perasaan kaget karena hampir terjatuh. Jatuh tersandung atau karena jatuh cinta. Yang pasti hanya Tuhan lah yang tau.
Tak seperti Vira sekarang, Tian malah senyum-senyum sendiri. Namun bukan senyum bahagia atau senang dapat memeluk Vira, yang ia tampilkan tetapi malah senyuman penuh arti. Ia tersenyum karena baru saja rencananya membuat Vira jatuh cinta kepadanya berjalan dengan baik. Walaupun, tadi tak ada rencana apapun yang ingin di lakukan oleh Tian. Ia hanya mengikuti alur Tuhan.
Saat berjalan menuruni anak tangga mereka hanya terdiam, hanya suara derap langkah mereka yang terdengar di indera pendengaran mereka masing-masing. Setelah Vira menginjakkan kakinya di lantai bawah seorang wanita hampir separuh baya namun masih terlihat muda memanggil namanya. Vira menoleh mencari sumber suara.
"Vira, kok udah mau pulang?" tanya Rani mendekati Tian dan Vira.
"Enggak kok ma, aku sama Vira mau kencan dulu," sahut Tian yang sudah berada di samping Vira dan merangkul Vira dari samping. Vira yang menyadarinya langsung melempar pelototan horor kepada Tian.
Tian menoleh ke arah Vira. "Iya kan sayang?" tanya Tian sambil melemparkan senyuman kepada Vira.
"Eh iya tan, saya sama Tian mau jalan-jalan dulu," Vira tersenyum kikuk. Dalam hatinya ia mengeluarkan sumpah serapahnya kepada Tian.
Rani mengangguk mengerti. "Oh gitu, ya udah hati-hati ya," ucap Rani kemudian pergi meninggalkan Tian dan Vira.
Setelah Rani pergi, segera Vira melepaskan tangan Tian yang berada di bahunya dan melempar tatapan horor kepada Tian (lagi). Tian malah terkekeh melihatnya.
"Kalo liat aku jangan gitu dong sayang, makin cinta nih." celoteh Tian. Barbagai sumpah serapahterucap di dalam hati Vira.
"Aneh," ucap Vira singkat lalu berjalan pergi.
'Aneh' kata itu lah yang menggambarkan tingkah Tian saat ini. Bagaimana tidak kemarin saja Tian dan Vira adalah musuh. Namun hanya sehari tingkah Tian berubah menjadi seperti sekarang, mengejar-ngejar Vira. Itulah yang dipikirkan oleh Vira, kenapa Tian berubah cepat sekali. Sejak kejadian tadi pagi Tian berubah drastis.
Sedangkan di pikiran Tian adalah bagaimana caranya Vira bisa luluh kepadanya hanya itu saja.
Tian sudah berada di atas motor kesayangannya kemudian melalukukan kegiatan seperti biasa, membatu Vira untuk naik. Setelah itu Tian melajukan motornya menembus jalanan yang sekarang sedang lengah itu. Setelah beberapa menit kemudian motor Tian berhenti, namun bukan berhenti di depan rumah Vira tetapi berhenti di tempat pedagang siomay.
Vira menautkan alisnya, "Ngapain kesini?".
Tian tersenyum, "Yah makan lah aku lapar, emangnya kamu nggak lapar?" tanya Tian sembari menautkan alisnya.
Memang Vira sebenarnya sekarang lapar, karena belum makan. Dan untungnya Tian mengajak Vira untuk makan, walaupun hanya dengan siomay, yang penting ada sesuatu yang masuk kedalam perut Vira, maka dari itu Vira tak mau menolak ajakan Tian. Vira dan Tian sekarang sudah duduk di meja untuk memesan siomay.

KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Heart (Complete)
Ficção AdolescenteKepercayaan itu seperti sebuah kaca. Bilamana kaca itu pecah. Karena sengaja atau tidak sengaja, tetap saja kaca itu akan pecah. Bila kaca sudah pecah, walaupun sudah direkatkkan kembali, bekasnya akan masih terlihat. "Ada dua pilihan, pertama tetap...