TIGAPULUHSATU

8.5K 434 8
                                        

Lanjut Bab selanjutnya kalo bab ini udah 50 vote ya. Kuy vote dan komen. Thanks

Tian ikut panik setelah mendengar bahwa Vero mengalami kecelakaan. Padahal baru beberapa jam yang lalu Vero menyurunya menjaga Vira. "Gue anterin." Tian menarik tangan Vira saat Vira hendak berjalan ke arah pintu.

Vira yang masih menagispun menghempaskan tangan Tian. "Enggak usah, gue bisa pergi sendiri," ucap Vira yang masih sesenggukan akibat menangis.

Dengan sekali hentakan Tian menari tangan Vira dan di detik selanjutnya Tian sudah mendekap Tian. Vira semakin menangis. "Udah deh, lo tenang dulu aja. Vero pasti baik-baik aja." Tian mengelus rambut Vira, menenangkan Vira.

Setelah cukup tenang, Vira melepas diri dari dekapan Tian. Lalu mengusap air mata yang sudah membasahi wajahnya tersebut. Wajahnya sudah merah dan matanya sudah sembab. Namun Vira masih tetap cantik. "Cepetan!" kata pertama yang diucapkan Vira setelah menangis.

Tian tersentak, kemudian ia berlari menuju sofa dimana ia tidur tadi. Lalu diambilnya kunci motor yang tadi diantarkan oleh sopir pripadi di rumah keluarga Tian. Motor Tian memang diantar ke rumah Vira oleh sopir pripadi Tian. Tian menyuruh sopirnya untuk mengambil motornya yang masih berada di sekolah. Maka dari tiu tadi Tian sengaja menitipkan kunci kepada pak satpam tadi.

Vira berjalan mondar mandir di depan pintu rumah sembari bersedekap. Menunggu Tian yang masih mengambil kunci motor. "Cepetan, ayo." Seru Vira yang melihat Tian sudah berjalan menghampirinya.

"Iya-iya gue bukan flash¬ yang bisa lari kenceng." Gerutu Tian. Kemudian Tian berjalan keluar rumah dan menghampiri motornya yang terparkir di depan rumah Vira. Vira pun mengekor di belakanya dengan gelisah.

Setelah itu mereka pun pergi menuju ke rumah sakit ternama di kota tersebut.

•●•

Sesampainya mereka di tempat parkir Vira langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit. Tak memperdulikan seruan Tian agar Vira menunggunya. Namun, tak pernah didengarkan oleh Vira. Ia masih berlari menuju dimana adiknya berada. Umpatan-umpatan sudah Vira didengar Vira sedari tadi. Akibat menabrak orang-orang yang menghalangi langkah Vira. Untung saja orang-orang yang tak sengaja ditabrak oleh Vira tak mempermasalahkannya. Mereka memaklumi saja.

Sesampainya di depan ruang inap Vero, Vira berhenti. Napasnya ngos-ngosan akibat berlari dari tempat parkir sampai ke situ. Terlihat Lili sudah menunggu menunggu Vira dan duduk di kursi tunggu rumah sakit. Wajahnya terlihat lelah. Vira menghampirinya dan memeluk sang mami.

Setelah melepas pelukan Vira bertanya,"gimana Vero mi?" sedikit raut khawatir tersirat di wajah Vira. Lili mengela napas pelan. " Dia belum bangun," jawabnya.

Tian datang menghampiri mereka. "Gimana tan, keadaan Vero?" tanya Tian. Lili menggeleng pelan, "belum sadar." Vira mengusap lembut punggung Lili, mencoba menenangkannya.

Tiba-tiba Vira tersentak kaget saat mengingat sesuatu. Ia teringat ancaman Tasya siang tadi saat di kamar mandi. Ia menggigit bibir bawahnya, takut. Ia berkesimpulan bahwa mungkin semua ini ada hubungannya dengan itu. Namun, semua kesimpulan itu akan jelas setelah Vero sadar dan menjelaskan kronologis kecalakaannya tersebut.

•●•

Seorang gadis tengah terduduk . "Ver," gadis itu menatap sendu lelaki yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Wajahnya lebam dan terdapat goresan-gorean kecil. Kakinya digips karena tulang kakinya sedikit retak, mungkin akibat terbetur benda keras dan mengakibatkan terjadi retakan pada kakinya.

Gadis tersebut menggengam tangan lelaki tersebut. "Ver, bangun dong. Jangan ngebo muluk," Gerutu gadis tersebut. "Gue panggilin mami nih, supaya lo disiram pake air, biar bangun." Lanjutnya.

Setetas air mata turun dari pelupuk mata melewati pipinya. Sebelum terjatuh, ia segera mengusap air mata tersebut.

"Ver, cepetan bangun dong, gue janji deh, enggak bakal cerewet ke elo, gue bakal nurutin kemauan lo. Tapi lo cepetan bangun," Gadis itu berbicara sendiri. Lelaki tersebut masih setia memejamkan matanya.

Namun, tiba-tiba tangan yang digenggam oleh Vira pun mulai bergerak. Walaupun pelan, namun Vira masih bisa menyadarinya. "Ver?" Vira menatap wajah Vero, berharap lelaki itu membuka matanya.

Beberapa detik kemudian mata Vero pun mulai terbuka pelan-pelan. Vero mengerjap-ngerjapkan matanya menyesuaikan cahaya lampu yang terang. Ia juga meringis kesakitan setelah tersadar.

Vira berteriak memanggi dokter agar segera menangani Vero yang baru saja tersadar. Dan akhirnya berkat suara mirip toa Vira, Lili dan Tian yang berada di luar ruangan tersebut mendengar teriakan Vira. Tian memanggil dokter dan Lili segera masuk ke dalam.

"Gimana Vir?" tanya Lili diambang pintu dengan raut wajah cemas. Seorang ibu pasti khawatir melihat anaknya sedang tertimpa musibah. "Vero!" Lili mengampiri anaknya yang sudah sadar walaupun sering meringis kesakitan. Setelah itu masuklah seorang dokter.

Tian mengekor di belakang dokter tersebut. Dokter tersebut meminta mereka untuk keluar sebentar, akhirnya mereka pun menuruti permintaan dokter tersebut.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya dokter tersebut keluar dari ruangan tersebut. Dokter itu pun tersenyum ramah. Lili dan Vira menghampiri dokter tersebut. "Gimana dok?" tanya Lili begitu sampai tepat di depan dokter.

Dokter itu pun kembali tersenyum. "Tolong ikuti saya," dokter itupun pergi menuju ruangannya. Lili mengekor di belakangnya.

Vira masuk kedalam dan juga Tian. "Ver? Lo enggak papa, kan?" tanya Vira. Vero mengeryitkan dahinya. "Lo siapa?" tanya Vero kepada Vira. Vira tersentak kaget, begitupun dengan Tian. "Ver, lo amnesia ya? Masak o enggak kenal gue sih?" Vira cemas, bagaimana bisa adikknya sendiri tak mengenalinya. Vira beranggapan bahwa Vero mengalami amnesia.

"Ver, ini gue kakak lo. Kakak paling cantik, ngalahin Raisa apalagi Isyana." Vira menujuk-nunjuk dirinya sendiri. Mencoba memeberi tahu bahwa dia adalah kakaknya. Namun, Vero tetap mengeryitkan dahinya.

"Lo, tau siapa gue?" ganti Tian yang bertanya. Vero pun mengangguk. "Kenal lah. Lo kan kak Tian. Cowok yang terkenal playboy se-sekolah kan?" balas Vero. Vira menganga mendengar jawaban Vero.

Tbc.

Open Your Heart (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang