Suara kegaduhan di dalam kelas membuat kelas serasa seperti pasar dadakan. Mungkinn hari ini adalah salah satu hari yang sangat ditunggu oleh para murid. Yaitu jam kosong di jam pertama dikarenakan sedang apa rapat guru. Surga sekolah, bukan?
Di kubu cewek dapat dilihat mereka sudah membuntuk meja diskusi yang dipimpin oleh Siska, si biang gosip sekolah. Mereka akan mendiskusikan semua hal-hal yang sedang menjadi berita ter¬hot selama beberapa hari ini. Mulai dari berita si A yang berpacaran dengan si B. Berita tentang si C yang baru saja putus dengan si D. Bahkan mereka akan berdebat memperebutkan untuk menjadi pasangan si E. Kalau sudah masalah gosip-menggosip. Waktu seharipun tidak akan cukup bagi cewek untuk menyelesaikannya.
Sedangkan di kubu cowok,mereka tidak seperti para cewek yang membentuk sebuah kelompok diskusi gosip. Para cowok lebih asik dengan ponsel di tanganya dan bermain game dengan asiknya. Serasa dunia milik mereka dan game yang sedang dimainkan. Namanya juga cowok, kalau cewek hidup tak akan lengkap kalau tidak bergosip. Sedangkan cowok hidup tak akan lengkap kalau hidup tanpa game.bahkan pacar dunia nyata mereka akan dinomor duakan demi game mereka. Sono pacaran saja sama tuh ponsel.
Saat ini Tian duduk sambil menopang dagunya dan sesekali tersenyum tak jelas. Risky dan juga Bagas yang sedari tadi memperhatikan tingkah Tian pun menjadi jengah dibuatnya. Berbagai opini sudah dipirkan Bagas dan Risky. Mulai apakah Tian menang lotre pagi ini. Apakah Tian mendapatkan rejeki nomplok. Ataukan Tian sedang jatuh cinta. Dan yang terakhir apakah Tian sedang keraskukan jin saat berangkat sekolah tadi. Entah Risky dan Bagas tak tau mana yang pasti.
"Yan," seru Risky mencoba memanggil Tian yang tengah senyum-senyum tak jelas sendiri. Namun, seruan Risky sama sekali tak menyadarkan Tian dari lamunan indahnya.
"GILA, YAN. GIGI HADID LEWAT, YAN." Seru Bagas yang iku mencoba menyadarkan Tian. Namun, yah hasilnya tetap nihil. Bagas mendengus sebal.
Bagas dibuat gondok itupun berdiri menghampiri Tian yang memang duduk bersebrangan di sebelahnya. Tanpa permisi tangan Bagas memegang puncak kepala Tian dan berkata. "Allahu Akbar, demit ra ndulit, setan ora doyan. Ngalio kowe saka ragane cah iki," serunya seperti mbah dukun yang sedang menangani orang yang sedang kesurupan.
Tian menepis tangan Bagas yang tanpa permisi singgah di kepalanya itu. Dan dengan tidak sopannya membaca mantra yang Tian ketahui adalah mantra untuk orang yang sedang kesurupan.
"Lo kira gue kesurupan apa?" gerutu Tian kepada Bagas yang sedang cengengesan tak jelas. Membuat Tian semakin gondok dibuatnya.
"Lo sih senyam senyum sendiri kayak orang kesambet. Kan gue jadi takut kalo beneran lo lagi kesambet." Balas Bagas. Sedangkan Risky hanya diam, menatap perdebatan live antara Tian dan Bagas tersebut. Toh percuma saja melerai mereka, buang-buang waktu saja.
Setelah beberapa menit mereka habiskan untuk berdebat untuk menentukan siapa yang salah. Tian yang sudah kesal beradu mulut dengan Bagas pun akhirnya memutuskan menyerah. Angkat tangan kalau berdebat dengan Bagas. Bagas si tukang ngeyel mau gimanapun enggak bakal kalah kalau urusan adu mulut.
Akhirnya Tian memutuskan pergi meninggalkan Bagas yang masih nyerocos membela dirinya." Eh lo mau kemana tiang listrik. Gue belum selesai ngomong." Seru Bagas kepada Tian yang pergi meninggalkan Bagas yang tengah mengoceh. Karena merasa tak suka atas panggilan Bagas, yang menyebutnya sebagai tiang listrik. Tian pun mengentikan langkahnya dan menoleh ke arah Bagas. Tak lupa tatapan menghunusnya yang mampu membuat membuat siapapun akan menciut. Begitupun dengan Bagas..
Tian yang menyadari Bagas yang sudah diam pun menyeringai, akhirnya melanjutkan langkah kakinya pergi meninggalkan kelas tersebut.
Tian melangkah dengan tak tentu arah. Entah kemana tempat yang akan ia tuju, ia pun tak tau. Kakinya terus saja melangkah tak memperdulikan sekitar. Hingga manik matanya sempat melihat gadis yang saat ini memenuhi pikirnya tengah berjalan bersama temannya menuju perpustakaan. Hal itu membuat Tian melanghkah cepat menuju ke tempat sang gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Heart (Complete)
Novela JuvenilKepercayaan itu seperti sebuah kaca. Bilamana kaca itu pecah. Karena sengaja atau tidak sengaja, tetap saja kaca itu akan pecah. Bila kaca sudah pecah, walaupun sudah direkatkkan kembali, bekasnya akan masih terlihat. "Ada dua pilihan, pertama tetap...