TUJUH

12.3K 459 10
                                    

Sebuah motor ninja berhenti tepat di depan gerbang rumah Vira. Lalu sang pemilik rumah itu pun turun dari atas boncengan motor tersebut. Di lepaskannya helm yang sedari tadi ia pakai. Untuk melindunginya dari sesuatu yang bisa saja membuatnya terluka. Ia menerapkan prinsip mencegah lebih baik daripada mengobati, pikirnya.

"Makasih," ucap Vira singkat kepada lelaki yang mengantarkannya pulang. 

"Cama-cama ayangbebkuh tercintah." balas Tian dengan nada sok imutnya. Walaupun memang dia imut. 

"Ih najis denger suara lo. Sejak kapan lo jadi alayers kayak gini." cibir Vira yang sedikit illfeel.

"Sejak aku terlope-lope padamu," nada bicara Tian masih sama seperti sebelumnya. 

"Lo kayaknya perlu kedokter deh, udah akut kayaknya penyakit lo," Gadis itu bergidik ngeri. 

"Iya emang aku kayaknya perlu kedokter, tepatnya dokter cinta. Dan penyakitku memang sudah akut. Penyakit terlalu lope-lope padamu," cerocos Tian. Sumpah. Tian baru saja kesambet jin tomang dari pohon beringin di seblah ruma Vira mungkin.

Vira menganga sambil menggeleng-nggelengkan kepalanya mendengar ucapan Tian yang benar-benar sudah ngaco, "Sumpah beneran lo sudah sarap." 

"Ini juga kan penyebabnya juga kamu," Tian menunjuk Vira dengan jari telunjuknya. 

"Tau ah beneran udah sarap nih orang." Vira pergi meninggalkan Tian lalu masuk ke dalam rumahnya.

Sedangkan Tian masih diam setelah Vira meninggalkannya. Ia berpikir, sejak kapan ia seromantis ini kepada seorang cewek seperti Vira. Sebenarnya ucapan-ucapan lebay yang sudah di ia ucapkan tadi spontan dari mulutnya. Tak pernah ia berpikir atau berniat mengucapkan hal-hal konyol seperti itu tadi.

Saat ia mengingat kata-kata yang bisa di bilang lebay plus alay itu tadi ia bergidik jijik. Ia tak menyangka bahwa ia bisa berucap seperti itu. Apalagi di depan cewek itu dan menggodanya. Big No!. Mau di taruh mana mukanya nanti. Apa perlu ia memasukkan mukanya kedalam kantong plastik lalu memasukkannya ke dalam kardus kemudian di kirim ke kutub utara. Selesai.

Semua yang sudah terjadi mau gimana lagi. Penyesalan selalu ada di akhir. Jadi ya sudahlah anggap aja tadi Tian sedang khilaf.


●●●


"MAMI," teriak Vira sambil berlari menghampiri Lili yang sedang memasak di dapur. "Tumben mi, kok masaknya banyak banget, enak-enak lagi," ucap Vira yang masih memeluk Lili dari belakang.


"Vira kalo nggak mau bantuin nggak usah ngerecokin mami, deh. Sana pergi, mami lagi repot," Vira kemudian melepaskan pelukannya kepada maminya. Sembari memonyongkan bibirnya kesal.

"Emang lagi ada apa sih mi kok masak banyak banget emang kita bisa habisin mi. Entar mubazir lo mi kalo nggak makan. Nanti Tuhan marah lo mi kita menyia-nyiakan makanan. Masih ada banyak orang yang nggak bisa makan loh mi. Emang mami takut kalo Tuhan marah, " cerocos Vira kemudian Lili menatap Vira seperti mengisyatarkan 'bisa diem nggak!'

"Oke-oke mi aku diem," Vira menutup mulutnya rapat-rapat lalu mengambil sebuah kunci yang tembus pandang dan mengunci mulutnya kemudian membuang kunci tembus pandangnya kesembarang arah. Aneh.

Open Your Heart (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang