DUAPULUHSEMBILAN

9.4K 374 24
                                    

Holaa...
Kasih Vote dan Komen yah biar tambah semangat...
Mampir bacaa ceritaku yang satunya yah OUR STORY. Kasih vote dan komen juga ya 😉

•●•

"AAAA!" teriak Vira saat melihat kedua lelaki itu masuk ke dalam kamarnya.

"Gue kira yang teriak tadi lady gaga makanya gue kesini. Eh ternyata lady gagal." celetuk Tian membuat Vero tertawa sedangkan Vira mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kalian keluar deh!" Vira menutupi wajahnya menggunakan bantal. Sungguh malu dia. Mau di taruh mana mukanya di depan kedua cowok yang telah menembaknya. YaTuhan bagaimana kalo mereka lari mencari cewek lain.

Vira masuk ke dalam kamar mandi menjauh dari mereka.

"Kakak lo kenapa sih? Mukanya itu loh kagak nahan." Tian bertanya pada Vero.

"Ya gitu kalo lagi sakit atau galau. Tikus aja lari liat wajahnya haha." Vero tertawa mengingat wajah kakaknya itu.

"Gue denger." pekik Vira dari dalam kamar mandi.

Ketiga lelaki tersebut seketika menoleh ke arah kamar mandi. Dimana Vira bersembunyi dari kenyataan pahit. Kenyataan bahwa dua cogan sudah melihat wajahnya yang tak karuan itu.

"Udah keluar yuk takut nanti singa betinanya marah. Nanti kita diterkam kan atut." Vero merangkul pundak Tian dan Aldi. Tinggi mereka hampir sama.

Aldi hanya menggeleng-nggeleng kepalanya. Aldi hanya bingung kenapa Tian bisa di rumah ini. Sedekat ini kah Tian dengan keluarga ini. Sedangkan Aldi dianggap siapa di rumah ini. Hanya tamu yang mampir saja. Di hati kecil Aldi ia sedikit merasa iri. Iri melihat Tian. Betapa mudahnya keluar masuk rumah ini. Atau dengan mudahnya bertemu Vira mengajaknya jalan. Sungguh Aldi juga ingin seperti itu.

"Oy ngelamun aja. Nanti kesambet jin cabe-cabean baru tau rasa." Seruan Vero membuyarkan lamunan Aldi. Aldi pun hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedangkan Tian memasang ekpresi sedatar-datarnya. Si Tian bertemu rivalnya dalam memperebutkan hati Vira.

"Muka lo kenapa kayak triplek gitu. Datar bener. "

Tian pun tersenyum tipis walaupun itu senyuman terpaksa.

"Nah nanti bidadari pada turun ke bumi."

"Karena gue senyum?"

"Kagak di kahyangan ada mimi peri jadi pada kabur ke bumi takut mereka sama mimi peri haha." Vero pun tertawa, Aldi hanya tersenyum tipis. Sedangkan Tian sudah melenggang pergi.

"Gue pamit dulu ya. Salam buat kakak lo." Aldi menepuk bahu Vero kemudian pergi berjalan ke arah pintu.

Setelah tubuh Aldi tak terlihat lagi Vero memutar badannya berniat masuk kedalam kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat Tian sedang mengintip kamar Vira melalui celah pintu yang memang tidak di tutup sempurana.

Vero berjalan mengendap-endap berniat mengagetkan Tian.

"Hayooo... Mau ngintipin kakak gue ya." Tian terkejut saat Vero menepuk bahunya.

"Lo mau bunuh gue hah? Gue belum siap mati. Cinta gue masih digantung nanti gua mati penasaran. Lo mau gue gentayangin hah?" cerocos Tian.

"Haha uluh-uluh cinta abang kayak jemuran digantung. Duh kacian." Vero membuat ekpresi alaynya dan membuat Tian bergidik jijik dibuatnya.

"Makanya bilangin ke kakak lo jangan main gantung-gantung aja." cibir Tian.

"Haha. Intropeksi diri aja deh." Vero menepuk-nepuk bahu Tian.

"Lo ngapain ngintipin kakak gue. Awas bintitan nanti baru kapok lo." Vero menunjuk-nunjuk muka Tian menggunkan telunjuknya. Mencoba memperingatkan.

Open Your Heart (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang