Author POVMobil mewah yang di dominasi warna merah itu menembus jalanan kota yang padat karena saat itu pada jam pulang sekolah. Alhasil mobil itu terkena macet.
Tak perlu waktu lama mobil itu masuk ke dalam area parkir basement di suatu mall ternama di kota tersebut.
Gadis cantik yang masih memakai seragam murid SMA itu membuka pytgintu mobil dan diikuti lelaki berpakaian santai keluar dari dalam mobil.
Mereka berjalan beriringan menuju ke dalam area mall dan sesekali mereka tertawa karena perbincangan mereka.
Mereka mengelilingi mall utuk mencari penjual es krim. Dan setelah itu mereka masuk ke dalam cafe yang khusus menyediakan menu-menu yang berbau es krim.
Di dalam sana lumayan sepi, jadi mereka bisa memilih tempat duduk sesuai keinginan mereka. Kemudian mereka duduk saling berhadapan.
Setelah itu mereka memanggil waiters untuk memesan. Mereka menyebutkan menu yang akan mereka makan. Selesai itu akhirnya waiters pergi meninggalkan mereka untuk mengambil pesanan mereka.
"Gimana sekolahnya?" tanya Aldi membuka percakapan.
"Hm.. Ya gitu deh kak."
"Lah gitu deh gimana." Aldi mengerutkan keningnya.
"Ya pokoknya gitu deh."
"Baiklah kalo nggak mau cerita." Aldi mengangguk-angguk pelan.
Vira hanya membalas dengan kekehan.
Kemudian seorang waiters datang membawa nampan yang berisi makanan mereka.
Saat melihat semangkuk es krim berada di depannya matanya langsung berbinar-binar senang. Seolah-olah melihat segunung emas. Walaupun itu cuma sebuah es krim.
Vira melahap es krimnya dengan terburu-buru. Seperti orang yang tak makan nasi selama 3 hari. Aldi yang melihat tingkah kekanak-kanakan Vira hanya menggeleng. Karena Aldi sudah tau kebiasaan Vira. Karena mereka sudah lama saling kenal.
Berawal dari Osis mereka saling mengenal. Ya Aldi dulu adalah mantan ketua Osis dan Vira adalah sekertaris. Jadi mereka lumayan dekat. Dan juga mereka dulu berada di satu Smp yang sama. Juga rumah mereka lumayan dekat. Orang tua Vira juga mengenal Aldi begitupun sebaliknya.
Dan apakah kalian tau? Kenapa Vira bisa bersekolah di Sma tersebut. Itu semua karena sosok Aldi. Dari banyak sekolah ternama di kota tersebut Vira memilih Sma itu karena ia ingin mengikuti di manapun keberadaan Aldi. Maka dari itu ia memilih sekolah itu demi bisa bertemu dengan Aldi setiap hari. Begitupun dengan Vira yang mendaftar menjadi anggota Osis. Itu juga karena sosok Aldi.
Sosok Aldi begitu berpengaruh dalam hidup Vira. Di hati dan pikiran Vira hanya ada Aldi. Vira tak memerdulikan sekitar yang ia pedulikan hanya Aldi seorang. Namun itu dulu. Hanya masa lalu. Sekarang sosok Aldi menghilang di hati dan pikirannya. Ia sudah menghilangkan semua perasaan itu. Yang tersisa hanya perasaan sayang adik kepada kakaknya. Karena Vira menggap Aldi sebagai kakaknya.
"Makannya pelan bisa nggak sih. Kayak anak kecil." Aldi menatap Vira yang masih asik memakan es krimnya.
"Biarin." ucap Vira cuek dan masih asik memakan es krimnya.
Setelah Vira memakan habis semua makanannya ia mengusap mulutnya dengan tisu yang sudah di sediakan.
"Masih kurang?" ucap Aldi menggoda Vira.
"Udah kak. Udah kenyang nanti perut aku meledak kakak mau tanggung jawab, hah?" ujar Vira.
Aldi hanya tersenyum sambil mengacak-acak puncak kepala Vira.
"Ih kakak rambut aku nanti kusut loh." gerutu Vira sambil memanyukan bibirnya.
"Enggak apa-apa kok masih tetep cantik." goda Aldi.
"Emang dari dulu aku cantik." Vira menjulurkan lidahnya.
Tawa Aldi pun pecah. Betapa pede nya gadis yang duduk di depannya. Tak merasa jaim sekali walaupun sedang bersama seorang lelaki.
Seorang lelaki dengan seragam yang sama seperti Vira datang menghampiri meja Vira dan Aldi. Tangannya mengepal seperti orang yang sedang menahan emosi yang meluap-luap.
Lelaki itu tanpa permisi mencengkram lengan Vira dan menariknya untuk berdiri. Sang empunya mengaduh karena kesakitan.
Ketika Vira mendongak betapa terkejutnya Vira. Kenapa Tian bisa disini, pikirnya. Ya lelaki itu adalah Tian. Tian mengikuti Vira sedari tadi karena ia merasa khawatir. Setelah melihat Vira masuk mobil saat berada di depan gerbang sekolah Tian tack sengaja melihatnya.
Lalu karena rasa kekepoan Tian. Tian mengikuti mobil tersebut dan tibalah ia disini. Sebenarnya sudah sedari tadi ia mengikuti mereka. Niatnya cuma sekedar mengikuti saja.
Namun setelah mereka terlihat tertawa bersama dan Aldi mengacak-acak rambut Vira. Saat itu lah emosi Tian memuncak.
Entah apa yang di rasakan Tian. Ia merasa marah saat melihat Vira bersama lelaki lain. Mereka terlihat sangat dekat.
Apakah Tian cemburu? Entahlah hanya Tuhan yang tau.
Aldi pun juga ikut berdiri namun ia hanya melihat saja takutnya jika ia ikut campur masalahnya akan tambah rumit
"Ayo pulang." Tian menarik lengan Vira.
"Lepasin..." Vira mencoba melepas cengkrakam Tian.
"Pulang sekarang."
"Enggak."
Aldi merasa sikap Tian sudah mulai berlebihan pun akhinya membuka suaranya.
"Woy bro jangan maksa cewek. Dia bilang enggak mau." ujar Aldi dan mendapat pelototan dari Tian.
"Ini bukan urusan lo." Tian menunjuk-nujuk Aldi menggunakan jari telunjuknya.
"Tian lepasin. Apa-apa sih lo. Lepasin enggak." Vira masih mencoba melepaskan cengkraman Tian.
"Pulang sekarang. Gue nggak mau lo jalan sama cowok itu." tian menunjuk Aldi dengan dagunya. Aldi pun mengerutkan keningnya.
"Siapa sih lo ngatur-ngatur hidup gue. Lo bukan siapa-siapa gue. Jadi nggak usah ngurusih hidup gue." ucap Vira sambil menatap tajam ke arah Tian.
Mampus kau Tian. Memang siapa kamu. Pacar bukan. Sahabat bukan. Tunangan bukan. Apalagi suami.
Tian diam sejenak. Cengkraman tangan Tian sedikut demi sedikit mengendur. Dan serasa mendapat peluang untuk melepaskan tanganya. Vira pun langsung menarik tangannya.
Tian diam. Perkataan Vira barusan begitu menohok hatinya. Memang benar Tian bukan siapa-siapa Vira. Memang itu lah faktanya. Ia hanya berpura-pura menjadi pacar saat bersama orang tua mereka.
Lalu kenapa Tian bersikap seperti ini. Ia pun tak tahu. Tiba-tiba saja suara hatinya menyuruhnya bertindak seperti itu. Ia merasa tak suka saat melihat gadis itu berduaan dengan laki-laki lain.
Kemudian Vira berjalan meningalkan Tian. Tian membiarkan Vira pergi bersama lelaki itu. Ia sadar bahwa ia bukan siapa-siapa Vira. Jadi ia tak berhak mengatur hidup Vira. Terserah Vira ia mau jalan sama siapa saja. Itu bukan urusan Tian.
"Siapa sih cowok tadi? Pacar kamu?" tanya Aldi yang sedang fokus menyetir.
"Bukan." ucap Vira ketus.
"Terus."
"Bukan siapa-siapa. Abaikan aja. Maafin yah kak soal kejadian tadi." Vira menolehkan kepalanya kepada Aldi yang menatap lurus ke depan.
"Hmm tak apa." Aldi mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.
Maafin aku kak, ini bukan waktunya untuk bercerita, batin Vira.
Vira kembali menatap ke jendela mobil dan menatap jalanan yang mungkin lebih menarik. Sejenak ia berpikir mungkinkah Tian menyukainya. Kenapa Tian tak suka kalau dia jalan bersama laki-laki lain. Entahlah ia juga tak tau.
Tbc
Oke see you di next chap...
Jangan lupa vomment yah...
Makasih ya udah baca cerita abal-abalku ini...
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Heart (Complete)
Teen FictionKepercayaan itu seperti sebuah kaca. Bilamana kaca itu pecah. Karena sengaja atau tidak sengaja, tetap saja kaca itu akan pecah. Bila kaca sudah pecah, walaupun sudah direkatkkan kembali, bekasnya akan masih terlihat. "Ada dua pilihan, pertama tetap...