"KEBO, BANGUN WOY. SEKOLAH KAGAK LO!" pekik Vira sambil menggoyang-nggoyangkan tubuh Vero yang masih setia tidur di atas kasur empuknya, enggan untuk bangun.
"Berisik ah, mak lampir." gumam Vero yang masih memejamkan matanya.
"Serah lo deh serah. Biarin lo telat. Biar kapok dihukum sama guru killer baru tau rasa lo." ujar Vira yang pergi meninggalkan kamar adiknya itu.
Vira berjalan turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama kedua orang tuanya. Ia sudah memakai seragam lengkap khas seragam SMA. Di bahu kanannya sudah bertengger manis tas kesayangannya yang berisi buku pelajaran hari ini.
Di meja makan Bagus sudah duduk sambil membaca koran untuk menunggu kedua anaknya berkumpul untuk sarapan bersama. Sedangkan Lili sedang menyiapkan susu untuk diminum oleh mereka.
"Loh, Vero mana?" tanya Bagus saat matanya menjumpai Vira yang sudah duduk di kursi meja makan. Vira pun menoleh dan menghela napas panjang, "tuh dibangunin susah banget pi."
Bagus menggeleng-nggeleng kepalanya. Vero masih saja seperti dulu, susah bangun, pikir Bagus. Bagus menoleh ke arah istrinya, "Mi, anakmu yang satunya enggak mau bangun tuh!" seru Bagus kepada istrinya yang sedang di dapur.
"Siapa pi? Vero?" jawab Lili yang berjalan menuju ke arah meja makan.
"Iya Mi, tuh udah aku bangunin enggak bangun-bangun." Timpal Vira.
Kemudian tak perlu waktu lama Lili berjalan menaiki tangga untuk membangunkan anak lelakinya itu. Sedangkan Vira tersenyum kemenangan, "mampus lo." gumam Vira pelan.
Lili masuk ke dalam kamar Vero. Si empunya kamar masih asik menjelajah pulau kapuknya. Hingga wajahnya basah oleh air yang disiramkan ke wajahnya. Spontan lelaki itu terduduk untuk mengumpulkan nyawanya.
Begitulah Lili, jika anaknya susah dibangunkan maka cara satu-satunya adalah menyiram anaknya dengan air. Sadis bukan, seperti ibu tiri. Namun hanya itu yang bisa membangunkan anaknya. Buktinya Vira dan Vero langsung bangun saat disiram air oleh Lili.
Vero bergumam tak jelas saat bangunnya diganggu. Biasanya tak ada yang mengganggu tidurnya. Ya maklum saat di rumah neneknya iya di biarkan. Dan saat kembali ke kandang macan, kebiasaan inilah yang akan terjadi.
Lili hanya diam melihat Vero yang bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Dengan mata yang masih setengah terpejam itu Vero berjalan ke kamar mandi.
•●•
"Kakak mana?" tanya Vero yang berjalan menuruni tangga.
"Ya udah berangkat lah. Kamu tuh kelamaan tidur kayak kebo." jawab Lili.
Vero pun mengambil sehelai roti dan mengolesinya dengan selai. Kemudian meminum susu dengan sekali minum. Lalu Vero berpamitan dengan kedua orang tuanya untuk berangkat sekolah. Vero menaiki motornya dan melaju kencang menembus jalanan kota yang sejuk.
•●•
"Nanti gue pulangnya enggak bareng lo ya." ujar Vira kepada Tian yang sedang duduk diatas motornya. Vira baru saja turun. Mereka seperti biasa, berangkat bersama.
Tian mengernyitkan dahinya, "kenapa?" tanya Tian yang penasaran.
"Enggak papa." jawab Vira yang sudah pergi meninggalkan Tian.
Tian pun segera mengejar Vira.
"Pulang sama siapa lo?" tanya Tian yang sudah berada disamping Vira.
"Rahasia dong." jawab Vira santai.
"Sama Aldi Aldi tuh?"
"Enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Heart (Complete)
Ficção AdolescenteKepercayaan itu seperti sebuah kaca. Bilamana kaca itu pecah. Karena sengaja atau tidak sengaja, tetap saja kaca itu akan pecah. Bila kaca sudah pecah, walaupun sudah direkatkkan kembali, bekasnya akan masih terlihat. "Ada dua pilihan, pertama tetap...