●
Setelah pulang sekolah. Tian mengajak Vira pergi ke sebuah taman. Taman yang pernah mereka kunjungi berdua pertama kali. Disinilah saksi dimana Vira dulu sangat membenci Tian yang bersikap cuek, dingin dan sama sekali enggak peka.
Begitupun dengan Tian, disinilah ia untuk pertama kalinya, mau disuruh oleh cewek, yaitu Vira. Dulu Vira menyuruh Tian untuk membeli sebotol minuman karena Vira merasa haus. Karena ancaman Vira membuat Tian sedikit takut. Mau tak mau akhirnya Tian menurutinya.
Mereka duduk dibangku taman yang dulu pernah mereka duduki. Suasananya masih sama. Mereka duduk diam sambil memandangi sekitar dan bergulat dengan pikirannya masing-masing.
"Vir," Tian membuka suara pertama kali. Vira yang merasa dirinya dipanggil pun seketika menoleh. "Apa?" balas Vira.
"Gue mau nanya. Lo punya perasaan enggak sih sama gue?" tanya Tian. Vira tersentak kaget terhadap pertanyaan Tian yang tiba-tiba.
Alih-alih menjawab. Vira malah mengambil ponselnya dari dalam tas miliknya. Jari jemarinya dengan lincah mengotak-atik ponselnya.
"Nih," Vira menyodorkan ponselnya kepada Tian. Tian mengernyitkan dahinya ketika melihat foto yang terpampang jelas di layar ponsel Vira. "Jelasin," ucap Vira dengan ketus.
Vira juga butuh penjelasan. Agar dirinya tidak ragu lagi terhadap Tian. Dia hanya perlu kepastian. Bukan harapan yang nantinya akan menghancurkan hatinya lagi.
Tian menghembuskan napasnya kasar. "Lo masih enggak percaya sama gue?" tanya Tian dengan menaikkan satu alisnya.
"Gue bukan cewek munafik Yan. Gue akui gue belum percaya sepenuhnya lagi sama lo. Lo udah sering ngehancurin kepercayaan gue Yan. Saat kepercayaan sudah hancur, maka sulit untuk kepercayaan itu utuh kembali. Barang yang udah pecah akan sulit untuk kembali seperti awalnya. Dan walaupun menjadi utuh itu pun enggak bakal sempurna." Balas Vira.
"Itu enggak seperti yang lo pikirkan Vir, foto itu Cuma salah paham. Gue enggak ada apa-apa sama Tasya. Kita Cuma sebatas mantan. Lo tau kan seberapa licik Tasya, waktu itu dia ngechat gue, dia bilang kalo mamanya lagi sakit. Lo tau kan kalo berhubungan sama ibu gue kayak gimana. Dan tiba-tiba dia meluk gue, karena gue kasian gue bales pelukan dia. Itu Cuma sebatas kasian Vir, enggak lebih. Lo tau kan rasanya kalo orang yang lo sayang terluka. Dan bodohnya gue, percaya aja sama akal-akalan si Tasya itu," Tian menatap Vira dengan intens. Begitupun dengan Vira.
"Gue tau emang gue brengsek, tapi gue mencoba ingin berubah Vir." Suara Tian begitu lembut, membuat hati Vira tersentuh.
Tian menatap lurus ke depan, tatapanya kosong. "Lo tau, kenapa gue suka gonta-ganti cewek?" Tian menatap sekilas ke arah Vira. Vira menggeleng. Tian tersenyum getir.
"Dulu, waktu gue SMP. Gue punya pacar. Dia, cinta pertama gue." Tian berhenti sejenak. Sekarang Vira yang menjadi pendengar setia.
"Dia itu anaknya baik, cantik, manis. Mirip seperti lo." Tian menatap sekilas Vira dan kembali menatap lurus ke depan. "Saat dia pacaran sama gue, gue merasa bahagia. Akhirnya gue ngerasain gimana rasanya pacaran. Walaupun masih cinta monyet."
"Waktu itu, gue tau kalo ada kakak kelas yang suka masa dia. Walaupun status dia masih pacar gue. Kakak kelas itu terang-terangan ngasih bunga, ngasih coklat dan ngasih boneka ke dia. Namun, dia nolak mentah-mentah. Kakak kelas itu tak pernah putus asa ngejar dia. Padahal jelas-jelas cewek gue udah nolak dia. Dan pas hari itu, hari terburuk gue."
"Waktu itu, tiba-tiba dia datang ke gue, enggak ada angin enggak ada hujan dia tiba-tiba ngajak putus. Gue jadi curiga ke dia. Gue pikir itu pasti karena kakak kelas itu. Memang gue sebenarnya iri. Kakak kelas itu begitu romantis ngasih bunga, ngasih coklat. Enggak kayak gue yang masih cupu. Belum pernah yang namanya pacaran."
"Gue udah berpikiran negatif, kalo dia selingkuh dengan kakak kelas itu di belakang gue. Dia lebih milih kakak kelas itu dibanding gue.dan lo tau alasannya kenapa dia mutusin gue?" Tian menoleh ke arah Vira. Vira menggeleng.
"Ternyata dia mutusin gue karena, umurnya enggak panjang. Dia mengidap penyakit leukimia. Dan ternyata dugaan gue salah. Gue udah berburuk sangka kepadannya."
"Kok lo bisa tau?" tanya Vira.
"Tiga hari setelah gue putus sama dia gue frustasi. Dan semenjak hari gue putus sama dia, gue enggak pernah ketemu dia. Setiap gue ke kelasnya dan nanya ke temen sebangkunya ternyata dia enggak masuk. Karena gue kangen dia, gue berniat lewat rumahnya siapa tau bisa ketemu dia. Minimal liat wajahnya lah." Tian tertawa, tawa dalam luka.
"Dan enggak disangka, pas gue lewat rumahnya. Disana ada bendera kuning, banyak orang yang masuk ke dalam rumahnya. Otomatis gue kaget. Gue berhenti di depan rumahnya." Mata Tian sudah memerah, Vira menatap sendu ke arah Tian. Vira mengusap-usap pelan punggung Tian.
"Terus ada bapak-bapak lewat, gue nanya ke dia. Siapa yang meninggal. Dan jawaban bapak itu bikin gue tambah drop. Ternyata yang meninggal adalah mantan pacar gue alias cinta pertama gue. Bapak-bapak itu ngejelasin bahwa dia mengidap penyakit leukimia."
Air mata Tian menetes. Segera Tian mengusapnya. Entah kenapa Tian menjadi rapuh seperti ini. Bukan hanya wanita saja yang bisa rapuh, namun lelaki juga bisa. Karena lelaki selalu berusaha sekuat tenaga agar ia tidak rapuh.
"Gue merasa paling bodoh. Merasa menjadi manusia terbodoh. Bisa- bisanya nuduh pacar sendiri selingkuh dengan orang lain. Padahal dia punya alasan tersendiri. Kenapa ia mutusin gue. Gue aja yang berpikiran negatif."
"Semenjak kejadian itu, gue berubah menjadi seperti ini. Cowok yang suka gonta-ganti pacar. Semua itu karena gue ingin mencari sosok dia di wanita lain. Namun, semua cewek yang pernah gue pacarin, enggak ada yang seperti dia."
"Tiba-tiba seorang cewek yang cerewet pun datang, musuh gue dari kecil. Cewek yang enggak pernah akur sama gue, tiba-tiba dijodohin sama gue." Vira tersentak, ia yakin cewek cerewet itu adalah dirinnya.
"Cewek itu, membuat hidup gue berwarna lagi. Gue nemuin sosok cinta pertama gue di dirinya. Dia baik, dia cantik, dia manis dan ditambah lagi dia cerewet. Semenjak dia hadir kembali di hidup gue, gue ngerasaain lagi yang namanya cinta."
"Awalnya gue benci pake banget ke dia, tapi setelah gue lebih mengenal dia, dari arah lain. Gue tau sisi baiknya. Bukan melihatnya lagi sebagai musuh. Dan dari situlah gue mulai suka ke dia."
Tian menoleh ke arah Vira, "Dan orang cerewet yang membuat hidup gue berwarna lagi adalah elo Vir." Vira mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya.
Vira membuang mukanya, "Tapi gue, enggak mau jadi pelarian lo dari cinta pertama lo, Yan.". Tian diam.
"Awalnya gue kira lo hanya sebagai pelarian gue dari cinta pertama gue karena lo mirip banget sama dia. Tapi lama kelamaan gue tau semua orang berbeda-beda, enggak ada yang sama. Setelah itu, gue mencoba mengenal diri lo lebih dalam. Diri lo yang sebenarnya. Bukan karena lo mirip dia."
"Gue cuma cowok brengsek yang suka gonta-ganti cewek kan."
Vira menggeleng, "Lo enggak sebrengsek itu, Yan. Jika ada sebab maka pasti ada akibat Yan. Jangan berpikiran seperti itu. Itu kayak gini sebab karena masa lalu lo. Jika lo ngelupain masa lalu lo, lo enggak bakal kayak gini, Yan. Gue tau lo itu orangnya baik, baik banget malah. Lo gonta-ganti cewek itu karena lo terlalu terbelenggu masa lalu lo. Coba lo lupain masa lalu lo dan buka kehidupan baru, Yan." Vira tersenyum.
"Ini semua bukan akhir, Yan. Ini semua adalah awal. Gue mau kita, mulai dari awal lagi. Tapi mungkin sulit buat gue memberi lo kepercayaan lagi. Gue akan berusaha tapi gue juga bisa lelah, lelah untuk membuat hati gue percaya lagi sama lo. Jadi lo tau kan jika hati sudah lelah harus gimana? " Lanjutnya.
"Vir," Tian kembali menatap Vira dengan penuh pengharapan.
"Ada dua pilihan, pertama tetap bertahan dan akhirnya hati tersebut akan mati rasa karena terlalu dipaksa atau kedua pergi meninggalkan karena hati butuh sesuatu yang bisa membuatnya nyaman." Ucap Vira.
Mungkinkah ini awal dari sebuah hubungan atau mungkinkah ini awal dari sebuah perpisahan.
Tbc.
Masih belum ending yah. Tunggu aja.
Siapa yang dipart ini baper, angkat tangan.
Maaf kalo enggak ngefeel.
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Heart (Complete)
Teen FictionKepercayaan itu seperti sebuah kaca. Bilamana kaca itu pecah. Karena sengaja atau tidak sengaja, tetap saja kaca itu akan pecah. Bila kaca sudah pecah, walaupun sudah direkatkkan kembali, bekasnya akan masih terlihat. "Ada dua pilihan, pertama tetap...
