Athala sedang duduk di teras depan kelasnya. Mengerjakan tugas bahasa inggris yang diberikan gurunya untuk mengantikan ketidakhadiran beliau dikelas hari ini.
Di depan kelas Athala terdapat sebuah pendopo kecil untuk tempat membaca dan disamping kelasnya adalah masjid sekolah. Posisi kelas yang sangat strategis ditambah dengan masih banyaknya pepohonan hijau di sekolahnya membuat Athala suka berada di luar kelas seperti sekarang. Beberapa temannya bahkan sekarang mengerjakan tugas mereka di pendopo.
Kadang setiap hari jum'at entah itu sebelum atau sesudah sholat jum'at Athala akan mencari Vian diantara anak laki-laki di sekolahnya yang akan menuju masjid di samping kelasnya. Ditambah di samping pendopo kecil itu pun terdapat tempat wudhu dan beberapa kali Athala melihat Vian selesai wudhu di sana. Athala selalu suka setiap kali melihat rambut cowok itu basah oleh air wudhu.
Begitu pun hari ini, pelajaran bahasa inggrisnya selesai sebelum sholat jum'at dan biasanya di saat murid laki-laki melaksanakan ibadah jum'at, murid perempuan akan mendengarkan ceramah keputrian di kelas masing-masing. Athala biasa mendengarkannya diluar kelas bersama yang lain.
"Udah pada beres belum?" Tanya Cecep ketua kelas Athala.
Athala baru selesai menjawab soal terakhir, dia kini sedang menuliskan identitas dirinya di bagian atas kertas polio yang diberikan Bu Sri untuk menjawab soal-soal latihan tersebut.
"Udah Thal?" Tanya Shasa yang sudah selesai lebih dulu. Athala menyerahkan kertas polionya pada Shasa begitu selesai menuliskan nama dan kelas dikertasnya itu untuk kemudian Shasa berikan pada Cecep bersamaan dengan miliknya.
"Ke kantin yuk Thal, nyari camilan buat keputrian," ajak Shasa kini berdiri dan merapikan roknya.
"Bangunin," pinta Athala dengan nada manja yang dibuat-buat dan kedua tangan yang dijulurkan pada Shasa.
Shasa berdecak tapi tetap menuruti permintaan Athala dengan menarik tangan Athala hingga perempuan itu berdiri. "Kelakuan lo Thal, ya ampun."
Athala nyengir menanggapi ucapan Shasa dan juga ikut merapikan rok miliknya. "Yuk."
Ternyata bukan hanya Athala dan Shasa yang berniat mencari camilan untuk menemani keputrian, murid-murid perempuan kelas lainpun sama. Meskipun di beberapa kelas masih ada guru yang mengajar, tapi kantin tetap penuh.
Athala membuka lemari pendingin di depannya, mengambil botol air mineral dingin di dalam sana. Sementara Shasa mengambil minuman rasa jeruk.
Mereka berdua kembali melanjutkan mencari beberapa snack ringan yang ada di rak samping kulkas tersebut. Kebanyakan disana adalah snack kering seperti makaroni, kacang polong, keripik singkong dan kerupuk seblak. Jenis-jenis snack kesukaan pelajar tentu saja.
"Hai cewek," sapa sebuah suara di belakang Athala yang sontak saja membuat kedua perempuan di depannya berbalik menoleh padanya. Juga diikuti beberapa murid perempuan lain disana yang mungkin merasa terpanggil.
"Radin? Kok lo disini?" Tanya Athala sementara Shasa yang sebelumnya berdecak kesal kini melanjutkan memilih kembali makanannya.
"Thal temen lo judes banget gitu sih?" Protes Radin menanggapi kelakuan Shasa. Athala menaikkan bahunya sebagai jawaban. Athala sendiri tidak tahu ada masalah apa antara Radin dengan Shasa. Biasanya Shasa bersikap biasa saja pada yang lainnya, hanya pada Radin sepertinya yang terlihat agak julid seperti itu.
"Lo jadi ikutan yang lomba itu Thal?" Tanya Radin setelah mengambil botol air mineral dari dalam kulkas di samping mereka.
Athala mengangguk dan sedikit bergeser karena sekarang posisi mereka sepertinya menghalangi orang lain. "Kenapa emang, Rad?"
"Lo tahu Vian juga ikut?"
"Tau."
"Oh ya udah," Radin meletakkan botol minumnya di meja untuk membayar pada penjualnya setelah sebelumnya Athala selesai membayar jajanannya.
"Udah?" Tanya Athala tidak mengerti, jadi apa maksud Radin dia hanya berniat memberitahukan jika Vian ikut juga pada Athala?
"Eh iya lupa, di kelas gue juga Thalita ikut, mereka berdua doang sih kalo di kelas gue," lanjut Radin sambil berjalan bersama Athala menemui Shasa yang sudah menunggu di salah satu meja kantin.
"Thalita?" Athala menautkan alisnya dan menghentikan langkahnya, Athala tidak tahu perempuan yang Radin maksud.
"Iya Thalita yang waktu itu kita ketemu di koridor," lanjut Radin membuat Athala diam beberapa saat. Apa mungkin Thalita yang dimaksud Radin itu adalah perempuan yang sering terlihat dekat dengan Vian?
"Oh iya ingat, tapi kenapa lo kasih tau gue?" Athala kembali bertanya dan Radin kini mendekat, membisikan sesuatu ke telinga Athala.
"Cuma ngasih tau aja, siapa tahu lo kepo," ucap Radin dan kini mendapatkan pukulan kembali dari Athala di lengannya.
"Apaan sih Rad," ketus Athala sebal sendiri dan kembali melanjutkan langkahnya menuju Shasa dan sesampainya di hadapan Shasa Athala langsung menarik tangan Shasa untuk menjauh dari Radin. "Yuk Sha ke kelas." Tapi Radin dengan tanpa dosanya kini melambaikan tangan pada mereka berdua.
Radin tahu Athala pasti penasaran dengan Thalita karena beberapa kali Radin menangkap sorot penuh tanya di mata Athala setiap kali bertemu dengan Thalita tanpa segaja. Tapi Athala sepertinya malu untuk menanyakan tentang Thalita padanya. Makanya dia tadi sengaja mengatakan itu pada Athala.
"Kalian abis ngapain sih Thal tadi?" Protes Shasa begitu mereka sampai di depan kelasnya, tapi Athala malah balik bertanya pada Shasa.
"Si Radin emang gak jelas gitu ya orangnya Sha?"
"Emang, lagian lo ngapain sih bisa dekat sama Radin?"
Athala hanya menaikkan kedua bahunya sebagai jawaban dan membuat Shasa mendengus sebal. "Serah lo deh, yuk ah masuk udah mulai banyak anak cowok tuh di depan. Males gue," ajak Shasa yang lebih dulu masuk ke dalam kelas.
Di dalam kelas terdengar keributan saat Athala akan masuk. Fira tampak sedang mengomeli seseorang yang tidur di atas meja. "Oy Za bangun, lo gak bakal jum'atan apa?" ucap Fira setengah berteriak dan melayangkan sebuah pukulan pada bokong Reza yang tetap tidak bergeming. Dan malah bergumam malas, "lima menit lagi Fir."
Fira yang mendengar itu kembali menghantam bokong Reza lebih keras hingga membuat Reza kini terperanjat dan sekarang semua anak kelasnya tertawa melihat kejadian tersebut. "Anak cowok yang lain udah ke masjid, buruan atau gue potong anu lo," ancam Fira membuat Reza berdecak dan cepat-cepat mengambil peci yang dibawanya di dalam tas.
"Dasar nenek lampir," celetuk Reza sebelum ke luar kelas.
"Bodo amat!"
Athala benar-benar ngakak melihat tingkah mereka. Fira dan Reza itu selalu saja bertengkar seperti tadi, tapi tak jarang juga mereka saling memberi perhatian. Kabarnya sih mereka sudah jadian beberapa bulan yang lalu karena Fira yang keceplosan mengatakan perasaannya pada Reza. Tapi ternyata Reza juga menaruh perasaan yang sama pada Fira dan kemudian mereka berdua jadian.
Athala sempat berpikir apa nanti Athala bisa mengatakan hal itu pada Vian? Entah sengaja atau tidak seperti yang dilakukan Fira pada Reza? Tapi kan Fira dan Reza memang sudah saling mengenal karena mereka sekelas, sedangkan Athala dan Vian?
Atau nanti akan ada kemungkinan Vian yang akan mengatakannya lebih dulu?
Kan Athala kembali menghayal yang tidak-tidak sekarang.
-Adore You-
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You [Completed]
RomanceBagi Athala menyukai seseorang secara diam-diam adalah pilihan terbaik. Bukan karena dia tidak ingin menunjukan atau mengungkap hal tersebut. Melainkan karena Athala tidak berani melakukannya. Tentu Athala terlalu pengecut untuk hal itu, terlebih co...