AY. 35

484 41 0
                                    

Hari ini adalah pengumuman hasil tes tahap pertama kemarin, Athala dan yang lain sudah berkumpul di gajebo depan kelas Athala untuk membuka hasilnya bersama dan Vian juga ada di sana.

"Buka sekarang aja nih?" tanya Dion pada Athala dan Vian di samping kanan dan kirinya. Dia juga sempat mengalihkan pandangannya pada tim Thalita di depan mereka.

Seperti biasa Thalita yang mengambil alih, dia menyuruh mereka untuk menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan lalu memimpin doa lebih dulu dan setelahnya Thalita menganggukan kepalanya sebagai isyarat untuk membuka portal web tersebut dan melihat hasilnya.

Vian melirik Athala sekilas, ada kecemasan jelas terlihat di raut wajahnya. Tak henti Athala memainkan jemari tangannya di bawah meja dan mengigiti bibir bawahnya. Rasanya Vian ingin meraih tangan Athala saat itu juga, jika saja posisi Dion tidak menghalanginya.

"Bismillahirahmanirahim," Dion memejamkan matanya setelah menekan tombol enter di keyboard. Takut melihat hasil yang akan muncul di layar laptopnya. Begitupun dengan Athala, dia dengan cepat malah menutup wajahnya dengan telapak tangan dan bukan melihat hasilnya.

Sebuah senyum terukir di wajah Vian begitu kalimat yang di harapkan itu muncul di sana. Dia menepuk pundak Dion, meminta Dion untuk segera melihat hasilnya dan saat Dion membuka matanya dia baru akan berteriak saking senangnya tapi Vian memintanya diam dulu dan tidak berteriak. Mengisyaratkan jika Athala masih menutupi wajahnya.

Kemudian Vian berjalan mendekat ke arah Athala dan duduk tepat di samping Athala. Wajahnya mendekat pada Athala, menyentuh tangan Athala dan menurunkannya perlahan dari hadapan perempuan itu. "You must look the result Thala," bisik Vian di telinga Athala lembut.

Thalita dan timnya yang sudah tahu hasil mereka tetap diam dan mengikuti permintaan Vian tanpa bertanya. Karena mereka juga sepertinya tahu hasil yang di dapat oleh tim Vian.

Detak jantung Athala berdetak cepat seperti biasanya, terlebih saat tangan Vian lagi-lagi menyentuh punggung tangannya. Perlahan dia membuka matanya, menangkap sorot cahaya yang berasal dari layar laptop di depannya sampai kalimat itu menyambut kebahagiaannya.

'CONGRATULATIONS, YOUR TEAM QUALIFY TO THE NEXT ROUND.'

Semangat dan terus berjuang untuk menjadi yang terbaik.

Refleks Athala langsung memeluk Vian di sampingnya saat itu juga. "Vian kita loloss," ucap Athala senang. Sangat senang. Athala tidak menyangka jika timnya bisa lolos ke tahap selanjutnya. Padahal Athala pikir harapannya itu akan terlalu tinggi untuk terwujud.

Vian masih mematung, dia sama kagetnya dengan yang lain begitu Athala tiba-tiba saja memeluknya erat dan bahkan belum melepaskannya hingga sekarang. Sampai kemudian deheman Saka membuat Athala tersadar.

Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, tautan jemari tangannya perlahan melonggar, aroma parfum khas itu menguar dari pakaian yang kini bersentuhan dengan hidungnya.

"Athala begoo!" batin Athala merutuki dirinya dan mulai menjauhkan tubuhnya dari Vian.

Athala tidak sanggup untuk mengangkat kepalanya menghadapa Vian saat ini. Dia terlalu malu karena tingkah konyolnya tadi. "Vian, g-gue minta maaf."

Vian memang terkejut, tapi dia juga tidak tahan dengan ekspresi Athala yang benar-benar takut setelah memeluknya tadi. Kenapa Athala selalu sukses membuat Vian merasa terpesona dengan apapun yang dilakukan perempuan itu.

"Selamat ya Thala."

Vian memilih mengalihkan pembicaraan, dia memberikan senyuman pada Athala dan langsung disambut kehebohan yang lain.

"Asyik ditraktir dong nih sama yang lolos," ucap Safira sesaat setelah Vian mengatakan selamat.

Dion mendekat ke antara Vian dan Athala, lalu menepuk bahu kedua temannya itu. "Ok nanti malam kita ke wisata kuliner."

Safira langsung kegirangan saat itu juga, sedangkan Thalita dia hanya memasang senyum saja dan mengangguk setuju.

"Serius nih Yon?" tanya Saka ragu. Hanya Dion tentu saja yang selalu meragukan segala hal jika bukan pernyataan dirinya sendiri.

"Seriuslah, orang wiskulnya deket rumah Gue," jawab Dion sambil menampilkan cengiran kudanya.

Di sampin itu Vian masih belum melepaskan tatapannya pada Athala begitupun dengan Athala yang terlalu nyaman melihat pantulan dirinya dari manik cokelat Vian di depannya.

Ciptaan tuhan itu indah, kamu salah satunya.

***

Tadi Athala dengan Vian menemui Bu Dya untuk melaporkan hasil tes mereka yang lolos sedangkan Dion sudah kembali ke kelasnya karena sudah ada guru. Bu Dya mengatakan jika tim Athala adalah satu-satunya yang lolos ke tahap selanjutnya. Tentu itu membuat Athala tidak menyangka sama sekali. Masalahnya posisi Athala bahkan masih kelas sebelas sedangkan ada kakak kelasnya yang juga ikutan.

Meski begitu Athala bersyukur untuk itu dan untuk tahap selanjutnya jika sesuai jadwal adalah dua pekan lagi dari sekarang. Artinya Athala juga harus kembali bersiap untuk itu.

Kemudian saat perjalan menuju kelas, Vian mengatakan sesuatu pada Athala. "Thala nanti malam gue jemput lo ya?"

"Jem-put kemana?"

"Dion kan ngajak ke wiskul, lo berangkat bareng gue gpp kan?"

Athala hampir saja tersedak udara di sekitarnya karena kaget dengan ucapan Vian barusan.

"Ini apalagi sih, kenapa Vian jadi kaya gini coba. Gak tahu apa kalo dia bikin gue degdegan dan gagal move on," batin Athala untuk kesekian kalinya. Sesaat dia jadi teringat Shasa. Hubungan mereka masih belum membaik sejak saat itu karena Shasa yang terus menghindarinya.

"Gak ngerepotin Vi?"

"Nggak, gue seneng malah kalo lo mau."

Vian malah semakin membuat Athala salah tingkah sekarang. Wajah Athala bahkan rasanya akan memerah sekarang jika tidak segera kabur dari hadapan Vian sebelum ketahuan.

"Hmm, boleh," jawab Athala cepat. "Vian gue duluan ke kelas ya. Dahh," lanjut Athala yang langsung kabur menyisakan tawa geli di wajah Vian.

Vian tahu, dia tidak mungkin tetap mengabaikan perasaannya pada Athala seolah tidak terjadi apapun. Karena faktanya, sejak pertemuan pertamanya dengan Athala, gadis itu berhasil menarik perhatiannya hingga saat ini. Hanya mungkin Vian yang terlalu tidak peka untuk menyadarinya.

***

Malamnya seperti ucapan Vian, dia menjemput Athala ke rumahnya dan Vian kembali dibuat terpesona dengan penampilan Athala malam itu. Athala memakai jumpsuit berwarna mokka dengan kaos putih lengan pendek dan rambut yang dibiarkan tergerai. Cantik.

"Vian," panggil Athala, karena Vian malam melamun sejak Athala menghampirinya.

Cepat Vian mengerjap dan mengendalikan dirinya untuk bersikap biasa, "Udah siap?"

"Udah."

Vian memberikan sebuah helm pada Athala. Helm yang beberapa kali pernah Athala pakai jika sedang bersama Vian.

Tak lama setelah Athala naik ke motornya, Vian meraih tangan Athala dan meletakkannya di pinggang lelaki itu dengan sebuah bisikan pelan menyuruh Athala untuk berpengangan padanya dan setelah itu Vian melajukan motornya.

Athalatidak tahu dia mendapat keberanian dari mana hingga bisa mengeratkanpegangannya di pinggang Vian yang seakan Athala sedang memeluk lelaki itu. Yangpasti Athala merasakan kehangatan yang nyaman dari Vian saat itu. Aroma parfumVian yang menangkan membuat Athala tidak ingin melepaskan pelukkannya.Setidaknya untuk malam ini Athala ingin sedekat itu dengan Vian.

-Adore You-

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang