AY. 33

504 46 3
                                    

 Harusnya hari ini Athala berada di lapang untuk upacara bendera hari senin, tapi nyatanya dia kini masih bergulung di tempat tidurnya. Semalam sepulang dari menonton dengan Satrio Athala lanjut menumpahkan air matanya. Bodoh sekali memang, gara-gara seorang laki-laki kenapa juga dia harus menangis. Padahal nyatanya yang ditangisi belum tentu peduli.

Athala bodoh. Tentu saja. Harusnya Athala tidak memberikan seluruh perasaannya pada Vian. Harusnya Athala tetap pada keputusan awalnya. Menyukai Vian dalam diam dan tidak usah mengatakannya pada siapapun. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. Itu mungkin akan lebih baik.

Kembali Athala menarik selimutnya menutupi tubuhnya, meringkuk di bawah benda lembut tersebut. Mamanya sedang tidak di rumah, dia sedang mengantar Agni check up bersama Argan. Jadilah Athala sendirian di rumah sekarang.

Hening, tidak ada yang seru jika seharian di kamar tanpa tujuan dan pelampiasan berakhir pada tempat tidur dan ponsel.

Athala baru ingat sejak semalam dia juga belum membuka ponselnya lagi. Di carinya benda persegi itu yang masih ada di dalam tasnya dan saat Athala membukanya benda tersebut hanya menampilkan layar hitam. Baterainya habis dan semalam Athala tidak menchargernya.

"Galau boleh, tapi bego jangan. Udahlah hidup lo gak melulu berputar soal itu, just move," gumam Athala pada dirinya sendiri sambil mencharger ponselnya. Dia tidak perlu jadi sebodoh itu karena masalah cinta.

***

Thalita mencari ponselnya untuk menghubungi Athala. Tadi saat istirahat dia ke kelas Athala, tapi teman kelas Athala bilang jika Athala tidak masuk karena sakit. Dan semalam Satrio mengatakan pada Thalita untuk mengawasi Athala. Satrio menceritakan semuanya pada Thalita, tentang Athala yang bertemu dengan Vian dan Shasa.

Satrio sudah kembali masuk kuliah dan dia menyuruhnya untuk menghibur Athala, jika mungkin Athala masih memikirkan tentang Vian. Thalita tahu perasaan Satrio pada Athala dan dia tahu perasaan Athala pada Vian. Nasib perasaan kakaknya sama dengannya. Orang yang dicintainya menyukai orang lain.

Thalita AF

Athala, nanti sore lo sibuk gak? main ke rumah gue yuk. Temenin gue bikin kue buat Mama.

Gue ajak si Radin juga, dia ngegabut katanya.

Tak lama Thalita mendapat balasan Athala dan sebuah senyum terbit di wajahnya.

Athala Kirania

Gak ada kok, ayo aja. Nanti gue kesana ya Ta.

Kebetulan setelah Thalita menerima balasan pesan dari Athala, Radin melintas di depannya. Lelaki itu baru keluar kelas bersama temannya yang lain.

"Rad, antar gue ke swalayan yuk, lo gak ada latihan kan?"

Radin menautkan alisnya, "Mau ngapain Ta?"

"Belanja."

"Ya iya tahu, belanja apaan?"

"Bahan bikin kue, gue ngajak Athala ke rumah buat masak sekalian bikin kue buat nyokap. Temenin ya Rad?" pinta Thalita memohon dan mulai mengelayuti tali ransel Radin.

Radin yang mulai risi tasnya di Tarik-tarik oleh Thalita akhirnya mengangguk. Dia juga tidak melihat Athala sejak tadi pagi. "Athala gak masuk ya Ta?"

"Hmmm ya, gara-gara temen lo tuh."

"Temen gue? Siapa?"

"Siapa lagi emang temen lo?"

"Ya banyak, gue kan gak sekuper itu kali Ta."

"Vian tuh sama si Shasa."

"Mereka kenapa?"

"Kencan."

"Hahhh?" kedua bola matanya membulat. Radin sama sekali tidak tahu soal itu. Vian tidak pernah cerita ditambah temannya itu juga sedang sibuk latihan untuk perlombaan lusa. "Kok bisa?"

"Ya bisa aja."

Radin jadi ingat satu hal lainnya. "Lo gpp Ta?"

"Gue?"

"Gue tahu kali kalo lo juga suka sama Vian, Ta."

Thalita menghela napas dalam, benar memang mana mungkin Thalita tidak apa-apa. Jujur dia juga merasakan hal yang sama. Selama ini Thalita mungkin dapat dikatakan sebagai perempuan yang paling dekat dengan Vian. Lalu kemudian dia tahu jika Vian menyukai orang lain bahkan sebelum Thalita mengatakannya. Sejak awal Thalita memang sudah kalah. Memang dia bisa apa? Memaksa? Konyol! Untuk apa Thalita melakukan itu, toh mungkin Vian memang bukan jodohnya dan Thalita harus menerima itu.

"I'm Fine, Rad."

***

Athala sudah berada di rumah Thalita dan kini mereka sedang mengaduk adonan kue. Sementara Radin dia memilih untuk menonton tv di ruang tengah. Katanya dia akan menjadi juri yang mencicipi kuenya saja nanti sata sudah matang daripada bermain di dapur dengan tepung.

"Thala, gue boleh nanya?" ucap Thalita sambil mengaduk adonan di depannya.

Athala menoleh dan mendekat ke arah Thalita setelah sebelumnya memasukkan loyang ke dalam oven. "Nanya apa Ta?"

"Lo suka sama Vian?"

Degg...

Kenapa Thalita bertanya tentang itu pada Athala?

Menghindari pertanyaan Thalita, Athala memilih mengambil keresel berisi buah-buahan di samping meja dapur. Mengiris buah untuk toping kuenya. "Ini buahnya gue potong-potong ya Ta."

Thalita tahu Athala menghindari makanya setelah menuangkan adonan miliknya ke loyang dia kembali menghampiri Athala. "Plis jawab, lo suka sama Vian kan Thal?"

Athala diam, Thalita kini berdiri tepat di sampingnya. Suara perempuan itu sangat terdengar serius. "Gpp lo cerita aja sama gue, siapa tahu gue bisa bantu."

Athala membatin, mana mungkin dia mengatakan itu di depan Thalita. Tentang perasaannya pada Thalita yang jelas Athala tahu jika Thalita pasti juga memiliki perasaan pada Vian. "Thalita, gue...,"

"Gue gak tau harus cerita apa," lanjut Athala dan dia kembali fokus pada buah di depannya.

Thalita meraih lengan Athala dan memutar kembali tubuh Athala agar menghadap ke arahnya. "Gue tahu Thal, lo gak usah sembunyiin perasaan lo dari gue. Lo suka sama Vian kan?"

"Enggak, gue gak suka sama Vian."

"Bohong!"

"Gue serius Ta, gue gak suka sama Vian," keukeuh Athala. Dia tidak mengerti kenapa Thalita tiba-tiba mendesaknya seperti ini dan membuat Athala jadi takut.

"Lo gak masuk sekolah tadi karena Vian kan? Semalam lo ketemu Vian lagi bareng sama Shasa?" Tanya Thalita suaranya tidak meninggi namun ada penekanan di sana. "Kak Satrio cerita semua sama gue. Lo tahu Kak Satrio suka sama lo Thal, dia suka lo dan lo suka Vian."

Athala terdiam, dia semakin tidak mengerti arah pembicaraan Thalita dan tentang Satrio? Satrio menyukainya?

"Lo tahu Thal gue udah lama suka sama Vian, kita sekelas tapi Vian gak pernah anggap gue lebih dari temannya. Dia baik sama gue, ya gue tahu, tapi sejak kenal lo, sikap Vian ke lo itu beda Thal, entah lo sadar atau enggak tapi gue gak bisa mendeklarasikan perasaan orang lain seenaknya."

"Ta?"

"Dan gue ngerti kok perasaan lo, liat temen lo sendiri jalan sama orang yang lo suka, gue tahu. Gue cuma mau bilang, perjuangin Vian kalo emang lo suka sama dia. Lo pasti butuh jawaban kan? Tanya langsung aja Thal, tanya sama Vian dan lo juga gak usah sungkan sama gue. Gue temen Vian dan gue juga temen lo, lo bisa cerita sama gue. Perasaan gue ke Vian mungkin gak seberapa dibanding lo," ujar Thalita panjang lebar yang masih coba Athala cerna maksud ucapannya itu.

Terlalu mendadak untuk Athala mendengar pernyataan Thalita. Athala tidak memgerti sekarang dia harus berbuat seperti apa.

-Adore You-

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang