AY. 28

511 51 1
                                    

"Yon berarti kalo gue nikah sama Maudy Ayunda ntar anak gue gedenya bakal cakep plus pintar dong ya, kan gue cakep trus Maudykan pinter, couple goals deh pokoknya," celetuk Saka saat Dion menerangkan soal genetika.

Sontak saja semua yang ada di sana langsung menoleh padanya. Memberikan tatapan yang seakan ingin menelan Saka hidup-hidup. Terlebih Safira.

"Ngaca dong Ka, ya kali Maudy mau sama lo. Kenal aja enggak, ngimpi lo ketinggian banget sih," ucap Safira ketus yang sukses membuat tawa mereka kembali pecah mendengarnya.

"Gue punya kaca nih Ka," Dion ikut menimpali, dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kaca kecil di sana.

"Ya allah Yon, gue gak nyangka lo bawa-bawa kaca begitu ke sekolah," decak Saka terkesima sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Elah bukan kaca gue kali, orang gue nemu dilaci meja tadi," bela Dion. Dia tahu pikiran Saka mengarah ke hal yang tidak-tidak.

"Aduh disimpan di laci meja lagi, ckckck. Ternyata anak terpintar di angkatan kita bawa-bawa kaca," ucap Saka lagi masih terus menggeleng tak habis pikir. "Gue pikir lo lugu ya Yon," lanjut Saka.

"Ya udah iya serah lo aja dah Ka," Dion tampaknya sudah tak peduli dan mulai terbiasa dengan Saka yang ceplas-ceplos begitu.

Pun dengan Athala, sejak tadi dia tidak berhenti tertawa karena ulah teman-teman barunya itu. Bahkan Athala sesekali sempat menimbali celetukan Saka dan mereka jadi kena tegur Bu Ine saking ributnya dan sejauh ini Vian belum juga datang.

"Ok sekarang giliran lo Thal," Dion memberikan spidol yang tadi dipakainya pada Athala. Di perpustakaan mereka memang disediakan white board ukuran sedang untuk diskusi seperti ini.

Athala mengambil spidol tersebut dari Dion lalu melihat sekitarnya memastikan jika Vian memang masih belum datang. Sebenarnya Athala malah bersyukur jika Vian belum datang, artinya dia bisa leluasa untuk membahas tanpa rasa gugup diperhatikan oleh Vian.

Sayangnya harapan Athala tidak terkabul, Vian datang di saat Athala selesai menuliskan soal yang akan di bahasnya setelah itu.

"Sori ya gue telat," ucap Vian dengan sedikit ngos-ngosan. Dia meletakan kertas hvs yang dibawanya dan duduk di tempat Athala tadi. Yang artinya dia sekarang berada tepat di depannya karena Athala duduk di bagian depan tadi.

"Udah tinggal bahasan matematika Vi, giliran lo sama Athala, yang lainnya udah selesai tadi, gppkan?" Tanya Thalita dan Vian mengangguk mengerti.

"Bagian gue yang bahas?"

"Iya, gantian aja nanti sama Athala," Thalita kembali menjawab.

"Mau bareng juga gpp Vi," celetuk Saka dan membuat Athala melongo mendengar ucapan Saka itu.

Jantung Athala jadi makin deg-degan sekarang, ikut was-was dengan jawaban Vian. Sudah cukup Vian duduk di depannya sedekat itu jangan sampai Vian malah berdiri bersamanya di depan sini.

"Gue abis Athala aja, gue belum tahu soal yang mau dibahas," jawab Vian dan refleks saja Athala menghembuskan napas lega.

"Alhandulillah untung gak bareng," gumam Athala pelan tapi Vian mendengarnya dan mengulumkan senyum.

Setelah itu Athala menjelaskan penyelesaian dari soal yang ditulisnya tadi. Vian memperhatikan dengan serius di tempatnya meski kebanyakannya dia malah salah fokus pada Athala.

"Biasa aja kali Vi liatin Athalanya," lagi-lagi Saka kembali menceletuk dan mendengar namanya disebut Athala menoleh pada Saka.

"Tuh Thal ada yang salfok dari tadi," lanjut Saka memperjelas maksudnya tadi. Dia kini menunjuk Vian yang sedang membuka lembaran buku di depannya. Saat Saka berkata tadi Vian langsung cepat-cepat mengalihkan perhatiannya.

Athala mengalihkan pandangannya pada Vian dan saat itu juga Vian menolehkan kepalanya pada Athala. Refleks membuat Athala menahan napasnya untuk sesaat, "Itu kenapa bisa jadi 4x+5 Thal?" Tanya Vian menujuk ke arah tulisan yang dimaksudnya.

Dan Athala melihat hasil tulisannya yang dimaksudkan Vian. "Yang ini Vi?"

"Iya itu," jawab Vian dan saat Athala menjelaskannya Vian menghembuskan napas lega. Entah kenapa rasanya Vian jadi deg-degan seperti tadi terlebih saat pandangannya bertemu dengan Athala.

Dan setelah itu Vian jadi teringat kejadian tempo hari. Saat Athala pergi berdua dengan Satrio. Apa yang mereka bicarakan? Apa Satrio menyatakan perasaannya pada Athala? Lalu apa mereka sekarang pacaran?

***
"Vi, kok lo kemarin ke ultahnya Thalita bisa bareng sama Shasa sih?" Tanya Radin to the point saat mereka sedang ada di lapang untuk latihan eskul.

"Kebetulan aja."

"Kebetulan gimana orang lo yang bilang sendiri gak jadi bareng gue karena janji sama teman. Shasa kan pasti?"

"Iya Shasa, kenapa emangnya?" Jawab Vian seadanya. Membuat Radin jadi greget sendiri.

"Lo sebenarnya lagi ada suka sama cewek gak sih Vi?"

"Ya gue emang suka sama cewek kali, masa iya gue suka sama laki. Gue normal kali Rad." Vian menegguk air mineral yang tadi dibelinya di kantin.

"Siapa yang lo suka?"

Vian menatap Radin bingung dan sorot mata Radin menunjukkan keseriusan. Temannya itu sedang tidak ingin bercanda, Vian tahu itu.

"Gue gak tahu," Vian menundukkan kepalanya. Terdengar tarikan napas dalam dari Vian yang membuat Radin mendesah pasrah.

Vian ini kenapa sih, perasaan sendiri saja dia tidak tahu. Padahal Vian bukan tipe-tipe cowok dingin tak berperasaan. Apa dia tidak tahu kalo keraguannya itu membuat Thalita dan Athala tersakiti?

"Shasa?"

"Shasa teman gue, gak lebih Rad."

"Trus waktu itu lo bisa berangkat sama Shasa gimana ceritanya?"

Vian kembali menenguk air minumnya hingga tandas sebelum menceritakan semuanya. Tentang perjodohannya dengan Shasa dan Radin mendengarkannya dengan seksama.

Beberapa kali Radin mengernyitkan keningnya mendengar penuturan Vian. Sejak awal pun Radin sadar jika Shasa menaruh rasa pada Vian dan entah kebetulan apa ternyata Shasa adalah anak dari teman orangtua Vian dan membuat perempuan itu berpeluang untuk sedekat itu dengan Vian.

"Gue yakin Shasa suka sama lo Vi, trus apa lo suka sama Shasa?" Tanya Radin lagi dan Vian masih sama dengan jawabannya.

"Gue cuma anggap dia teman dan gak lebih."

"Trus lo bakal beneran di jodohin sama Shasa?"

"Gue gak tahu, sejauh ini mereka cuma minta gue kenalan aja lebih jauh sama Shasa."

Kembali Radin mendesah, "Lo bego ya Vi, padahal gue aja tahu lo suka sama siapa!" ujar Radin sebelum lelaki itu berlalu menuju parkiran meninggalkan Vian sendiri di sana.

Dia masih tidak paham maksud Radin, memangnya siapa yang Vian suka? Kenapa malah Radin yang menyimpulkannya padahal yang memiliki kewenangan itu kan dirinya?

-Adore You-

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang