AY. 3

1.9K 122 1
                                        

Kejadian kemarin bukan mimpi, Athala tahu itu dan sejak kembali ke sekolah kemarin hingga malam Athala seperti orang gila karena terus tersenyum. Vian benar-benar membuatnya mengila hanya karena kejadian kemarin. Perkenalan yang tak pernah diduganya.

Haruskah Athala berterima kasih pada Pak Retno saat ini karena telah memberikan Athala kesempatan untuk dapat berkenalan dengan Vian dan diantarkan oleh cowok itu?

Vian mengetahui namanya, memikirkan hal itu saja Athala luar biasa senangnya terlebih hal lainnya yang terjadi bersamaan kemarin. Sudah dipastikan Vian berhasil membuat Athala mengila hebat hingga saat ini.

"Athala plis kalo lo banyak masalah jangan dipendam sendiri, gue gak tega liat teman gue senyum-senyum gini kaya orang gila," ujar Shasa yang sejak kemarin di buat heran dan panik dengan tingkah Athala yang seperti orang gila.

"Apaan sih Sha, gue masih waras tahu," protes Athala memanyunkan bibirnya tak terima dengan ucapan Shasa.

"Abisnya lo senyum-senyum mulu dari kemarin, kan serem Thal," balas Shasa juga tidak terima dengan jawaban Athala yang bilang baik-baik saja. "Atau jangan-jangan lo jadi gila gara-gara hukuman Pak Retno ya? Athala plis jangan terlalu dipikirin si Pak Retno, gue gak mau lo jadi gila gara-gara Pak Retno."

Kali ini Shasa melingkarkan lengannya di leher Athala erat, membuat Athala sedikit merasa tercekik karenanya. "Sha, kalo kaya gini lo bisa bunuh gue tahu gak."

Sadar akan tindakannya Shasa meringis dan buru-buru melepaskan tautan lengannya di leher Athala. "Sori."

"Tapi asli Thal lo kenapa sih? Senang banget gitu?" Rasa penasaran Shasa mulai terusik sekarang, tapi Athala belum mau mengatakannya. Di kelasnya tidak ada yang tahu tentang perasaannya pada Vian, Shasa sekalipun tidak tahu. Athala takut kejadian seperti temannya terjadi pada dirinya.

Saat itu hampir seluruh teman kelasnya tahu jika temannya itu menyukai salah seorang anak cowok di angkatannya dan setiap kali si cowok itu melintas di depan kelas mereka dan temannya ada di sana, teman-teman sekelasnya akan mengoda, berdehem dan segala macamnya yang tentunya itu benar-benar membuat risi.

"Gue gapapa, Shasa."

Untuk saat ini jawaban itu mungkin cukup. Tapi nanti jika waktunya tepat, Athala akan bercerita pada Shasa. Tentang Vian.

***

"Kantin yuk, Din," ajak Vian namun Radin seolah tidak mendengarnya dan sibuk dengan game di ponselnya sejak tadi.

Melihat itu Vian membuang napasnya kasar, dia tahu letak kesalahannya dan sikap kekanakan Radin yang merajuk karena Vian masih memanggilnya dengan panggilan 'Din'. Dalam hati Vian benar-benar ingin menghajar sahabatnya itu. Kenapa dia semenyebalkan dan kekanakan seperti ini sih?

"Radintara Alfariz, lo dengar gue kan?"

Mendengar nama lengkapnya disebutkan, Radin menetakan ponselnya di meja dan menoleh pada Vian dengan senyum dan nada menjijikan. "Iya gue dengar, sayang."

Sebuah jitakan sontak saja mendarat di kepala Radin. Siapa lagi jika bukan Vian yang melakukannya, "Najis, gue masih normal Rad."

"Akhirnya mas Vian panggil gue dengan nama yang benar," kali ini Radin kembali melakukan aksi mengelikannya, dia menyentuh dagu Vian dan mengerling manja.

"Ya allah ampunin teman gue ini, semoga dia segera kembali ke jalan yang benar," Vian merapalkan doa tanpa peduli ekspresi Radin yang menahan tawanya.

Radin suka saat dia mengoda Vian seperti ini, lucu saja melihat ekspresi geli sahabatnya itu. Tentu saja Radin pun masih normal dan berada di jalan yang benar.

"Aahh jadi sayang," ucap Radin dengan menirukan nada salah satu tokoh animasi yang sering di tontonnya di instagram.

"Udah stop, gue beneran jijik Rad, mending gue ke kantin sendiri aja lah, bisa gila gue lama-lama di sini."

Melihat Vian yang melangkah ke luar kelasnya, buru-buru Radin ikut menyusulnya dan menautkan lengannya di leher cowok itu dari belakang dan dengan cepat di tepis oleh Vian yang langsung menggidikan bahu.

"Gue tahu lo jomblo Rad, tapi gak gini juga," celetuk Vian yang membuat Radin manyun.

"Sendirinya juga jomblo," balas Radin tak mau kalah, tapi kemudian sesuatu terlintas di ingatannya. "Eh tunggu-tunggu kemarin lo ke mana boncengin cewek?"

***

Athala masih sibuk dengan pilihan menu makan siangnya hari ini. Jika perutnya lapar rasanya semua makanan terlihat enak dimatanya.

"Thal lo jadinya pesan apa?" Tanya Shasa yang sudah memilih makanannya dan sebuah gelas berisi es kuwut ditangannya.

"Hmm apa yah, lo pesan apa?"

"Nasi goreng, gue laper soalnya."

"Ya udah samain aja gue juga nasi goreng," jawab Athala yang setelahnya Shasa menuliskan pesanan mereka di secarik kertas dan memberikannya pada Bi Wati.

"Lo beli es kuwut di mana Sha?" Melihat es kuwut yang di pegang oleh Shasa sejak tadi sukses membuat Athala tergoda. Terlihat segar sekali saat embun di permukaan gelasnya menetes seperti itu. Terlebih Shasa yang meminumnya dengan begitu menikmatinya.

"Di sana Thal, tuh rame banget," Shasa menunjuk ke arah sudut kiri kantin yang memang dipenuhi oleh banyak murid-murid sekolahnya yang mengantri membeli minuman tersebut.

Bertepatan saat itu pandangannya tertuju pada sosok yang kemarin berhasil membuat jantungnya berolahraga hebat. Namun kali ini ada sedikit sesak yang menyusup ke dalam rongga dadanya. Vian, cowok itu bersama dengan seorang perempuan dan sedang tertawa bersama. Bahkan Athala melihat perempuan itu mengelap sudut bibir Vian dengan sebuah sapu tangan.

Sakit. Ya, mungkin hanya Athala yang kelewat senang sejak kemarin, karena memang hanya Athala yang berekspektasi lebih tentang kejadian kemarin. Lagipula Vian saja tidak mengetahui perasaan Athala padanya dan bahkan jika bukan karena kejadian kemarin mungkin Vian tidak akan pernah tahu tentang keberadaan dirinya. Sekarang mungkin saja Vian juga sudah melupakannya karena memang Athala tidak sepenting itu.

Harusnya Athala sadar dengan posisinya dan dengan pilihannya sejak awal yang memilih menyukai Vian dalam diamnya. Lalu sekarang Athala malah mencoba untuk berharap lebih hanya karena kejadian kebetulan kemarin?

Mungkin memang hanya Athala yang akan tahu mengenai perasaannya pada Vian.

-Adore You-

22'6'19

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang