AY. 32

505 44 2
                                    

Satrio masih menunggu Athala yang sedang mengantri untuk membeli popcorn dan minuman, padahal sebelumnya Satrio sudah mengatakan biar dia saja yang mengantri, tapi Athala menolaknya dengan alasan Satrio sudah membelikan tiket maka biar Athala yang membeli snacknya.

Sebenarnya Satrio kaget saat Athala langsung setuju untuk diajak menonton olehnya. Biasanya kan Athala akan selalu menolak dan baru setuju jika dipaksa. Tapi siang tadi tidak begitu, katanya sih Athala memang ingin sekali menonton film itu. Padahal itu film horror dan sebenarnya Athala kan agak penakut tapi tetap saja Athala mau. Karena Athala penasaran.

"Ayo Kak," ajak Athala menghampiri Satrio yang menunggunya di salah satu meja yang tersedia di sana untuk pengunjung sambil menanti jadwal film mereka dimulai.

Satrio mengecek jam pada tiket yang dipegangnya dan ternyata film yang akan mereka tonton sudah akan dimulai. Dia kemudian mengambil alih kantong berisi minuman yang ada pada Athala agar dia saja yang membawanya karena tampaknya Athala agak kerepotan dengan minuman dan popcorn yang dia pegang.

Begitu masuk layar besar di depannya sudah mulai menampilkan opening film tersebut dan suasana gelap dengan suara keras langsung menusuk pendengar mereka. Mereka harus segera mencari tempat duduknya sebelum filmnya benar-benar dimulai dan mengeluarkan efek jumpscare. Untungnya mereka tidak perlu lama untuk mencarinya, karena Satrio langsung menemukan nomor kursi yang sesuai dengan milik mereka.

Jreenggg....

Kembali efek mengejutkan itu membuat Athala refleks berteriak. Bahkan beberapa kali entah Athala sadar atau tidak dia memeluk Satrio karena efek suara yang mengejutkan itu. Ditambah layar yang tiba-tiba menampilan wajah seram si hantu.

Demi apapun sepertinya Athala tidak akan mau lagi menonton film horror di bioskop. Jika saja film itu tidak dibintangi oleh actor kesukaannya Athala juga tidak akan menontonnya. Karena hampir sepanjang film itu kebanyakan Athala malah memejamkan matanya, jadi percuma saja dia tidak dapat menikmati wajah ganteng dan akting actor kesukaannya itu.

"Udah gak ada hantunya Thal," bisik Satrio karena Athala masih menutupi wajahnya dengan tempat popcorn sejak tadi.

"Itu suara musik dia mau munculnya masih ada Kak."

"Ini adegannya udah siang loh, hantunya kan gak keluar siang-siang."

"Tetep aja serem," protes Athala kali ini dia mengeser sedikit tempat popcorn tersebut dari depan wajahnya untuk mengintip.

"Saya kira kamu gak takut film horror Thal, tau gitu kita nonton yang lain aja tadi," ucap Satrio mendekatkan wajahnya ke telinga Athala.

"Kirain gak serem kaya gitu filmnya," jawab Athala manyun. Dia sungguh menyesali menonton film horror.

***

Vian sedang menunggu Shasa di depan bioskop sambil memainkan ponselnya. Selesai menonton film tadi Shasa langsung ke kamar mandi untuk membetulkan pakaiannya dan urusan perempuan lainnya.

Tadi entah perasaan Vian saja atau memang Vian melihat Athala juga menonton film yang sama di dalam. Tapi Athala tidak sendirian, dia bersama seorang laki-laki. Vian tidak begitu jelas melihatnya, tapi beberapa kali Athala memeluk lelaki itu saat kaget dan begitupun dengan lelaki tadi yang juga beberapa kali mendekatkan wajahnya pada Athala. Vian melihatnya, karena Athala duduk di bagian tengah sedangkan Vian paling belakang.

Pikirannya tentang Athala berusaha Vian tepis, mungkin Vian hanya salah lihat. Pikirnya. Sampai kemudian Vian melihat Athala baru keluar dari bioskop bersama dengan Satrio yang artinya Vian tidak salah lihat tadi.

"Vian?" Sapa Satrio menyadari jika dia mengenal lelaki yang berdiri di depan sebuah papan poster besar itu.

Sontak Athala mematung mendapati Vian di depannya. Terkejut dan tidak sangka akan bertemu dengan Vian di tempat itu. Dan pikiran Athala mulai dipenuhi kegelisahan dan pertanyaan konyol. Athala takut jika Vian berpikiran macam-macam tentangnya dan Satrio. Athala tidak mau Vian salahpaham padanya.

"Kak Satrio, Athala? Abis nonton?"

"Ya, lo sama siapa Vi? Nonton juga?" ucap Satrio balik bertanya.

"Iya abis selesai nonton juga, sama teman Kak," balas Vian yang sesekali mengalihkan tatapannya pada Athala yang masih diam dan sibuk memainkan tali sling bagnya. Vian tahu jika seperti itu Athala pasti sedang gugup. Sebuah senyum terbit diwajah Vian kala memperhatikan kegugupan Athala yang menurutnya lucu.

Tak lama Shasa kembali dari kamar mandi, sesaat dia belum sadar jika Athala ada di depannya. "Yuk Vi."

Athala mengerjap begitu mendengar suara Shasa. Athala mengenalnya sudah hampir dua tahun mereka duduk satu bangku, mana mungkin Athala tidak mengenal suara khas Shasa.

Cepat dia menoleh dan benar Shasa ada di depannya, bersama Vian. Sama kagetnya dengan Athala saat pandangan mereka bertemu. "Athala?"

"Oh hai Sha, abis nonton sama Vian?" tanya Athala sebisa mungkin memasang senyumnya, padahal sebenarnya ada rasa perih dan sesak menghampirinya melihat Shasa bersama dengan seseorang yang Athala suka.

Athala sekarang mengerti, meski belum sepenuhnya paham. Alasan Shasa mendiamkannya sejak beberapa minggu belakangan dan terakhir minggu lalu tiba-tiba saja Shasa bertukar tempat duduk dengan salah satu temannya. Entah mungkin Shasa menghindarinya karena masalah Vian?

Shasa sedekat itu dengan Vian? Tapi kenapa Shasa tidak pernah menceritakannya pada Athala dan malah memilih menghindari Athala? Kok rasanya lebih sakit daripada saat melihat Vian dengan Thalita. Ya setidaknya saat Vian dengan Thalita, Thalita tidak mengenal Athala. Dia tidak tahu jika Athala menyukai Vian. Athala tidak sedekat itu dengan Thalita. Tapi Shasa? Shasa tahu Athala suka Vian. Shasa tahu perasaan Athala pada Vian sudah sejak kapan. Bahkan awalnya Shasa mendukung Athala untuk mencoba dekat dengan Vian. Lalu sekarang?

"Iya Thal, tadi abis nonton bareng Vian," jawab Shasa ragu. Terlihat jelas ada rasa bersalah dari sorot matanya melihat senyum Athala. Shasa tahu senyum itu palsu, tapi Shasa juga tidak dapat menipu perasaannya. Dia juga menyukai Vian, sama seperti Athala menyukai lelaki itu.

"Oh iya, gue duluan ya Sha. Have fun," ucap Athala dia kemudian melangkah meninggalkan Shasa dan Vian. Satrio yang sadar ada yang tidak beres ikut mengejar Athala dan pamit pada Vian. Satrio sih tidak begitu mengenal perempuan yang bersama dengan Vian, tapi sepertinya Athala mengenalnya.

Athala menangis begitu sampai di depan gedung mall tersebut. Perempuan itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dadanya sesak, Athala tidak tahu kenapa seperti itu. Padahal Athala harusnya sadar jika mungkin hal seperti itu bisa saja terjadi.

Begitu Satrio datang buru-buru Athala menyusut air matanya dengan permukaan tangannya. Menahan air matanya dan memasang senyum seakan dia baik-baik saja pada Satrio.

"Pulang sekarang?" tanya Satrio yang langsung mendapat anggukan dari Athala.

Dan di dalam mobil, Satrio tidak langsung melajukan mobilnya. Dia menatap ke arah Athala . "Athala, kalo kamu mau nangis, silakan saya bakal tunggu di luar."

Tidak tega sebenarnya Satrio melihat Athala menangis seperti itu, tapi Satrio tahu jika kadang menangis itu dapat membuat seseorang merasa lebih baik. Maka dari itu dia membiarkan Athala merasa lebih baik dengan mengeluarkan semua yang dia rasakan melalui tangisnya.

-Adore You-

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang