A/n : Hallo teman-temann, apa kabarr? Sebelumnya mau minta maaf karena udah lama banget aku gantungin cerita ini karena emang banyak alasan yang bikin aku gak lanjut waktu itu ya salah satunya karena emang stuck banget sama ceritanya:' sekali lagi maaf banget buat kalian yang sebelumnya udah baca cerita ini dan aku gantungin gitu aja:' *hiks
Aku tau kok ini cerita gak bagus-bagus amat juga dan aku seneng banget udah ada yang mau baca cerita ini. Makasihh banget buat kalian yang udah mau baca. Big love for you guyss😍❤
Oke jadi intinya gini sih, aku mau revisi cerita ini, gak berubah banyak kok cuma emang bakal aku unpublish part yang sebelumnya udah aku up dan aku bakal up versi yang udah aku revisi.
Jadi buat kalian yang masih berkenan buat baca cerita ini makasih bangetttttt dan yang baru mau baca semoga menikmati ceritanya nanti:) dan semoga aku gak gantungin lagi ini cerita:' minta doanya ya... hehe😊
Pokoknya selamat membaca and enjoy the story...^^
.
.
.Senja mulai menampakkan semburat indahnya, tapi Athala justru terfokus pada foto seseorang di layar laptopnya. Seorang anak laki-laki dengan seragam futsal tengah tersenyum di sana. Athala ingat dia mendapatkan foto itu 4 tahun yang lalu saat kegiatan pengenalan ekstrakulikuler di sekolah menengah pertama. Saat itu Athala masih berstatus sebagai murid baru di sekolahnya. Bersama teman-temannya yang lain Athala duduk di lapangan untuk melihat penampilan yang dipersembahkan setiap eskul yang ada dan saat giliran eskul futsal tampil, pandangan Athala langsung tertuju padanya.
Seperti murid baru pada umumnya yang merasakan suasana berbeda dan kagum dengan banyak hal baru yang mereka lihat. Athala mengaguminya. Dia mengingatkan Athala pada salah satu karakter novel yang pernah dibacanya, tentunya menurut pengambaran yang divisualisasikan otaknya. Saat itu Athala mengambil gambar tersebut diam-diam, tapi entah kenapa hasil potretannya itu sangat pas seakan dia sadar jika Athala mengambil fotonya.
"Hayo liatin siapa kamu?" tanya seorang perempuan yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Athala. Refleks Athala menutup laptopnya dan berbalik menghadap Kakaknya.
Demi apapun Athala kaget setengah mati mendapati Agni tiba-tiba ada di belakangnya. Kakak perempuannya itu memang memiliki kebiasaan masuk ke kamar Athala tanpa pernah mengetuk pintu lebih dulu. "Kak Agni apaan sih bikin kaget aja tahu gak?!"
Bukannya menjawab Agni malah menatap adiknya itu dengan penuh selidik dan membuat Athala menjadi salah tingah karenanya. Dalam hati Athala berharap jika Agni tidak mempertanyakan lebih jauh tentang foto yang sedang dilihatnya tadi.
"Foto siapa tadi itu de?"
Sayangnya harapan Athala tidak terkabul, nyatanya kakaknya itu malah semakin penasaran saat Athala menjawab bukan siapa-siapa, hanya teman sekelasnya.
"Kok kakak kaya kenal ya, kamu pacaran sama anak sekelas de?" lagi Agni bertanya dan membuat Athala tak habis pikir kenapa kakaknya bisa menyimpulkan sejauh itu hanya karena Athala menjawab dia teman kelasnya.
"Aduh Kak, dia bukan pacar Thala, kan tadi Thala bilang dia teman Thala. Lagian Kakak ada apa ke kamar Thala?"
Tampaknya Agni masih belum puas dengan jawaban adiknya itu, terlihat dari sorot curiga yang ditunjukannya pada Athala. Kadang disaat seperti ini rasa penasaran Agni meningkat, tapi melihat Athala yang gugup Agni memilih menyudahi rasa penasarannya itu.
"Ya udah pokoknya jangan lupa tugas kamu itu belajar bukan pacaran. Habis magrib nanti antar kakak ke minimarket ya," ucap Agni akhirnya seraya mengacak-acak rambut hitam Athala yang padahal sebelumnya juga sudah acak-acakan.
"Ok."
Setelah Agni keluar dari kamarnya, Athala tersenyum miris.
Jangankan pacaran, mengenal Athala saja tidak. Selama ini hanya Athala yang menyukainya. Hanya Athala yang mengenalnya, bahkan mereka tidak sekelas dan hanya satu sekolah. Athala saja tidak menyangka dia akan satu sekolah lagi dengannya saat ini.
Parahnya saat ini Athala semakin jatuh cinta padanya untuk yang kesekian kalinya.
-Adore You-
22'6'19 Apiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You [Completed]
RomanceBagi Athala menyukai seseorang secara diam-diam adalah pilihan terbaik. Bukan karena dia tidak ingin menunjukan atau mengungkap hal tersebut. Melainkan karena Athala tidak berani melakukannya. Tentu Athala terlalu pengecut untuk hal itu, terlebih co...