Athala merebahkan dirinya di sofa. Soal-soal tadi cukup membuatnya lelah. Sampai sebuah sentuhan di pundaknya membuat Athala membuka kembali matanya. Hal yang pertama Athala lihat adalah sekitarnya kini sudah sepi dan hanya menyisakan kertas dan alat tulis yang tadi mereka gunakan untuk menghitung berserakan di atas karpet dan meja.
Padahal tadi Dion, Saka dan Vian langsung tepar begitu saja di lantai setelah selesai dan Safira duduk di sampingnya bersama Thalita, tapi sekarang mereka kenapa tidak ada ditempatnya?
"Thala?" Panggil sebuah suara di dekatnya. Athala sampai lupa jika tadi ada seseorang yang menyentuh pundaknya.
Begitu Athala berbalik dia mendapati Satrio berdiri di sana tengah tersenyum padanya. "Kak Satrio? Ini yang lain pada ke mana Kak?"
"Capek banget Thal sampe gak sadar gitu ditinggal sendirian?" Kekeh Satrio merasa lucu melihat ekspresi kebingungan Athala. "Yang lain ada di belakang, lagi pada main basket tuh," lanjut Satrio akhirnya tak tega melihat Athala yang manyun.
"Kok Thala gak diajak sih."
"Lagian tadi kamu dibangunin sama Safira sama Thalita gak bangun, jadi ya udah ditinggal aja katanya."
"Emang Thala ketiduran ya?" Kok Athala merasa dia hanya memejamkan mata saja tadi.
"Yap lumayan udah sepuluh menitan kayanya kamu tidur Thal," jawab Satrio sambil melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. "Yuk gabung sama yang lain di belakang," ajak Satrio dan langsung disetujui oleh Athala.
Di sana mereka sedang asyik bermain basket, Dion dengan Thalita melawan Saka dan Safira. Terlihat Safira selalu saja mencak-mencak karena Saka tidak pernah memberikan bola padanya dan malah menguasainya sendirian. Lalu di mana Vian kenapa Athala tidak melihatnya berada di sini?
"Nyariin Vian Thal?" tanya Satrio sedikit berbisik di samping Athala.
"Dia pulang duluan tadi, katanya ada latihan."
"Oh."
Athala mengangguk mengerti, dia baru ingat jika hari rabu ini adalah jadwal pertandingannya yang diundur kemarin. Athala jadi penasaran apa dia bisa menontonnya nanti.
"Thala ayo ikutan," panggil Thalita seraya melambaikan tangannya pada Athala.
"Gak ah, gue gak bisa main basket," jawab Athala malu. Benar ya Athala tuh paling lemah dengan olahraga apalagi yang berhubungan dengan bola. Nilai tes olahraganya saja selalu remidi.
"Gpp ayo main-main aja Thal, lumayan refresh otak abis pusing-pusingan tadi," ujar Safira menyakinkan.
"Udah ayo main Thal, si Safira juga kerjaannya bawa-bawa bola doang tanpa di dribble, udah pelanggaran mulu tuh anak kalo main basket beneran kayanya," kali ini saka menambahkan tidak lupa dengan tambahan kalimat meledek yang dia tunjukan pada Safira.
"Halah lo dikasih kecoa aja kicep Ka."
"Emang lo gak takut apa? Sendirinya aja ada kecoa kicep, dasar!"
"Cewek mah wajar kali, lah elo cowok takut gituan, gak laki lo Ka, cemen!"
"Well mereka berantem lagi guys," ujar Thalita sambil dengan mengangkat kedua pundaknya dan geleng-geleng kepala sukses membuat tawa pecah diantara mereka semua.
***
"Thala bisa pulang sendiri kok," tolak Athala saat Satrio menawarkan untuk mengantarnya pulang. Dion dan yang lain sudah pulang lebih dulu karena mereka membawa kendaraan masing-masing. Sementara Athala, tadi dia kan memang diantar oleh Papanya ke rumah Thalita dan sekarang Papanya tidak bisa menjemputnya juga karena ada urusan lain.
"Udah gpp Thal, dianterin sama Kak Satrio aja ya? Dari pada pulang sendiri kan rumah lo lumayan jauh tuh," ucap Thalita yang kini berdiri di sampingnya.
"Tapi ntar ngerepotin gimana?"
"Duh gemes ya gue sama lo, selalu aja gitu," kekeh Thalita. Tangan kanannya kini meraih tangan Athala dan menarik menuju tangan Satrio dan menyatukan gengamannya. "Udah sana gpp, Kak Satrio juga gak akan repot kok. Ya kan Kak?"
Satrio sedikit kaget dengan kelakuan adiknya itu, dia dengan seenaknya mengenggamkan tangan Athala padanya. "Mau kan Thal?" tanya Satrio. Dia juga menangkap kekagetan di raut wajah Athala gara-gara ulah Thalita barusan dan Satrio menarik tangannya perlahan dari Athala.
Dia sebenarnya tahu jika Athala sedang menyukai seseorang. Pandangan matanya selalu tertuju pada lelaki itu. Bahkan saat malam ulang tahun Thalita dan tadi pun begitu. Makanya malam itu Satrio mengurungkan niatnya untuk memberitahukan perasaannya pada Athala. Jadilah mereka hanya membahas hal-hal lain seperti biasanya.
Dan Thalita pun tahu jika Kakaknya itu menyukai Athala, makanya saat malam itu Thalita setuju jika Satrio mengatakannya pada Athala. Tapi kemarin Kakaknya itu bilang jika dia tidak jadi mengatakannya dan membuat Thalita kesal sendiri, tapi Satrio tidak memberitahukan pada Thalita alasannya. Hanya mungkin Thalita sendiri juga tahu alasannya, tapi Thalita akan tetap mendukung apapun pilihan Satrio.
"Hmm ya udah, boleh," ucap Athala akhirnya.
***
Shasa memperhatikan Vian sejak tadi. Vian terlihat sangat serius mengiring bolanya menuju gawang. Rambut hitamnya sudah basah oleh keringat karena matahari siang ini memang sangat terik. Shasa saja sejak tadi sudah berapa kali menyusut keningnya dengan sapu tangan setelah selesai latihan basket.
"Sha gue balik duluan ya," ucap salah satu temannya sambil menepuk pundak Shasa.
"Ok, hati-hati Fa."
Shasa mengambil tas ransel miliknya di dekat kursi pelatihnya. Dia akan menemui Vian dulu, sepertinya sebentar lagi Vian juga selesai latihan.
Priiittt....
Pak Imran meniut peluitnya tanda jika latihan hari ini dicukupkan dan dia meminta semua anak didiknya itu tetap menjaga kesehatan mereka. Shasa tersenyum begitu Vian berjalan mendekatinya, Shasa memang sengaja mencari tempat duduk di dekat tas milik Vian, karena Vian pasti akan ke sana. "Minum dulu, Vi." Shasa menyodorkan botol air mineral yang tadi sempat dibelinya sebelum menemui Vian.
"Thanks ya, Sha." Langsung diteguknya air di dalam botol tersebut oleh Vian.
"Latihan basket juga Sha?" tanya Vian memulai obrolan setelahnya.
"Iya, baru selesai juga tadi, kebeneran liat lo lagi latihan juga. Jadi gue ke sini deh."
"Oh."
"Tadi yang lomba cerdas cermat itu ya Vi? Gimana tadi?"
"Gak gimana-gimana sih, ya lumayan soal-soalnya agak rumitlah."
Shasa mengangguk paham, dia tidak usah begitu khawatir dengan Athala, karena ada Dion dan Vian yang satu tim dengannya. Pasti mereka mengerjakannya dengan sangat maksimal. Shasa tahu harapan Athala lolos begitu besar dan Shasa berharap pun tim mereka itu bisa lolos ke babak selanjutnya.
"Vi nanti malam lo ada acara?" tanya Shasa setelahnya.
"Gak ada kayanya, kenapa?"
"Temenin gue nonton yuk, gue udah beli tiketnya, tadinya gue mau ajak temen gue Cuma tiba-tiba dia gak jadi karena ada acara. Gimana lo mau gak?"
Vian tampak berpikir untuk sesaat sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan ajakan Shasa. "Ok, nanti malam gue jemput lo."
"Eh serius Vi?"
"Serius," jawab Vian. Setidaknya Vian bisa mencoba bukan? Jika hingga akhir tidak ada yang berubah pada perasaannya Vian tidak akan memaksakan dan akan mengatakannya pada Shasa.
-Adore You-
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You [Completed]
RomansaBagi Athala menyukai seseorang secara diam-diam adalah pilihan terbaik. Bukan karena dia tidak ingin menunjukan atau mengungkap hal tersebut. Melainkan karena Athala tidak berani melakukannya. Tentu Athala terlalu pengecut untuk hal itu, terlebih co...