Radintaraa
Vi, gue berangkat bareng Athala, ya.Vian menautkan alisnya, bingung kenapa Radin tiba-tiba mengiriminya pesan seperti itu. Memangnya kenapa jika dia akan pergi dengan Athala?
RavianTnwjy
Lah emang kenapa ngasih tahu gue?Radintaraa
Karena lo gak mau berangkat sama gue. Makanya gue mau sombong 😏RavianTnwjy
Emang Athala mau berangkat sama Lo?Radintaraa
Mau dongg😋RavianTnwjy
Oh
Rad, awas lo jangan bawa anak orang kebut-kebutan!Ada perasaan sedikit tak suka saat Radin memberitahukan hal itu. Bahwa Athala akan berangkat bersamanya. Tapi pun Vian tidak berhak melarang dan memang dia tidak jadi pergi dengan Radin karena Shasa memintanya untuk pergi dengan gadis itu.
Vian padahal mengatakan dia sudah ada janji dengan temannya. Ya dengan Radin, tapi Rahmi tiba-tiba saja bertanya pada Vian tentang acaranya malam ini dan meminta Vian untuk pergi dengan Shasa. Menyebalkan sih, tapi mau bagaimana lagi.
Vian mengambil sepatu sneakers hitamnya dari rak sepatu di dekat dapur, setelah itu Vian mencari kunci motornya di atas lemari kayu di ruang tamu.
Rahmi yang baru keluar dari kamarnya menghampiri Vian, "Nyari apaan Vi?"
"Kunci motor Vian Ma," jawab Vian seadanya dan tetap mencari kunci motornya. Seingatnya tadi saat pelung sekolah dia meletakannya di sana, tapi kenapa sekarang tidak ada di tempatnya?
"Tadi abangmu ke sini, trus pake motor kamu, gak tahu deh mau ke mana," ucap Rahmi memberitahu. "Kamu jadi bareng Shasa?"
"Iya Ma, ini Vian mau ke sana."
"Ya udah pake aja dulu mobil abangmu, nanti Mama yang bilang sama Bian," Rahmi mencari kunci mobil milik Bian yang kebetulan ada di dekatnya. "Kasian juga Shasa kalo pake motor kamu, Vi."
Diberikannya oleh Rahmi kunci itu pada Vian. "Ya udah, Vian juga nanti bilang sama Bang Bian deh," ucap Vian mengambil kunci itu dari Rahmi. "Vian berangkat dulu, Ma."
"Iya, hati-hati."
***
Radin memarkirkan motornya di depan rumah Thalita. Sudah ada cukup banyak motor milik yang lain juga di sana. Rumah Thalita seperti yang paling besar dan megah di daerah itu. Rumah bergaya khas rumah-rumah Eropa dengan warna putih gading dan halaman luas di belakangnya. Cukup untuk membangun dua buah rumah lagi berukuran 9x12 meter persegi.Athala sampai terncengang saat Radin mengajaknya ke halaman belakang rumah itu tadi. Tak hentinya Athala menyusur pandangannya ke sekitar. Di sebelah kanabnya berjajar meja prasmanan dan sedikit ketengah terdapat meja berisi minuman dan buah-buahan dan beberapa meja bundar di sana. Lalu sebuah panggung kecil ada di sisi sebelah kiri dekat dengan sebuah meja dengan bolu ulang tahun bertingkat di atasnya. Dibelakang itu langsung terhubung dengan pintu belakang rumah Thalita yang memiliki dinding full kaca yang di dalamnya dapat Athala lihat ada sebuah kolam renang.
Dalam hati Athala membuat kesimpulannya, keluarga Thalita pastilah orang terpandang. Tapi selama mengenal Satrio pun Athala tidak pernah tahu tentang kenyataan itu. Satrio terlalu terlihat sederhana untuk anak pemilik rumah semegah ini dan sama halnya dengan Thalita.
"Athalaaa, selamat datang," sambut Thalita yang tadi baru selesai berbincang dengan temannya. Dia bahkan langsung memeluk Athala hangat.
Thalita terlihat sangat cantik dengan dress putih yang dikenakannya. Rambutnya terlihat disanggul dengan menyisakan sedikit disisi kanan kirinya yang dibuat curly. Model sanggulnya terkesan sangat modern dengan menggunakan motif kepang. Radin bahkan sempat tidak berkedip melihatnya. Jika Thalita tidak menjitak kepala cowok di sampingnya itu.
"Lo liatin gue kaya kelaparan gitu sih, Rad!" Protes Thalita membuat Athala terkekeh ditambah dengan ringisan Radin.
"Namanya cowok kali Ta, lagian coba deh depan gue cewek cantik, samping gue juga cantik. Gimana gue gak lumer diam di dekat kalian berdua coba," ucap Radin melirik Thalita dan Athala bergantian. Sontak saja Thalita langsung melepas tawanya.
"Pantes aja lo jomblo Rad, tiap cewek lo bilang cantik," kata Thalita geleng-geleng kepala.
"Mana ada, lo berdua doang yang gue bilang cantik kali," elak Radin tak terima. Jujur Radin memang rada slengean, tapi dia tidak seplayboy itu. Dan baik Athala maupun Thalita, mereka berdua malam itu terlihat sebelas duabelas aura kecantikannya.
Dan lagi, Radin tak habis pikir dengan Vian. Dua perempuan itu menyukainya dan dia tidak tetap saja cuek seolah tidak tahu. Atau mungkin memang tidak tahu. Radin sendiri bingung dengannya. Apa jangan-jangan Vian malah menyimpan rasa padanya?
Kalo itu sih Radin amit-amit. Seratus persen akan Radin tolak jika terjadi. Dia menjungjung tinggi moralitas.
***
Radin sedang mengambilkan minum untuk Athala, meninggalkan Athala sendirian di sana. Thalita tadi pergi untuk menyapa temannya yang lain.Athala menyusuri setiap sudut tempat tersebut, memperhatikan orang-orang yang ada disana. Sebenarnya dia mencari Shasa sejak tadi, tapi kenapa Shasa belum juga datang dan Athala tidak tahu sebenarnya dia berangkat dengan siapa. Satrio pun belum terlihat disana. Dan Vian? Entahlah Athala tidak tahu juga.
Dia lupa kenapa tadi tidak menanyakannya pada Radin, biasanya Vian kan pergi dengan Radin, tapi Radin malah pergi dengan Athala sekarang.
Rasa penasarannya membawa Athala untuk kembali menuju ke depan halaman rumah Thalita. Dia berdiri di dekat teras rumah Thalita. Sambil menunggu Radin Athala akan menunggu Shasa saja di sana. Mungkin sebentar lagi Shasa datang karena Athala sempat menghubungi Shasa tadi meski tidak di balas olehnya.
Beberapa orang yang baru datang melewati Athala dan berbaur dengan yang lain di halaman belakang. Belum ada yang Athala kenal, mungkin hanya sekadar Athala tahu. Hingga kemudian sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan rumah Thalita.
Sesaat Athala tidak begitu peduli karena mungkin itu teman Thalita yang lain, tapi ketika pintu mobil itu terbuka Athala tidak bisa untuk tidak peduli. Dari dalam sana Athala melihat Vian dengan setelan kemeja abu dilapis sebuah rompi rajut berwarna navy. Vian tampan. Itu yang terbesit dalam benak Athala saat itu.
Hanya saja ada orang lain yang menyusul keluar dari mobil yang sama. Seorang perempuan dan Athala mengenalinya. Sejenak Athala mencoba memastikan sosok yang dilihatnya itu, ada rasa sesak yang hadir di dada kanannya.
Perempuan dengan gaun berwarna navy itu adalah Shasa. Dia berangkat dengan Vian. Jadi teman yang Shasa maksud itu adalah Vian? Tapi kenapa Shasa tidak mengatakannya lansung saja pada Athala jika itu Vian! Kenapa Shasa malah bilang padanya jika akan berangkat dengan temannya? Ya Athala tahu Vian itu juga temannya, tapi kan...
Sudahlah Athala tidak ingin membahasnya. Shasa pasti punya alasan untuk itu. Lagi pula sekali lagi memangnya Athala itu siapa? Tidak ada hak untuk Athala melarang atau marah karena itu.
"Thala lo gpp?" Radin baru datang tak lama setelahnya dengan membawakan dua gelas minuman untuknya dan Athala.
"Gua gpp," jawab Athala dengan senyum di wajahnya. Meski begitu Radin tahu ada keterpaksaan pada senyumnya. Athala sedang apa-apa.
-Adore You-
![](https://img.wattpad.com/cover/89889247-288-k361110.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You [Completed]
RomanceBagi Athala menyukai seseorang secara diam-diam adalah pilihan terbaik. Bukan karena dia tidak ingin menunjukan atau mengungkap hal tersebut. Melainkan karena Athala tidak berani melakukannya. Tentu Athala terlalu pengecut untuk hal itu, terlebih co...