Sejak kejadian di rumah sakit hubungan Athala dengan Shasa kembali membaik. Tentang Vian, Athala dan Vian lebih sibuk belajar dan berdiskusi untuk persiapan lomba selanjutnya. Tidak lebih, tapi memang mungkin hubungan mereka dapat dikatakan semakin dekat. Bahkan Vian sempat bertemu dengan Agni saat mengantar Athala pulang.
Dan hari ini adalah hari perlombaan tahap kedua. Mereka sudah berada di salah satu kampus yang berlokasi di Bandung tersebut yang mengadakan acara. Bersama dengan Bu Dya, Bu Anggi, tim Thalita dan beberapa anak sekolah yang akan ikut mendukung mereka nanti.
Athala terus mengosok-gosokan kedua telapak tangannya yang dingin. Dia benar-benar deg-degan memikirkan lomba tersebut di tambah penampilan beberapa tim yang sedang bertanding di dalam sana.
Thalita yang duduk di sampingnya meraih tangan Athala. "Udah gak usah deg-degan. Lo pasti bisa kok, kalian udah persiapin yang terbaik," bisik Thalita mencoba menenangkan Athala.
Athala mengeratkan gengaman tangan Thalita seraya mengangguk. Di depannya Vian baru saja kembali entah darimana, tapi dia memberikan sebuah cup minumam pada Athala. "Cokelat panas, biar lo lebih tenang," ucapnya saat itu.
Athala mengambil cup tersebut dari tangan Vian, asap mengepul dari minuman tersebut membuat Athala menghirup aroma menenangkan yang ikut menguar dari kepulan asap tersebut. Perlahan Athala menyesapnya dan menikmatinya. Kebetulan cuaca disana agak mendung membuat rasa cokelat panas itu semakin nikmat.
"Makasih ya Vi."
"Sama-sama."
Sekitar setengah jam setelah itu Bu Dya menghampiri mereka dan mengatakan jika sekarang tim Athala yang akan masuk untuk berlomba melawan dua tim lainnya. Karena memang sistemnya seperti itu. Cerdas cermat tersebut dilakukan pertiga tim.
Rasa deg-degan itu kembali menghampiri Athala sampai kemudian sebuah tangan mengenggam jemarinya hangat. Ditolehkanlah kepalanya mencari si pemilik jemari tersebut dan Athala menemukan keberadaan Vian disampingnya yang menghubungan jemari hangat itu padanya.
"Lo gak usah takut, ada gue, dion dan yang lain juga," ucap Vian saat itu mampu mengubah debar Athala pada hal lain. Vian.
***
Suasana di dalam auditorium tempat acara berlangsung semakin memanas saat sesi cepat tepat berlangsung. Beberapa kali terjadi pengurangan poin untuk tim yang menjawab salah.
Pertanyaan terakhir dibacakan dan Dion berhasil menjawab benar saat itu. Suara riuh langsung terdengar setelahnya saat pembawa acara tersebut mengintrupsi.
Raut wajah lega tampak jelas di wajah ketiganya. Mereka mendapatkan score yang cukup tinggi tadi. Hanya tinggal menunggu pengumuman tiga besar untuk masuk ke tahap selanjutnya.
Setelah keluar dari auditorium refleks Athala memeluk Bu Dya dan yang lain bergantian. "Kalian udah berusaha yang terbaik. Hasilnya kita serahkan pada yang di atas," bisik Bu Dya pada Athala saat pelukan tadi.
Ya Athala dan timnya sudah berusaha. Jika mungkin itu rezeki mereka pasti tidak akan tertukar.
"Kita makan dulu yuk sambil menunggu hasilnya," seru Bu Anggi yang langsung disetujui oleh yang lain serempak kecuali Athala.
"Ibu Thala izin ke toilet dulu ya, nanti Thala nyusul," ucap Athala karena dia memang butuh ke kamar mandi sekarang.
"Oh iyh, Ibu udah pesan makan di warung yang depan, nanti kamu ke sana saja ya," jelas Bu Anggi sambil menunjuk warung makan yang dimaksudnya.
"Ok bu, siapp."
Setelah itu Athala berlalu ke toilet. Tadinya dia mau minta diantar tapi takutnya merepotkan jadilah Athala memilih untuk ke sana sendiri. Lagi pula tidak terlalu jauh juga.
Sambil merapikan seragam sekolahnya Athala memandangi pantulan dirinya di cermin yang tersedia di sana setelah keluar dari keperluannya di dalam toilet. Meyakinkan dirinya jika dia sudah berusaha yang terbaik. Semuanya akan berjalan lancar.
Begitu Athala keluar dari toilet tak jauh dari sana di halaman koridor kampus tersebut masih tertanam banyak pepohonan dan membuat udara di sana rasanya sejuk. Membuat Athala betah berlama-lama menghirup udara di sana.
Cukup lama Athala berada disana menikmati segar oksigen yang cuma-cuma Tuhan berikan. Sayup dia mendengar suara familiar di sekitarnya. Di taman yang ada di depannya saat Athala membuka mata dia melihat Vian sedang berdua bersama Thalita.
Vian mengengam tangan Thalita dan ekspresi wajahnya terlihat sangat serius mentap Thalita.
Rasa penasaran Athala membuatnya menajamkan pendengarnya, samar Athala mendengar Vian mengatakan kalimat yang saat itu membuat Athala terdiam. "Gue suka sama lo Ta."
Meski samar tapi Athala yakin dia tidak salah dengar jika Vian mengatakan kalimat itu pada Thalita.
Lantas saja bulir bening itu perlahan jatuh membasahi pipinya. Membuat pandangan di depannya buram tertutup kristal bening tersebut.
Untuk kesekian kalinya Athala sakit hati karena pilihannya. Harusnya Athala memilih mundur sejak awal tapi kenapa sesulit itu. Kemarin Shasa dan sekarang Thalita? Nyatanya Vian memang tidak pernah menganggap kehadiran dirinya selain dari suatu kepentingan tertentu yang mengikatnya. Perlombaan ini.
Tidak ingin lebih jauh mendengar obrolan mereka Athala memilih pergi dari sana. Mengusap air mata di pipinya dan menahan seguk tangis yang ingin membuncah. Dia tidak boleh menangis hari ini. Ada yang lebih penting untuk Athala pikirkan. Hasil perlombaannya.
Di luar warung makan sebelum masuk Athala memastikan jika tidak ada lagi cairan bening yang tadi membasahi pipinya. Takut membuat guru dan temannya khawatir, tapi tidak dapat Athala pungkiri jika dia kepikiran.
"Thala ayo dimakan jangan ngelamun," tegur Bu Dya yang tadi memperhatikan Athala yang hanya diam.
"I-iya Bu ini dimakan kok," jawab Athala gelagapan.
"Udah gak usah di pikirin, kita berdoa aja biar dapat hasil yang terbaik ya," Bu Dya tampaknya mengira Athala mengalaukan hal itu. Meski memang benar, tapi itu tadi sekarang Athala tidak fokus dan malah memikirkan Vian sekuat apapun Athala mengabaikannya.
***
Semuanya berlalu bergitu cepat. Hasilnya diumumkan hari itu juga dan tim Athala hanya berhasil mendapat peringkat harapan 2.
Athala tidak begitu kecewa, tahun depan dia masih dapat mengikuti lagi lomba tersebut. Setidaknya dia sudah berusaha sebaik yang dia bisa.
Dan sejak tadi Athala menghindari Vian. Padahal Vian ingin mengatakan sesuatu pada Athala hari itu, tapi hingga mereka sampai kembali di sekolah tidak ada obrolan sama sekali yang terucap dari mereka berdua.
Athala tertidur sepanjang perjalanan dan Vian tidak tega membangunkannya. Tapi perubahan sikap Athala yang menjadi dingin membuat Vian merasa ada yang tidak beres dengan Athala.
"Thala, lo gpp kan?" Tanya Vian saat mereka sampai di sekolah. Vian saat itu langsung menahan tangan Athala begitu yang lain pamit untuk pulang lebih dulu ke rumah mereka dan hanya tinggal mereka berdua disana.
"Gue gpp," jawab Athala singkat dan penuh penekanan. Lalu langsung melepaskan genggaman tangan Vian pada pergelangan tangannya.
Tepat saat angkutan umum melintas di depannya Athala langsung bergegas naik dan menghiraukan Vian. Menyisakan banyak tanya dibenak Vian.
-Adore You-
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You [Completed]
RomanceBagi Athala menyukai seseorang secara diam-diam adalah pilihan terbaik. Bukan karena dia tidak ingin menunjukan atau mengungkap hal tersebut. Melainkan karena Athala tidak berani melakukannya. Tentu Athala terlalu pengecut untuk hal itu, terlebih co...