AY. 11

820 69 0
                                    

Athala baru saja selesai olahraga hari ini dan terik matahari sedang berada di suhu cukup tinggi. Keringatnya bahkan membuat Athala terlihat seperti baru selesai keramas. Dia memilih untuk ke kantin membeli minum, tapi begitu sampai di sana kantin sedang penuh dan Athala sedang malas untuk mengantri, jadilah dia memilih untuk duduk di salah satu teras yang berada di dekat kantin. Menunggu antrian disana sedikit mengurai sembari beristirahat. Sedangkan Shasa dia memilih kembali ke kelas tadi karena belum mengerjakan tugas.

Cukup lama Athala duduk di sana, sesekali dia melihat jam tangannya takut jika jam istirahatnya selasai dan guru sudah masuk ke kelasnya, sementara dirinya masih belum mendapatkan minuman. Tapi saat Athala baru akan berdiri, sesuatu yang dingin menyentuh kulit lehernya dan membuat Athala tersentak kaget. Setelah itu sebuah tawa terdengar di belakangnya. Begitu Athala berbalik Radin sedang berdiri di sana dengan sebuah air mineral botol di tangannya. Dia baru saja menghentikan tawanya saat melihat tatapan tajam Athala.

"Minum Thal, gue tahu lo haus," ucap Radin memberikan botol air mineral tersebut pada Athala. Tentu saja Athala menerimanya dengan senang hati. Athala kan suka gratisan.

"Thanks Rad, tapi lo jangan ngagetin gue juga dong," protes Athala tak suka dan Radin malah tertawa melihat Athala yang manyun.

Setelah kemarin menceritakan tentang Vian pada Shasa, rasanya Athala sedikit lega dan tentang pesan Radin sebelumnya pun Athala jadi biasa saja. Apa salahnya jika dia menyukai Vian? Tidak ada kan?

"Jadi lo kenal Vian udah lama Thal?" tanya Radin setelah Athala selesai meneguk minumnya.

"Lumayan, mungkin sekitar 4 tahun. Ya tapi itu cuma sebatas gue tahu Vian doang gitu. Katakanlah gue ini secret admirernya Vian. Eh tapi lo jangan bilang ke Vian ya, awas aja kalo sampe lo bilang."

Radin tertawa mendengar ancaman Athala barusan, sebelumnya saja Athala sok mengelak dan mengabaikan pesan line darinya. Namun semalam tiba-tiba saja dia malah mengaku begitu saja dan mengomelinya karena katanya Radin sengaja membuat Athala terlihat bodoh di depan Vian.

Bukan salah Radin, Athalanya saja yang kelewat parno saat bertemu Vian dan jadi terlihat bego seakan perempuan itu baru saja melihat hantu jika bertemu Vian.

"Rad, kenapa lo tahu kalo gue suka sama Vian?" tanya Athala. Pertanyaan yang jawabannya masih belum membuat Athala puas saat Athala menanyakan hal tersebut pada Radin dan Shasa.

"Kan udah gue jawab waktu itu," balas Radin tapi Athala menggeleng.

"Gue mau lo jawab lagi, selain jawaban yang kemarin tapi."

Radin tampak berpikir, memangnya apa lagi alasannya? Radin memang bersungguh-sungguh dengan jawabannya saat itu. "Tatapan mata lo Thal, udah gue bilang tatapan mata lo gak bisa boong saat natap Vian. Lo tahu tatapan mata seseorang itu bisa menunjukkan kejujuran? Coba aja saat lo bicara sama seseorang dan dia ngalihin pandangannya, pasti ada sesuatu yang di sembunyiin sama orang itu. Mungkin lo gak sadar sih kalo gue merhatiin tatapan lo tiap kali lihat Vian, ya itu, gue nyimpulin dari apa yang gue lihat dan juga ditambah gerak-gerik lo yang duh ya susah di jelasinlah. Kalo orang salting emang gitu kali ya, Thal?" Sekarang benak Radin di penuhi oleh siluet kesalahtingkahan Athala yang membuatnya geli sendiri.

Melihatnya membuat Athala melayangkan pukulan pada lengan Radin menggunakan botol di tangannya. "Aww, sakit atuh Thal," Radin menggelus-elus bagian lengan yang tadi terkena pukulan Athala.

"Udah ah lo makin rese, gue balik ke kelas aja, duluan Rad," pamit Athala tapi Radin malah ikut berdiri.

"Gue juga mau ke kelas kali, Thal."

Athala sih cuek saja saat Radin mengikutinya di belakang. Athala memang seperti itu, dia memang cukup mudah dekat dengan orang lain, jika orang tersebut extrovert. Karena memang harus ada yang lebih dulu memancingnya untuk bicara. Tapi jika dengan Vian sih lain ceritanya.

Suasana koridor masih cukup ramai karena bel masuk belum berbunyi. Di depan ruang tata usaha ada mading cukup besar. Biasanya Athala sering berhenti untuk sekadar membaca informasi ataupun karya tulis yang ditempel di mading tersebut, siapa tahu ada sesuatu menarik yang dapat Athala ikuti.

Radin cepat menghentikan langkahnya saat Athala tiba-tiba berhenti di depannya. Untung saja dia berhenti tepat waktu jika tidak mungkin akan ada sedikit drama di sana. Ya seperti adegan-adegan film yang menahan perempuannya atau malah Radin akan menimpa tubuh Athala? Membayangkannya saja membuat Radin bergidik.

"Liat apaan sih Thal?" tanya Radin karena Athala kini asyik membaca tulisan di depan papan besar tersebut. Selama sekolah di sini bahkan Radin jarang sekali membaca isi di mading tersebut, mungkin dapat di hitung dengan jari.

"Ada lomba cerdas cermat Rad, yang ngadain kampus impian gue, hadiahnya golden tiket ke kampus itu kalo menang," jawab Athala antusias dan Radin masih membaca isi pamplet yang di tempel di mading tersebut.

"Kampus impian lo itu Thal? Bagus dong, ikutan aja. Lo kan pintar."

"Emang kata siapa gue pintar?"

"Ya elah Thal, gini-gini juga gue tahu lo sering masuk pararel," ucap Radin yang mendapat kekehan dari Athala.

"Gak sepintar si pararel 1 tapi kan, Rad?"

"Tetap aja pinter kali Thal, gue mah gak remedi aja alhamdulillah," curhat Radin yang membuat Athala meringis. "Gue dukung lo kalo lo mau ikut."

"Siapp."

"Radin lo ngapain di situ?" Sebuah suara mengintrupsi Radin. Di dapatinya Thalita kini sedang berdiri di depannya. "Bukannya ke kelas, noh Bu Dya udah ada di kelas tahu," lanjut Thalita.

"Serius Ta?"

"Seriuslah ngapain gue boong."

"Trus lo ngapain di sini, bukannya di kelas?"

"Di suruh ngambil buku catetan anak kelas, udah ah gue duluan," ucap Thalita melanjutkan langkahnya. Sebelumnya Thalita sempat menoleh pada Athala yang kini diam di tempatnya.

Radin menatap Athala dan Thalita bergantian, jika dia langsung kembali ke kelas, Bu Dya mungkin akan menghukumnya. "Thal, gue duluan ya."

Setelahnya Radin mengikuti Thalita masuk ke ruang guru. Radin akan berpura-pura membantu Thalita agar punya alasan untuk masuk ke dalam kelas nanti.

Sedangkan Athala masih diam di posisinya, mengerjapkan matanya dan memastikan perempuan yang tadi di lihatnya adalah memang perempuan yang sama yang Athala lihat saat di kantin waktu itu dengan Vian. Perempuan yang sekelas dengan Vian dan dekat dengan Vian.

Apa dia pacar Vian? Haruskah Athala menanyakannya pada Radin? Tapi jika Athala bertanya hal itu apa akan terkesan jika Athala terlalu berharap pada Vian? Dan kalo memang perempuan itu pacar Vian lalu Athala akan apa setelah itu?

-Adore You-
A/n : Hai haii, apa kabar semuanya? Semoga kabarnya selalu baik ya😊

Gimana nih sama ceritanya sejauh ini? Ada yang pernah suka sama seseorang diam-diam kaya Athala gak? Trus kalo ketemu si doi kalian langsung seketika diam karena saking degdegannya tapi kalo dari jauh di liatin mulu😆 ayolohh... hehe atau langsung hajar aja gak usah kebanyakan mikir macem-macem? Wkwkwk😆

Yukk di tunggu ya pendapatnya di komentarr ^^ dan semoga sejauh ini kalian masih suka sama ceritanyaa:)

See you di next chapterr...😆
~Apiii

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang