AY. 14

774 68 0
                                    

Cecep hari ini tidak masuk dan Athala kebagian tugas untuk mengumpulkan buku catatan biologi ke meja Bu Dya hari ini. Kabarnya hari ini juga Bu Dya akan mengumumkan kelompok untuk lomba yang akan Athala ikuti. Sekalian saja nanti Athala akan menanyakannya pada Bu Dya.

"Ini udah semua?" tanya Athala di depan kelas setelah selesai merapikan buku biologi teman-temannya.

"Bentar Thal gue belum, dikit lagi," teriak Reza seraya mengacungkan tangan kirinya sedangkan tangan lainnya sibuk menulis. Fira yang duduk tak jauh darinya kini melayangkan tatapan kesal pada Reza. Tapi tak lama Reza meletakan pulpennya dan menyerahkan buku miliknya pada Athala. "Nih Thal."

"Ok, udah kan ya?" ulang Athala kembali bertanya dan kini mendapat anggukan dari teman-temannya yang lain.

Suasana koridor sekarang terlihat sepi karena memang masih jam pelajaran. Saat melewati kelas Vian, Athala sempat mengintip untuk mencari keberadaan Vian di dalam sana. Di baris kedua dari depan ke belakang begitupun dari kiri ke kanan jika dihitung dari posisi jendela kelasnya, tapi Athala tidak menemukan Vian di sana padahal kelasnya sedang ada guru.

Begitu sampai di depan ruang guru seperti biasa Athala memastikan dulu keberadaan Bu Dya di mejanya, namun sepertinya gurunya itu sedang tidak ada di sana. Meski begitu Athala tetap harus meletakan buku yang dibawanya ke meja Bu Dya.

Saat akan meletakan buku-buku tersebut, secarik kertas di meja Bu Dya membuat Athala penasaran karena di sana tertulis namanya. Athala meletakkan buku-buku tadi, lalu sedikit bergeser ke tengah agar dapat membaca lebih jelas isi kertas tersebut.

"Tim tiga, Anggota, Athala Kirania XI IPA 5, Dion Firza Pratama XI IPA 1, Raviansyah Tanuwijaya XI IPA 2," gumam Athala membaca isi kertas tersebut.

Degg...

Nama terakhir yang Athala baca barusan membuat Athala melongo dan jantungnya kini berpacu lebih cepat.

Raviansyah Tanuwijaya. Itu adalah nama lengkap Vian dan nama itu ada pada tim yang sama dengannya.

Athala membaca kembali daftar nama di kertas tersebut untuk memastikan dan daftar nama itu tetap tidak berubah meski Athala mengulang bacaanya beberapa kali.

Athala tidak dapat mengelak jika dia merasa senang dapat satu tim dengan Vian, tapi disisi lain Athala menjadi gelisah, bagaimana nantinya dia akan menghadapi Vian jika mereka satu tim? Lalu apa Vian tidak masalah jika satu tim dengannya? Juga dengan jantungnya, apa jantung Athala siap untuk berolahraga ekstra nantinya saat berhadapan dengan Vian yang mungkin akan menjadi lebih sering?

Ya Tuhan kenapa Athala selalu merasa serba salah tiap kali berhubungan dengan Vian.

"Athala?" panggil sebuah suara lembut di dekatnya yang menyadarkan Athala dari pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikirannya.

Bu Dya sedang berdiri di depannya saat ini, beliau baru saja kembali dari ruang tata usaha dan sedikit dibuat kaget saat melihat Athala melamun di meja kerjanya.

"Kamu gak apa-apa Athala?" tanya Bu Dya setelah Athala bergeser dari tempatnya tadi yang dirasa menghalangi Bu Dya untuk duduk di mejanya.

Athala menggeleng dan mencium punggung tangan Bu Dya, "Ini Bu buku catatan kelas XI IPA 5," ucap Athala yang diangguki oleh Bu Dya.

"Makasih ya," ucap Bu Dya dengan senyum yang memancarkan aura keibuan dari wajahnya.

"Oh iya Thala, kemarin Ibu sama Bu Anggi udah nentuin anggota setiap timnya, nah ini datanya ibu minta tolong kamu tempelkan di mading ya, kamu bisa cari namamu juga di situ, nanti lebih lanjutnya ibu kabari lagi kalian yang ikut." Bu Dya kini memberikan lembar yang tadi sempat Athala baca padanya. Athala jadi merasa sedikit bersalah karena membacanya tanpa izin tadi.

"I-iya Bu, kalo gitu Thala ke kelas lagi ya Bu," pamit Athala yang diangguki oleh Bu Dya.

Setelah keluar dari ruang guru Athala menghentikan langkahnya di depan mading. Matanya kembali membaca nama-nama di kertas tadi. Nama di daftar tersebut hanya beberapa yang Athala kenal orangnya.

Tim empat, Anggota : Saka Izaz Ramadhan XI IPA 3

: Safira Ayu Putri XI IPA 6

: Thalita Arsyila Fasha XI IPA 2

Athala menghela napas panjang dan menghembuskannya pelan, benar kata Radin Thalita yang dimaksudnya memang perempuan yang dekat dengan Vian karena Athala menemukan nama Thalita di kertas itu.

Dirasa cukup untuk membaca isinya, Athala melepaskan lapisan putih double tip di belakang kertas tersebut agar dapat menempelkannya di mading. Mengumpulkan lapisan putih tersebut pada selasar tempat duduk di depannya untuk nanti dibuangnya ke tempat sampah.

Ditepuk-tepuknya kertas tersebut agar merekat kuat di papan tripleks putih itu dan setelahnya saat Athala akan mengambil bekas lapisan putih double tip tadi angin malah menerbangkan benda kecil tersebut dan membuat Athala harus memungutinya di bawah karena jadi tercecer.

Saat Athala akan mengambil ceceran benda itu di depannya sebuah tangan lebih dulu meraihnya dan lanjut mengumpulkan sisa lainnya yang berada di dekatnya. Athala mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang melakukannya dan saat itu dia juga menoleh pada Athala, lagi-lagi Athala kembali dibuat diam olehnya. Seseorang di depan Athala sekarang ini adalah Vian, siapa lagi memang yang dapat membuat Athala diam seperti patung selain Vian?

Vian menjentikkan jarinya di depan wajah Athala sambil sesekali memanggil nama perempuan itu, tapi Athala tetap bergeming membuat Vian bingung sendiri harus melakukan apa sekarang.

Di lihatnya tangan Athala yang bebas di lantai, diraihya tangan itu oleh Vian dan tak perlu waktu lama untuk Athala merasakan sesuatu yang hangat menyentuh jemarinya itu dan membuatnya langsung tersadar dari tingkah bodohnya. Untung saja kali ini Athala tidak kembali beristigfar cukup kuras hingga di dengar oleh Vian.

"Lo gpp?" tanya Vian setelahnya, mereka kini sudah mengubah posisinya jadi berdiri.

Athala menggeleng dan mengukir senyumnya canggung, padahal ini sudah kali kesekian Athala bertemu Vian, tapi kenapa Athala masih belum dapat mengontrol dirinya seperti ini.

"Abis ngapain Thal," tanya Vian sambil menyerahkan ceceran sisa double tip tadi pada Athala.

"Nempelin daftar nama," jawab Athala menerima benda tersebut dan menolehkan kepalanya pada mading.

Melihat itu Vian pun ikut menoleh dan mengikuti arah pandangan Athala, dibacanya isi kertas tersebut oleh Vian. Hal yang kembali membuat Athala was-was. Apa tanggapan Vian nanti setelah membaca itu?

"Kita satu tim?" tanya Vian melirik Athala sekilas dan begitu mendapat anggukan darinya Vian juga ikut mengangguk. "Ok, oh iya Thal gue duluan ya," ucap Vian setelahnya dan Athala kembali mengangguk.

Dilihatnya Vian sedikit berlari dan berbelok menuju halaman luar gedung sekolah. Mendengar respons Vian sesingkat tadi membuat Athala bingung, dia tidak dapat menyimpulkan apapun dengan respons seperti tadi. Entah itu Vian keberatan atau tidak Athala tidak tahu.

Dan satu lagi, Dion. Dia adalah murid paling pintar di angkatannya, tapi Athala pun tidak terlalu mengenal dekat dirinya karena Dion terlihat lebih pendiam ketimbang Athala. Jadi apa yang akan terjadi nanti dengan timnya? Rasanya Athala ingin berteriak sekencang-kencangnya sekarang.

-Adore You-

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang