Sepanjang perjalanan Athala begitu menikmati segarnya udara pagi yang masih cukup bersih saat memasuki kawasan penuh pepohonan di sekitarnya.
Athala sedikit menautkan alisnya begitu melihat keramaian di depannya. Orang-orang memakai setelan training untuk olahraga dan Athala sempat membaca tulisan car free day pada sebuah pembatas jalan di dekatnya.
Vian menghentikan motornya pada tempat yang sepertinya memang disediakan untuk menyimpan motor pengujung. Athala lupa jika hari minggu adalah car free day dan pasti banyak orang yang memanfaatkannya untuk berolahraga mengitari situ-sejenis danau buatan tapi tidak terlalu besar- berbentuk lingkaran tersebut.
"Dari sini kita jalan gpp kan Thal?" tanya Vian setelah selesai menaruh motornya.
"Gpp, emang rumah Dion di mananya?"
"Katanya sih masuk dikit ke gang di dekat kantor kejaksaan."
Athala menangguk, "Ya udah ayo."
"Lo gpp kan bawa-bawa helm gitu?" Vian kembali bertanya setelah beberapa langkah mereka berjalan. Vian tidak begitu yakin akan aman jika menitipkan helmnya di sini.
"Gpp, tenang aja cuma bawa helm doang kok," ucap Athala setengah tersenyum dan membuat Vian pun ikut tersenyum.
Suasana di sana benar-benar ramai, banyak orang datang dengan bermacam tujuan. Karena tidak semuanya melakukan olahraga, ada yang hanya berswafoto, latihan dance dan bahkan ada komunitas reftil yang sedang mempertunjukan hewan-hewan melata itu di depan pengunjung. Athala sempat bergedik melihat si pemilik ular tersebut dengan santainya bermain dengan ular besar bercorak kuning itu di lehernya.
"Kenapa Thal? Takut?" Vian yang melihat ekspresi kengerian Athala menahan tawanya.
"Kok itu abang-abangnya gak takut dicekik atau digigit apa ya?" tanya Athala masih tak habis pikir. Kenapa juga mereka memelihara hewan berbahaya seperti itu padahalkan hewan yang lebih lucu juga banyak.
Vian tertawa mendengar pertanyaan Athala barusan, "Gak akan di cekik semudah itu kali Thal, ularnya juga udah jinak kok, udah gak berbisa," jelas Vian dan Athala masih tidak dapat terima dengan jawaban itu.
"Tapikan tetap aja bahaya, Vi. Namanya hewan liar siapa yang tahu kan? Pawang ular di tv-tv aja ada yang pernah mati digigit ular, serem tahu. Kenapa gak pelihara tuh ya yang lucu gitu, kaya kucing atau kelinci. Kan imut," celoteh Athala yang membuat Vian sedikit terkejut. Itu adalah kalimat terpanjang yang Vian dengar dari Athala.
"Emang kucing lucu ya? Kucing bisa bikin asma kan?" ucap Vian yang kini di hadiahi oleh tatapan tidak terima dari perempuan di depannya itu.
"Lucu tahu, tapi emang sih beberapa orang yang alergi dan punya riwayat asma bisa bikin penyakitnya kambuh, tapi bener deh kucing tuh lucu banget Vi, apalagi yang bulunya tebal dan hidungnya pesek gitu, ya ampun itu benar-benar lucu." Athala sekarang jadi membayangkan milo-kucing persia milik tetangganya yang berwarna coklat susu itu dan membuat Athala ingin membawanya pulang jika saja mamanya tidak alergi dengan kucing.
"Yang bulunya tebal gitu biasanya anggora atau persia kan ya?" Vian seperti menemukan topik untuk membuat Athala bicara lebih banyak. Makanya dia memang sengaja tidak menyinggung hal yang mungkin dapat membuat Athala kembali irit bicara.
"Biasnya Persia lebih tebal lagi bulunya dan kalo kucing Persia tuh pemalas banget, kerjaannya tidur mulu," jelas Athala kembali membayangkan si Milo yang kerjaannya hanya tidur di depan pintu rumah.
"Lo punya Thal?" tanya Vian kemudian dan Athala menggeleng.
"Enggak punya, Cuma gue suka aja. Ada sih kucing tetangga, namanya Milo dia kucing Persia yang kerjaannya tidur," kekeh Athala membuat Vian ikut tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/89889247-288-k361110.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You [Completed]
RomanceBagi Athala menyukai seseorang secara diam-diam adalah pilihan terbaik. Bukan karena dia tidak ingin menunjukan atau mengungkap hal tersebut. Melainkan karena Athala tidak berani melakukannya. Tentu Athala terlalu pengecut untuk hal itu, terlebih co...