AY. 21

588 45 0
                                    

Setelah Satrio pamit untuk pulang duluan bersama Thalita, Vian pun mengajaknya untuk pulang. Sepanjang jalan menuju tempat parkir motornya, Vian terlihat sibuk dengan ponselnya. Athala tidak tahu apa yang sedang Vian lakukan dengan benda itu. Tapi dia yakin wajah Vian berubah lesu tidak secerah sebelumnya. Padahal kan harusnya Athala yang lesu karena bertemu Thalita dan Satrio di sana. Mana Thalita benar-benar cantik lagi tadi. Membuat Athala minder.

Vian sebenarnya ingin mengajak Athala ke rumah Nayla hari ini, tapi Mamanya sudah lebih dulu meminta Vian untuk pulang. Katanya akan ada acara nanti malam. Masih lama sih tapi permintaan Mamanya tidak bisa untuk Vian tolak.

Hanya hening yang tercipta sepanjang perjalanan. Padahal Athala sudah sangat antusias tadi bisa jauh lebih dekat dengan Vian.

"Makasih ya Vi," ucap Athala begitu mereka sampai di rumahnya. Vian mengangguk dan tersenyum kecil. Tidak seperti biasanya. Athala sendiri jadi heran dengan perubahan Vian yang terlalu tiba-tiba itu.

"Hati-hati." Athala melambaikan tangannya begitu motor Vian melaju dan menghilang karena kejauhan.

Setidaknya hari ini Athala senang bisa melangkah sedikit lebih dekat dengan Vian.

***
"Nanti malam kita ke rumah Tante Ranti, dia ngajakin kita makan malam di rumahnya. Ada anaknya juga di sana, kamu siap-siap ya."

Vian terus terngiang ucapan Mamanya beberapa saat lalu. Tante Ranti adalah teman Rahmi saat SMP. Sebenarnya bulan lalu beliau juga sudah berkunjung ke rumahnya bersama Om Yogi-suaminya, tapi anak mereka memang tidak ikut saat itu. Padahal sepertinya ada maksud lain yang direncanakan orang tuanya.

Dan hari ini gantian keluarganya yang akan ke rumah mereka dan Rahmi menyuruhnya bersiap bahkan sejak siang tadi.

Vian mendesah, firasat buruk menghantui perasaannya. Dia curiga jika inti dari pertemuan ini nantinya adalah perjodohan. Karena itu yang terjadi juga pada kakaknya.

Salah satu alasan lain kenapa Vian tidak pernah mau terlalu melibatkan perempuan untuk berhubungan dengannya. Karena akhirnya mungkin mereka akan tersakiti.

Jam di dinding kamarnya kini menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Vian sudah siap dengan pakaian rapi seperti perintah Rahmi. Tidak begitu formal sih, tapi memang tidak sesantai biasanya. Vian kini mengenakan celana bahan dan sebuah kemeja lengan panjang berwarna biru yang sedikit dilipat hingga siku.

Sambil menunggu Mama dan Ayahnya bersiap Vian memainkan ponselnya dan terhenti pada kolom chatnya dengan Athala. Sebuah senyum terbit di wajahnya mengingat gadis itu. Tadi Athala lebih terbuka dan banyak bicara dengannya, tidak seperti biasanya.

Ada rasa aneh mengelitik perutnya membayangkan senyum Athala yang tadi di lihatnya.

Kenapa Vian tidak berfoto dengan Athala tadi. Sesalnya.

Ayahnya kini sudah keluar dari kamar bersama Rahmi di belakangnya dengan setelan gaun panjang berwarna navy. Mamanya memang selalu terlihat cantik di usianya sekarang.

"Ayo Vi," ajak Alam-Ayah Vian mengandeng pundak putranya itu.

Hanya Vian, Rami dan Alam. Karena Bian kini sudah pindah rumah dan memiliki keluarga sendiri.

Alam yang menyetir mobil kali ini, sebenarnya Vian bisa sih tapi katanya Vian tidak akan tahu jalannya dan menyuruh Vian untuk menyetir saat pulang saja nanti.

"Deg-degan gak Vi?" Tanya Alam memecah hening di dalam mobil tersebut.

Vian melirik Ayahnya? "Degdegan kenapa emang Yah?"

Bukannya menjawab, Alam malah menggeleng dan tersenyum penuh arti. Di bangku belakang pun tampak Rahmi ikut menahan tawanya.

Kecurigaan Vian sekarang semakin tinggi. "Apaan sih Yah kalo ngomong kenapa setengah-setengah coba?"

"Biar kamu penasaran."

"Penasaran kalo temannya anak Mama itu cantik atau enggak kan?" Tebak Vian yang malah mendapat tawa dari kedua orang tuanya itu.

"Cantik dong Vi kan cewek," jawab Alam yang membuat Vian kini mendengus.

"Ya kali Vian tadi bilang ganteng emang?"

"Ya enggak sih," jawab Alam kikuk. Entah kenapa dia merasa jika ada sedikit nada tak suka pada kalimat anaknya itu.

"Udah-udah nanti kamu liat aja kalo udah sampai," lerai Rahmi menenangkan.

Setelahnya hening kembali menyelimuti, hanya suara lantunan musik dari tipe yang di setel di sana.

***
Athala meraih ponselnya yang ada di atas meja belajar. Pergi bersama Vian tadi cukup menguras tenaganya. Terlebih Athala masih tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Satrio dengan statusnya sebagai Kakak Thalita.

Sario adalah Kakak kelas Athala. Saat Athala kelas 1 Satrio berada di kelas 3. Athala mengenalnya karena Satriolah yang paling sering membantu Athala lolos dari hukuman senior, padahal saat itu status dia adalah ketua Osis. Aneh memang, tapi Athala berterima kasih sekali padanya.

Di luar itu pun Satrio sering bercerita banyak hal pada Athala. Tentang pelajaran, eskul dan juga organisasi. Tapi setelah dia lulus Athala tidak pernah bertemu lagi dengannya dan tadi adalah kali pertamanya setelah hari itu.

Athala membuka aplikasi line di ponselnya, ada nama Satrio di salah satu ruang obrolannya. Membuat Athala menautkan alisnya.

Satrio ArsyaF
Apa kabar Thala? Kita tadi ketemu cuma sebentar, padahal banyak yang pengen saya ceritain sama kamu. Besok pulang sekolah kamu ada acara?

Kenapa Athala jadi deg-degan begini sih membaca pesan dari Satrio.

Athala Kirania
Alhamdulillah baik Kak. Besok Thala gak ada acara sih pulang sekolah. Kenapa ya Kak?

Satrio ArsyaF
Saya mau ngajak kamu makan, sekalian kita ngobrol-ngobrol aja. Udah lama kan kamu gak dengar saya cerita. Hehe

Athala ikut terkekeh membacanya.

Athala Kirania
Udah lama banget kak, hehe. Besok Thala selesai kelas jam setengah 2 Kak.

Satrio ArsyaF
Ok. Nanti saja kabari lagi ya Thal.
Oh iya kamu kenal sama Vian juga?

Athala Kirania
Kenal kak. Kenapa kak?

Satrio AsryaF
Udah lama?

Kerutan kembali tampak di kening Athala. Kenapa Satrio jadi menanyakan tentang Vian padanya?

***
Pintu rumah itu terbuka setelah Rahmi menekan bel di sudut tembok dekat pintu.

"Rahmiii...," seru sebuah suara wanita yang langsung memeluknya. "Ya ampun akhirnya kamu nyampe juga. Kangen banget aku sama kamu Rah."

Rahmi balas tersenyum menanggapi kehebohan Ranti. Tapi kini Ranti menoleh pada Vian setelah sebelumnya bersalaman dengan Alam.

Sadar tatapan Ranti tertuju padanya Vian meraih punggung tangan Ranti dan mengecupnya. "Vian kamu makin ganteng aja, Nak." Sebuah belaian lembut diberikan Ranti pada Vian.

"Makasih Tante."

Ranti kemudian mempersilakan mereka masuk di dalam, ada Yogi-suaminya baru keluar dari kamar dan langsung bersalaman dengan mereka.

Tapi pandangan Ranti seolah mencari sosok lain yang lebih penting dari suaminya itu. Anak perempuannya.

Tapi tak lama senyum merekah di wajahnya begitu gadisnya turun dari lantai dua.

"Sayang ayo cepetan," ucap Ranti.

Vian yang sempat tertunduk jadi ikut mengalihkan pandangannya pada orang yang Ranti maksud.

"Shasa?"

-Adore You-

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang