Athala sedang sibuk mencari pakaian yang akan dikenakannya untuk menghadiri ulang tahun Thalita malam ini. Mengingat penampilan Thalita membuat Athala tidak mungkin mengenakan pakaian seenaknya, setidaknya dia harus bisa menyesuaikan dengan si pemilik acara agar tidak terlihat memalukan.
Sebenarnya dia juga sedang menunggu balasan dari Shasa. Athala mengajak Shasa untuk berangkat dengannya nanti malam karena Shasa juga di undang ke ulang tahun Thalita karena mereka berteman di pengurus Osis.
Tapi hingga Athala selesai merapikan kembali pakaiannya yang berantakan di kasur, Shasa masih belum membalas pesannya. Kemarin saja seharian Shasa jadi lebih irit bicara dari sebelumnya, dia bahkan menghilang saat jam istirahat entah kemana. Padahal biasanya mereka akan pergi ke kantin bersama.
Dress selutut berwarna peach yang jadi pilihannya Athala gantungkan pada sebuah paku yang menempel di dinding kamarnya untuk memudahkannya nanti.
Tangannya kini meraih kembali ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur, memeriksa jika mungkin Shasa sudah membalas pesannya. Dan benar Shasa membalasnya.
Shasa Artika D
Thala, maaf ya gue gak bisa ke sana bareng lo, gue udah ada janji sama temen gueItu jawaban dari Shasa dan sepertinya memang Athala harus ke sana sendiri. Toh hanya Shasa yang dia kenal dekat dan kebetulan di undang. Athala saja tidak mengerti kenala Thalita malah mengundangnya pada mereka saja baru kenal belum lama ini. Apa mungkin karena Satrio? Tapi Thalita mengundangnya sebelum Satrio memberitahukannya pada Athala.
Setelah mengirim balasan pada Shasa, Athala berniat untuk membersihkan dirinya. Sepulang sekolah tadi Athala memang langsung mengeledah lemari pakaiannya hingga lupa menganti seragam.
Tapi saat akan menyimpan ponselnya sebuah pesan membuat Athala membukanya lebih dulu. Radin.
Radintaraa
Athalaaa, lo di undang ke ultahnya Thalita juga kan? Bareng gue yuk, gue jomblo nihDasar Radin, Athala jadi ngakak sendiri kan membacanya. Dia tiba-tiba saja mengajaknya berangkat bersama karena jomblo. Tapi Athala senang Radin menghubunginya disaat yang tepat. Athala jadi ada teman untuk ke sana nanti malam.
Athala Kirania
Makannya cari cewek, Rad. Biar gak jomblo.Radintaraa
Gue lagi jual mahal sama cewek, Thal.Athala Kirania
Bilang aja gak laku, wkwkAthala sedikit tidak enak sih membalas dengan kalimat seperti itu, tapi Radin bukan tipe orang yang baperan, kadang malah terlalu santai menanggapi hal serius sekalipun.
Radintaraa
Iya gue emang gak laku, maklum barang mahal harus dimiliki oleh orang yang paling berharga.Athala Kirania
Apaan sih, gak jelas lo Rad.Radintaraa
Ya udah pokoknya nanti malam gue jemput lo ke rumah ya.Athala Kirania
Lo tahu rumah gue?Radintaraa
Enggak sih, makanya lo peka dong kasih gue alamatnya.Athala Kirania
Hehe, ok nanti gue share loc. Gue mau mandi dulu.Radintaraa
Mau di temenin gak?Athala Kirania
Gak usah makasih! Bye!Athala mematikan data selulernya, sebuah senyum terlukis di wajahnya. Radin itu benar-benar aneh anaknya. Dia bisa dengan mudah membuat Athala dekat dengannya. Coba saja Vian seperti Radin, mungkin Athala juga tidak akan sekaku itu. Atau memang Athala yang terlalu menutup diri untuk dapat lebih bersikap santai pada Vian.
Karena nyatanya, Athala pun sering melihat Vian sama gilanya jika dengan Radin.
***
Athala memulaskan make up tipis pada wajahnya. Dia menyisir rambutnya yang sedikit bergelombang itu dan menempelkan sebuah jepit dengan manik bulat berwarna putih gading. Jepit yang dia beli sepasang dengan Shasa.Setelah di rasa pas dengan penampilannya, Athala mengambil sebuah paper bag di atas meja belajarnya. Hadiah yang kemarin sudah Athala siapkan untuk kado ulang tahun Thalita. Dia juga sudah mengirimkan alamat rumahnya pada Radin dan tinggal menunggu Radin menjemputnya.
Saat Athala memainkan ponselnya di ruang tengah sambil menunggu Radin, Agni keluar dari kamar dan menghampirinya. Dia kini memandangi Athala dari ujung kepala hingga kaki seperti melihat sesuatu yang aneh.
"Tumben cantik kamu, de," ujar Agni yang sudah mengambil tempat di sampingnya.
"Thala emang cantik kali, kak," protes Athala dengan bibir manyun karena pernyataan kakaknya. Pujian Agni kok menyebalkan ya.
"Berangkat sama siapa?" Agni mengalihkan pembicaraan.
"Sama teman kak, ini dia lagi di jalan."
"Vian?"
Athala menggeleng. Tentu saja mana mungkin dia ke sana dengan Vian. "Bukan, tapi sama temannya Vian," jawab Athala jujur.
Agni sedikit mengeryit mendengar jawaban Athala. "Temen Vian? Siapa?"
"Radin kak, pokoknya dia temannya Vian."
"Trus kamu sama Vian gimana?"
"Hmm, gak gimana-gimana. Ya gitu aja." Athala juga tidak tahu harus menjawabnya seperti apa. Toh memang hanya seperti itu, dekat lalu jauh kembali. Terkesan hanya sebatas dekat karena diikat oleh suatu kepentingan.
Baru Agni akan bertanya lagi, suara klakson di depan rumah Athala membuat Athala berlalu dan pamit pada Agni.
"Hati-hati ya," ucap Agni setelahnya. Athala juga sudah pamit pada Mama dan Papanya yang sedang berada di kamar.
Benar saja itu Radin, dia menampilkan deretan giginya saat Athala muncul dari dalam rumah. Athala membuka pagar rumahnya dan dihampirinya Radin. Kini tatapan Radin seolah menyelidik padanya seperti Agni tadi. Apa ada yang salah dengan penampilan Athala?
Jujur Radin dibuat tercengang melihat Athala. Gaun peach selututnya selaras dengan warna kulit tubuhnya, ditambah gadis itu memakai sepatu senada yang sedikit menambah tingginya meski tidak signifikan. Lalu rambutnya dia biarkan jatuh tergerai dengan jepitan di salah satu sisinya. Athala terlihat cantik malam itu. Jika Radin jadi Vian mungkin dia akan langsung jatuh cinta pada Athala.
"Rad, lo kenapa liatin gue kaya gitu sih?" Tanya Athala membuyarkan lamunan Radin.
"Gpp, gue kaget aja liat lo," jawab Radin. "Ayo naik, sori ya gue bawa motor doang, padahal lo udah dandan secantik itu," lanjut Radin saat mulai menyalakan mesin motornya.
Athala jadi sedikit malu mendengar Radin memujinya secara tidak langsung. Coba saja Vian yang menjemputnya dan mengatakan hal itu, mungkin Athala sudah terbang jauh ke awan saking senangnya.
"Ya gpp, makasih malah lo mau repot-repot jemput gue." Athala naik ke motor Radin dan duduk menyamping karena tidak mungkin dia membiarkan roknya lebih terangkat jika duduk pada posisi biasa. Sebelumnya Radin juga memberikan sebuah helm yang dibawanya pada Athala.
Setelahnya angin malam langsung menyapa kulit Athala. Sorot lampu mobil dan jalan menemani keheningan di antara keduanya. Radin tidak banyak bicara, dia fokus melajukan motornya pun dengan Athala yang sibuk dengan pikirannya. Dia jadi deg-degan sendiri memikirkan penampilan Vian nanti saat bertemu dengannya di sana. Juga Thalita, mereka mungkin akan terlihat seperti pasangan yang cocok.
-Adore You-

KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You [Completed]
RomansaBagi Athala menyukai seseorang secara diam-diam adalah pilihan terbaik. Bukan karena dia tidak ingin menunjukan atau mengungkap hal tersebut. Melainkan karena Athala tidak berani melakukannya. Tentu Athala terlalu pengecut untuk hal itu, terlebih co...