Seperti janji Satrio semalam yang mau mengajak Athala untuk makan. Athala sekarang sedang menunggunya di depan gerbang sekolah setelah dia selesai mengerjakan piket kelas gilirannya.
Tadi Satrio bilang sedang di jalan, tapi sampai sekarang Athala belum melihatnya. Padahal Athala sudah menunggunya dari sepuluh menit yang lalu.
Athala memutuskan untuk mengirimkan pesan pada Satrio dan belum sampai dua menit sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Pemiliknya sedikit lebih menepikan mobil itu agar tidak menganggu kendaraan lain.
Kacanya perlahan terbuka dan memperlihatkan wajah Satrio di baliknya yang kini tersenyum pada Athala. "Masuk Thal," ajaknya dan sesuai perintahnya Athala membuka pintu hitam mobil tersebut.
Athala sempat kaget sih saat tahu jika Satrio menjemputnya dengan menggunakan mobil. Dia jadi teringat laki-laki yang waktu itu mengobrol dengan Thalita di depan sekolah. Ternyata itu Satrio, pantas saja rasanya Athala mengenalnya.
Satrio tampak serius melajukan mobilnya, meski sesekali dia melirik Athala dan menanyakan tentang sekolahnya.
"Masih eskul Theater Thal?"
"Udah enggak Kak."
"Wah, kenapa?"
"Waktu itu sempet gak ikut kumpul beberapa kali dan akhirnya gak di lanjut aja," jawab Athala dan Satrio tampak menyesalkan tindakan Athala.
"Jadi kalo sekarang ikut eskul apa kalo gitu?" Tanya Satrio lagi. Dia tahu jika Athala itu paling tidak aktif dengan kegiatan-kegiatan eskul di sekolah. Sebenarnya memang bukan dia tidak ingin, Satrio kenal betul jika Athala mau hanya dia kadang sulit untuk memulainya. Makanya Satrio sering kali menceramahinya saat itu.
"Hmmm, gak ada kayanya," jawab Athala setelah berpikir cukup lama. Sebenarnya Athala sempat mengikuti beberapa eskul seperti bahasa dan seni rupa. Tapi dia juga sudah jarang kumpul sejak bulan lalu karena tidak begitu dekat dengan anak-anak eskulnya yang dirasa kurang membuatnya nyaman.
"Kamu itu ya, sayang lo Thal gak ikutan, lumayan nambah kegiatan dan pengalaman. Nanti pas kuliah itu kepake banget, cara komunikasi sama orang lain, bikin projek acara, nambah teman juga," jelas Satrio yang notabene memang mantan ketua Osis yang berjiwa organisatoris.
Athala hanya terkekeh mendengarnya, bagi Satrio mungkin semudah itu, tapi bagi Athala tidak. Itu sulit. Jika memang Athala tidak benar-benar bertekad untuk melakukannya dan lingkungannya pun harus dapat mendukung itu.
"Akademis gak melulu jadi tolak ukur sukses Thal, kamu harus coba beraniin diri kamu buat lebih terbuka dan coba enjoy aja, jangan mikirin macam-macam yang cuma sebatas spekulasi dan malah menghambat apa yang harusnya kamu dapat," lanjut Satrio.
Satrio memang selalu dapat membuat Athala merasa mendapat semangat baru seperti sekarang. Yang Satrio katakan memang yang Athala butuhkan. Kalimatnya mengena sekali untuknya.
"Makasih ya, kak," ucap Athala dan Satrio membalasnya dengan senyuman.
Tak lama mobil mereka sampai di sebuah tempat makan dengan cat dominan berwarna merah. Athala sempat membaca papan nama di atas toko tersebut 'Emely's Strawberry'.
Dan begitu masuk ke dalam, mereka disambut dengan berbagai furnitur dan dekorasi berbentuk buah merah itu. Dari lonceng pintu, vas bunga, tempat lilin hingga apron dan topi yang dipakai oleh pelayannya. Namanya memang mencirikan tempat tersebut. Apalagi saat Athala membaca menu yang dibawa pelayan lelaki di depannya.
"Ini strawberry semua?" Gumam Athala membaca menunya.
Satrio mendengarnya, dia tidak tahan untuk tidak tertawa, "Nama rumah makannya kan emang ada strawberrynya, belum pernah kesini Thal?" Tanya Satrio dan Athala menggeleng.
Dia saja baru tahu tempat seperti ini ada di dekat lingkungan sekolahnya.
"Emang masih agak baru sih, sekitar sebulan yang lalu kan ya Mas?" Tanya Satrio meminta pembenaran pelayan di dekatnya.
"Betul Mas," jawab pelayan tersebut. "Mas sama Mbaknya mau pesan apa?"
"Saya nasi goreng strawberry sama jus strawberry ya mas," ucap Satrio dan kini dia beralih pada Athala. "Thala kamu mau pesan apa?"
Athala tampak berpikir, tapi dia bingung harus memesan yang mana karena tidak tahu rasanya seperti apa. "Samain aja kaya Kak Satrio," ucap Athala akhirnya.
"Bikin dua ya mas," Satrio menambahkan pesanannya. Pelayan itu mengangguk dan berlalu menuju dapur mengantarkan pesanan mereka.
"Kamu udah punya pacara Thala?" Tanya Satrio memecah keheningan di antara mereka setelahnya. Hampir saja Athala tersedak. Kenapa Satrio harus bertanya disaat Athala sedang minum sih.
"Kayanya belum ya Thal?" Kekeh Satrio dan membuat Athala memanyunkan bibirnya kesal.
Ada rasa senang saat Athala tidak mengatakan apapun tentang hal itu. Perasaan yang sudah lama Satrio simpan untuk Athala mungkin akan segera menumukan waktunya yang tepat untuk dapat disampaikan.
"Oh iya, lusa Thalita ulang tahun, kamu udah tahu Thalita adik saya kan Thal?"
"Iya Kak, Thalita juga undang Thala tadi."
"Kamu datang kan?"
"Insya allah datang, Kak." Jawab Athala.
***
Setelah bertemu Athala tadi, Vian jadi teringat kembali dengan pertanyaan Shasa saat di balkon kemarin, tapi dia tidak menjawab pertanyaan Vian setelah itu. Malah Shasa mengatakan hal konyol lain."Vi, kalo misalkan gue mau coba lebih dekat sama lo gimana?" Tanya Shasa saat itu. "Urusan nanti lo tetap anggap gue sebatas teman, gue gak masalah."
Malam itu Vian tidak sempat menjawabnya karena Bi Ayu keburu datang memanggil mereka untuk turun karena makanannya sudah siap.
Memang baik Rahmi maupun Ranti tidak mengatakan bahwa mereka akan menjodohkan dirinya dengan Shasa secara langsung. Tapi hanya meminta Vian agar coba mengenal Shasa lebih dekat, jika nantinya di rasa cocok mereka berharap itu dapat menuju ke jenjang yang lebih serius.
Masalahnya kan tidak pernah terbesit dalam benak Vian untuk menganggap Shasa lebih dari temannya. Memang sih Vian tidak sedekat itu dengan Shasa, tapi perasaannya mengatakan hal demikian.
Vian akhirnya menyerah, memikirkan itu malah semakin membuatnya pusing. Dia juga tidak tahu sebenarnya dia suka pada siapa jika ingin menolak Shasa. Kadang Vian terlalu pengecut untuk menilai perasaannya sendiri.
"Athala," gumam Vian, nama itu muncul begitu saja ditengah kemelut pikirannya. "Gue lupa dia mau pinjam Kuroko no basket," lanjutnya dan bergegas menuju rak buku di samping meja belajarnya untuk mencari manga jepang tersebut.
Urusan Shasa atau tentang itu Vian akan mengikuti saja, sampai Vian dapat menentukan sendiri pilihan hatinya. Sekarang dia hanya perlu sedikit membuka dirinya untuk masalah perempuan. Tentu saja tidak berlebihan juga untuk hal itu.
-Adore You-
![](https://img.wattpad.com/cover/89889247-288-k361110.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You [Completed]
RomansaBagi Athala menyukai seseorang secara diam-diam adalah pilihan terbaik. Bukan karena dia tidak ingin menunjukan atau mengungkap hal tersebut. Melainkan karena Athala tidak berani melakukannya. Tentu Athala terlalu pengecut untuk hal itu, terlebih co...