AY. 30

543 47 1
                                    

Nayla terkejut saat Vian mengatakan jika Kiran yang Nayla kenal itu adalah Athala yang Vian sering ceritakan padanya. Apa dunia sesempit itu?

"Kakaknya Kiran itu dulu kakak tingkatnya Kak Nay waktu di tempat kuliah, trus karena Kak Nay lupa nama depannya dan lebih ingat nama belakangnya, jadi Kak Nay suka panggil Kiran deh," ucap Nayla menjelaskan asal mula kenapa dia bisa mengenal Athala dengan panggilan Kiran.

"Kalian ngobrol aja lagi ya, Kak Nay mau jemur lagi di belakang." Nayla mengerlingkan matanya pada Vian sebelum berlalu meningglkan kembali mereka berdua di ruang tengah.

Hening yang sebelumnya kembali tercipta sampai akhirnya Vian membuka suara. Dia tahu jika Athala tidak akan memulainya duluan. "Lomba itu minggu depan ya Thal?"

"Iya minggu depan, Vi," jawab Athala.

Kecangunggungan seakan menyelimuti mereka. Padahal biasanya tidak secanggung itu. "Oh iya Vi, kemarin Thalita ngajak buat ngerjainnya di rumah dia, lo setuju?"

"Boleh aja sih. Online kan ya itu?"

"Iya online."

"Trus yang nanti bawa laptop siapa?" Vian kembali bertanya. Mereka pasti memerlukan benda itu jika berhubungan dengan jaringan internet.

"Gue aja gpp yang bawa."

"Ok," jawab Vian. "Iya gue lupa, kemarin tuh yang buat bayar pendaftaranya kan pake uang lo ya Thal? Gue bayar ke lo jadinya berapa?" Vian benar-benar baru ingat hal itu padahal sudah lumayan lama dan Athala juga tidak pernah mengatakan apapun.

"Enam belas ribu lima ratus."

"Ok bentar ya." Vian mengeluarkan dompetnya dari dalam saku jaket yang ada di atas sofa di dekatnya. Tadi dia memang meletakan jaketnya itu disana.

Vian mengambil uang sesuai nominal tersebut dari dalam dompetnya dan memberikannya pada Athala. "Sori ya Thal gue lupa banget kemarin-kemarin," ujar Vian setelahnya.

"Gpp, makasih ya," ya itu jawaban Athala pada Vian.

Athala jadi ingat jika besok itu hari minggu, ucapan Vian waktu itu soal turnament futsal yang dikatakannya pada Satrio. Berarti besok kan?

"Vi, lo gak latihan futsal? Gue dengar besok ada turnamen?" tanya Athala. Sebelumnya Athala ragu, tapi kali ini rasa penasarannya lebih besar. Karena jika memang benar besok Vian bertanding Athala ingin menontonnya.

"Iyah sih harusnya besok, cuma katanya di undur jadi lusa karena ada beberapa gangguan dan gue latihan nanti sore. Kenapa Thal?"

"Hmm gpp, Cuma mau nanya aja," jawab Athala dengan menampilkan cengiran khasnya. Dia jadi malu sendirikan sekarang.Dan Athala kecewa sih, artinya dia tidak bisa menonton pertandingannya karena itu hari sekolah dan Athala tidak mungkin untuk meminta izin dispensasi atau bolos.

"Semangat ya Vi," ujar Athala agak malu mengatakannya, tapi dia ingin mengatakannya. Mungkin mulai sekarang Athala akan mencoba memenuhi keinginannya jika itu masih dapat dia lakukan daripada nantinya Athala menyesal.

Vian sedikit kaget sih dengan ucapan Athala barusan, tapi tidak dapat dipungkiri jika Vian senang juga mendengarnya. "Makasih ya Thal."

***

Athala mengecek kembali isi di dalam tasnya. Hari ini adalah lomba cerdas cermat tersebut. Semalam Athala sudah mati-matian mempelajari materinya dan bahkan Athala melahap materi kelas 12 yang belum diajarkan. Hati kecil Athala sangat berharap jika dia bisa memenangkan lomba tersebut. Karena jurusan itu adalah impiannya.

Sebuah ketukan di pintu kamar Athala terdengar, disertai dengan suara Papanya dari balik sana. "Thala udah siap?"

"Udah Pa, ini bentar lagi Thala lagi ikat rambut dulu."

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang