AY. 37

537 44 0
                                    

Di kelas Athala baru mendapat kabar soal Shasa yang di rawat di rumah sakit karena jatuh dari motor. Entah kapan kejadian tepatnya Athala tidak tahu karena Shasa bahkan tidak mengabarinya.

"Thala serius lo gak tahu?" Tanya Ajeng yang sekarang duduk dengannya dan Athala menggeleng.

"Lo tahu Shasa di rawat di rumah sakit mana Jeng?"

"Katanya cecep sih tadi dia di rawat di Rumah sakit Medika sehat. Lo mau ke sana?"

"Pulang sekolah kayanya gue kesana, Jeng. Anak-anak yang lain ke sana kapan?"

"Nanti sore kayanya, gak bareng aja Thal?"

"Gue duluan aja kayanya, nanti paling ketemu disana aja," jawab Athala yang mendapat anggukan dari Ajeng.

"Lo lagi ada masalah Thal sama Shasa? Dia kaya ngehindarin lo gitu dan bahkan minta gue tukeran tempat duduk gini," tanya Ajeng. Sebenarnya dia sudah lama penasaran tapi baru menanyakannya sekarang karena melihat Athala yang seperti tidak ingin ditanya soal itu.

"Enggak ada apa-apa kok, mungkin Shasa pengen cari tempat duduk lain aja," kekeh Athala menangapi jawaban Ajeng yang jelas ada nada getir disana saat mengatakannya.

Ajeng ingin bertanya lebih, tapi guru Matematikanya lebih dulu datang dan membuatnya mengurungkan niat.

Mungkin Athala juga tidak bisa terus menerus mengikuti permainan Shasa yang mencoba menjauhinya. Mau bagaimanapun Shasa temannya, Athala tidak ingin Shasa menjadi musuhnya dan saling diam seperti ini. Jika sama-sama egois terus seperti ini masalah tidak akan pernah selesai. Mengalah bukan berarti kalah, tapi untuk menyelesaikan masalah. Athala akan mencoba bicara dengan Shasa. Jika memang kondisi Shasa memungkinkan.

***

Ruang Arjuna no. 8

Athala membaca ulang pesan yang dikirimkan oleh Cecep saat meminta ruang rawat Shasa tadi. Mencocokannya dengan nomor pada pintu kamar di depannya.

Setelah dirasa yakin, Athala membuka pintu tersebut. Seperti Rumah sakit pada umumnya aroma khas obat itu pekat menguar melewati indra penciumannya. Athala sebenarnya tidak terlalu suka aroma rumah sakit.

Athala mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan berukuran 3x5 meter itu. Tapi mata Athala menangkap sosok laki-laki sedang berdiri disana. Dengan hoodie Barcelona yang sangat Athala hapal. Vian.

"Vian?" Gumam Athala saat dia mendekat ke arah ranjang dimana Shasa di rawat. Mereka bahkan tidak menyadari jika ada yang masuk ke kamar tersebut karena ekspesi kaget tertangkap jelas di wajah Shasa dan Vian yang kini tertuju padanya.

Athala mencoba menata perasaannya yang rasanya terpecah melihat keberadaan Vian. Dia menyimpan parcel buah yang dibelinya tadi di nakas samping tempat tidur Shasa. "Gimana kedaan lo sekarang Sha?" Tanya Athala pada Shasa. Dia mencoba tidak mempedulikan keberadaan Vian disana.

Semalam Athala sesenang itu dengan yang dilakukannya bersama Vian. Tapi kemudian Athala sadar jika mungkin semalam Vian meninggalkannya karena Shasa. Waktu kejadian Shasa sama dengan saat Vian menerima telepon semalam dan meninggalkan Athala sendiri.

"G-gue gpp kok Thal," jawab Shasa ragu. Rasa bersalahnya pada Athala kembali datang. Dia melirik ke arah Vian yang masih berdiri di tempatnya memperhatikan Athala sejak temannya itu datang dan menghampirinya.

Rasa bersalah Shasa semakin menguat melihat itu semua. Dia terlalu egois dengan menepis kenyataan yang jelas terlihat dihadapannya. Membohongi hati kecilnya dan terus melakukan hal bodoh yang menyakiti temannya.

"Vian, boleh tinggalin gue sama Athala berdua?"

Vian melirik Athala dan Shasa bergantian. Dia tahu ada yang perlu kedua perempuan itu bicarakan, tanpa dirinya. Jadi Vian menuruti permintaan Shasa untuk meninggalkan kamar rawatnya dan menunggu di luar.

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang