AY. 39

620 41 1
                                    

Waktu berjalan cepat. Athala kembali sibuk dengan segala kegiatan sekolahnya dan semuanya seakan kembali pada keadaan semula. Saat Athala hanya dapat memperhatikan Vian dari kejauhan. Kali ini pun begitu dan itu keputusannya. Keputusan Athala untuk menghindari Vian.

Vian bahkan tidak tahu apa kesalahannya hingga membuat perempuan yang belakangan memenuhi pikirannya itu tiba-tiba menjauh saat Vian sudah mengerti dengan perasaannya.

Baik Radin, Thalita dan Shasa pun juga tidak ada yang tahu alasan Athala menghindarinya dan sejak dimulainya tahun ajaran baru Vian benar-benar tidak pernah bertemu dengan Athala. Bahkan melihatnya disekolah pun tidak.

Vian mengacak rambutnya frustasi. Dia benar-benar tidak tahu harus mencari Athala kemana lagi karena perempuan itu hilang seakan di telan bumi.

Berulang kali Vian bertanya pada teman-temannya bahkan mendatangi rumah Athala tapi perempuan itu tidak ada dimanapun.

Dan saat Vian bertanya pada Nayla pun Nayla tidak tahu kemana Athala. Di tahun terakhir sekolahnya kenapa pikirannya malah dibuat kacau oleh perempuan. Padahal Vian sudah mendokrin dirinya untuk tidak terlibat masalah seperti itu.

Sebuah tepukan dibahunya menyadarkan Vian dari lamunanya. Radin dengan cengiran khasnya, "Kantin yuk Vi. Lapar gue."

"Lo aja Rad, gue mau ngerjain tugas Bu Siska dulu," tolak Vian padahal Radin jelas-jelas melihat Vian tidak sedang mengerjakan tugas apapun di mejanya.

"Udah lo jangan galau mulu, gak baik buat kejiwaan lo, gue tahu lo lapar. Gue yang traktir deh," bujuk Radin dan memaksa Vian dengan menarik lengan baju sahabatnya itu.

Vian akhirnya hanya bisa pasrah dan menuruti Radin. Dia juga tidak ingin lengan bajunya sobek karena ulah Radin.

"Makanya jangan jual mahal, ditinggalin keyok kan lo," celetuk Radin yang langsung mendapat sebuah jitakan di kepalanya dari Vian.

"Trus aja lo ledekin gue, bukannya bantuin nyari dia," protes Vian tak terima.

"Santai dong, lo mau tahu kabar Athala?"

Tentu saja Vian mau.

"Serius lo tahu kabar Athala? Dia sekarang di mana Rad? Kok gak pernah masuk sekolah?"

"Kemarin sih gue dengar katanya Athala pindah sekolah Vi, cuma gue gak tahu dia pindah kemana dan kenapa."

"Pindah?"

"Iya pindah, Bu Elma yang bilang ke ketua kelas Athala pas gue mau ngumpulin tugas. Bu Elma kan wali kelasnya Athala."

"Bu Elma gak tahu dia pindah kemana?"

"Gue gak tau, lo tanya aja sama Bu Elmanya sendiri," jawab Radin seraya menaikan bahunya.

"Ok, thanks ya Rad infonya."

Tanpa Radin duga Vian langsung berbalik menuju ruang guru dan meninggalkannya sendirian di sana. Membuat Radin hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah Vian yang seperti itu.

Dari awal pun sudah Radin duga jika Vian menyukai Athala, hanya saja Vian terlalu rumit dan mengacaukan semuanya. Tapi Radin juga tidak tahu alasan sebenarnya Athala menghindari Vian seperti ini dan pindah sekolah.

***

Athala menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangannya di atas meja. Dia kembali teringat pada Vian. Meski Shasa selalu menceritakan soal keadaan Vian padanya yang selalu menanyakan perihal Athala padanya. Tapi Athala tidak bisa untuk tetap menyerahkan kembali hatinya pada Vian.

Dia takut untuk terluka olehnya.

Sebenarnya Vian bukan satu-satunya alasan Athala memutuskan pindah sekolah. Tapi tugas Ayahnya membuat Athala juga harus ikut pindah. Shasa mengetahui keberadaannya tapi Athala meminta Shasa untuk tidak mengatakannya pada Vian. Dia tidak ingin bertemu Vian.

Tapi tetap saja rindunya mengingakan temu pada Vian seberapa besar pun Athala coba mengabaikannya.

Dering ponselnya membuat Athala terkesiap. Mengangkat kepalanya dan meraih benda itu di sampingnya.

"Thala, Vian kayanya benar-benar butuh ngomong sesuatu sama lo. Gue gak tahu masalah lo sama Vian apa sampe bikin lo ngehindarin Vian. Cuma gue tahu satu hal yang pasti, lo masih suka sama Vian kan?"

Ucapan Shasa diseberang sana membuat Athala terpaku. Vian benar-benar masih mencarinya? Tapi untuk apa?

"Kenapa Vian nyariin gue Sha? Vian harusnya kan udah bahagia sama Thalita," ucap Athala skeptis. Dia tidaj tahu kenapa memikirkan Thalita rasanya lebih menyakitkan.

"Kok Thalita sih? Emang si Thalita kenapa? Dia apain lo sih sebenernya? Gue gak ngerti asli Thal."

"Gpp, pokoknya lo gak usah kasih tau Vian ya gue pindah kemana. Udah ada gue Sha, gue tutup teleponnya ya, bye."

Ucapan Vian pada Thalita saat itu sangat membekas dibenak Athala. "Gue suka sama lo."

Athala mereka sebodoh itu jika kembali memikirkan hal itu. Tidak ada yang tahu soal itu, Athala tidak pernah menceritakannya pada siapapun termasuk Shasa.

"Gue gak mau terjebak sama perasaan gue ke lo Vi. Sejak awal pun gue harusnya memilih untuk tetap menjadi pengangum rahasia lo tanpa pernah melangkah sejauh ini."

***

Vian menundukan wajahnya, Bu Elma tidak memberikan jawaban sesuai dengan harapannya. Beliau tidak mengatakan kemana Athala melanjutkan sekolahnya karena alasan Athala tidak memberikan izin untuk memberitahukannya. Tapi yang pasti sekolahnya masih di satu kota dengannya.

Melihat wajah memelas Vian, Radin tahu jika Vian tidak mendapat kabar lebih soal Athala dari Bu Elma.

"Vi, lo kenal Athala sejak kapan?" Tanya Radin. Dia jadi teringat cerita Athala bahwa dia satu sekolah dengan Vian saat SMP.

Vian mengerutkan keningnya, dia bingung dengan pertanyaan Radin. Bukankah Radin tahu jika Vian mengenal Athala ya karena dirinya juga. "Pas lo nabrak Athala di kantin."

Radin mendesah. Sepertinya Vian memang tidak tahu. "Athala cerita ke gue, kalo dia itu satu SMP sama lo, katanya dia tahu lo saat lo demo eskul di penerimaan murid baru."

Keterkejutan tampak jelas di wajah Vian. Dia sama sekali tidak tahu soal itu. "Athala satu SMP sama gue?"

"Dia bilang gitu, lo serius gak tahu?"

"Gue gak tahu kalo Athala satu SMP sama gue," Vian kembali menarik dirinya pada masa lalu. Mengingat masa SMPnya dulu.

Athala. Nama itu, rasanya Vian memang pernah mendengarnya dulu. Di sekolahnya tapi Vian sama sekali tidak tahu lebih banyak soal nama itu. Hanya sekilas nama yang pernah melintas begitu saja. Mungkin Vian memang tidak sepeduli itu pada sekitarnya.

"Trus?"

"Trus apa?" Ucap Radin balik bertanya.

"Di SMP Athala kelas apa?"

"Mana gue tahu, tanya aja sendiri sama orangnya."

"Dia pernah ikut kegiatan eskul apa?"

"Gue gak tahu Vi, asli Athala cuma cerita itu aja sama gue," ucap Radin. Sebenarnya ada lagi, tapi mana mungkin Radin mengatakannya pada Vian. Itu privasi Athala. Tentang perasaan Athala pada Vian yang sudah berlangsung sejak lama.

Vian menghela napas dalam. Dia mengerti, harusnya Vian yang lebih tahu. Itu salahnya. "Thanks Rad."

Vian jadi teringat dengan buku tahunan SMPnya, nanti dia akan mencari nama Athala di sana. Dan semoga saja Vian bisa bertemu lagi dengan Athala.

-Adore You-

Adore You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang