[12] Harry atau Kita?

2.9K 155 0
                                    

Seera menjelaskan kepada Franda apa saja yang tadi Fernando omongkan kepadanya.
Seringkali emosi Franda memuncak saat cerita ibunya ini belum selesai dikatakan.
Franda rasanya sangat ingin menjotos adiknya yang dianggap sudah sangat melewati batasan kepada ibunya sendiri.

"Fernando udah keterlaluan ma! Kalo dibiarin terus, dia bakal ngelunjak dan kebiasaan berlaku gak sopan ke orang tua!"

Seera menarik tangan Franda yang hendak pergi menuju tempat Fernando berada.

"Sudalah, mama gak mau kamu berantem sama adik kamu. Bukan dia yang salah, tapi mama. Maafin mama karena mama kurang perhatian ke kalian"

Franda langsung duduk di samping ibunya lalu merangkulnya.

"Gapapa Ma, sekarang mama baikin make up ya. Baju yang Franda pake ada di mana ma?"

"Ada di kamar mama. Ayo" Seera berdiri lalu merangkul anak gadisnya itu menuju ke kamar utama.

Disisi lain,,,
Fernando sedang duduk di kursi yang berada di bawah pohon besar sambil memainkan ponsel yang sedari tadi tak lepas dari tangan dan pengelihatannya.

Bukkkk....
Suara itu membuat mata Fernando beralih dari ponsel menuju suara itu.

Dilihatnya seorang wanita yang terjatuh karena tersandung oleh batu. Wajahnya tertutup rambut panjang yang tak ia ikat  sehingga Fernando tidak bisa mengetahui siapa orang itu.

Entah ada apa dan kenapa, tiba tiba ia merasa dirinya terdorong ingin menolong anak perempuan bertubuh mungil yang terjatuh itu.

Ia masukkan ponselnya ke kantung belakang celana lalu berjalan mendekati anak perempuan yang seumurannya itu.

"Makanya rambutnya dikuncir biar keliatan tuh jalanan" Fernando tidak peduli cewek itu akan mengerti atau tidak dengan ucapannya yang barusan.

"Yeee, gue ni justru kesandung karna mau ngambil ikat rambut gue yang jatoh" Fernando tidak menyangka kalau cewek itu akan mengerti omongannya. Bahkan ia bisa membalas omongannya dengan bahasa Indonesia yang lancar.

Mungkin dia orang Indo juga.

Cewek itu masih sibuk dengan aktivitasnya, antara membersihkan pasir di dekat luka kakinya, dan menyingkirkan rambutnya yang menghalangi pandangan.

"Ayo gue temenin obatin di dalem. Itu luka lo cukup besar, mesti di perban" Fernando membungkuk, mengambil, lalu mengangkat tangan cewek itu yang tadinya sibuk membersihkan daerah sekitar lukanya.

Dukkk...
Fernando dan cewek itu spontan memegang kepala masing masing.

"Lo hati hati dong--"
"Lo hati hati dong--"

Mata Fernando dan cewek itu kini beratatapan.

Mata itu,,,

Fernando yang merasakan De Javu langsung mengalihkan pandangannya lalu berdiri tegak berusaha mengabaikan perempuan kecil yang ada di depannya ini.

Cewek itu mengibaskan rambut panjangnya lalu berusaha berdiri tegak.
Fernando langsung meninggalkan perempuan itu. Ia kembali ke kursi awal tempat ia duduk.

Perempuan itu mengikat asal rambutnya lalu berusaha mengejar Fernando yang terlebih dahulu meninggalkannya.

Dengan jalan yang pincang pincang, cewek itu berjalan lalu duduk tepat di samping Fernando duduk.
Kini mereka hanya berdua, berdua di kursi panjang bawah pohon besar.

"Lo ngapain disini?"

"Bukan urusan lo" Jawab Fernando acuh.

"Masih marah sama gue?"

My Bad Brother [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang