"Kakaknya sapa tuh. Anjir, ganteng banget. Gakuna gue."
"Anjir. Mukanya mirip Amru coeg."
"Eh iya mirip Amru."
"Ah emang jodoh mah gaada yang tau. Lo pada ambil deh tu Amru. Gue sama kakaknya aja."
Laki-laki tinggi yang mengenakan kemeja hitam elegan itu masuk ke dalam ruang kelas yang ia tuju, lalu ia mengambil nomor antrian dan duduk tenang sambil mengucik ponselnya.
"Nomor antrian 11."
Laki-laki itu mengangkat kepalanya, lalu ia berdiri dan berjalan maju ke depan untuk duduk di hadapan guru perempuan yang menjadi wali kelas dari kelas tersebut.
"Ambil punya siapa?"
"Amru Rafino." Jawabnya singkat.
Guru itu mengangguk, lalu ia mengambil buku rapot yang bertuliskan nama Amru Rafino di depannya.
"Lagi-lagi, Amru mendapat nilai yang baik. Dia kembali meraih peringkat satu. Dan dia tak memiliki permasalahan di sekolah." Ucap guru itu sambil menunjukkan senyum lebar."Apa ada biaya yang harus saya bayar?"
Guru itu menggeleng. "Semua uang kas dan uang spp sudah dibayarkan. Semua sudah lunas. Tak ada catatan penting untuk Amru. Dia laki-laki dan siswa yang baik. Saya bangga sama dia."
Laki-laki itu hanya mengangguk pelan, lalu ia berucap terima kasih dan langsung pergi dari kelas tersebut karena sedang buru-buru.
***
Di sisi lain, Amru sedang menikmati minumannya. Dengan beberapa teman juga satu sepupu kandung perempuannya, Xavier.
"Amru kalo nanti ranking satu mau kasih gue apa?"
Amru mengerutkan keningnya. "Yang ada tuh, yang ranking yang dikasih hadiah. Bukan yang ranking yang dimintain hadiah."
Xavier mendengus. "Ya gapapa dong, Amru. Ayolah. Kita jalan mau gak? Oh atau kita--"
"Amru!"
Amru dan Xavier langsung menutup kedua telinga mereka masing-masing, lalu mereka menatap segerombolan wanita yang berlari ke arah mereka.
"Minta nomor dong." Ucap salah satu perempuan yang berada paling depan di gerombolan tersebut.
"Nomor?"
Perempuan itu mengangguk. "Boleh ya?"
"Gak boleh!" Teriak Xavier sambil menatap tajam kedua bola mata gadis itu.
"Apaan sih lo. Yang gue tanya itu Amru, bukan lo!"
Xavier mendengus, lalu berdiri kemudian mendekat ke gadis tersebut. "Gue bilang gak boleh ya gak boleh!"
"Apa lo. Gak usah ikut campur urusan Amru bisa gak sih. Udah gede juga gak ingat umur. Masih aja nemplok sama Amru kemana-mana."
Xavier tertawa enyah. "Ngiri kan lo."
"Idih. Iri sama lo? Gak guna banget. Cantikan juga gue kemana-mana. Dasar cewek gatau diri!"
"Apa lo bilang?!"
"Cewek gak tau--"
"Udah-udah." Amru menarik Xavier untuk kembali duduk, lalu ia menatap perempuan yang masih menatapnya sambil tersenyum. "Lo mau apa?"
"Gue mau minta nomor--"
"Maaf, nomor gue itu privasi."
Perempuan itu bergumam sambil mengangguk menandakan mengerti. "Tapi sayangnya, gue mau minta nomor kakak lo, bukan nomor lo. Kepedean banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Brother [COMPLETED]
أدب المراهقينFranda. Gadis cantik yang menjadi kakak sekaligus pacar pura pura dari adiknya, Fernando. Franda dan Fernando adalah saudara yang berbeda 1 tahun. Mereka sempat bahagia, juga sempat sedih di waktu yang berbeda. Tetapi kini, perjalanan hidup mereka b...