[23] Truth Or Dare (2)

2.2K 137 2
                                    

"Eeekkkk" Dika mengehembuskan nafasnya sambil memegang perut setelah sendawa.

"Jorok banget si Dik, makan yang sopan emang gabisa ya? Sayang tau, tampang udah ganteng, gaya udah oke, ehh kelakuan kaya gitu. Malu sama kucing dong"

Dika menatap Kevin bingung.
"Kenapa sama kucing?"

"Kucing itu, berkelas, mahal, keren, kelakuannya manis juga. Noh. Gamalu sama kucing lo?"

Dika menggeleng.
"Jadi diri sendiri itu lebih baik dari pada menjadi orang lain dengan sikap munafik"

"Sok bijak. Orang kayak lo mana pantes ngeluarin kata kata begitu"

"Stop stop stop. Jadi main ga ini?"

Semua mengangguk.

"Gue puter yaa" Franda tersenyum lalu meletakkan botol bekas ke atas meja dan memutarnya.

"Dikaa!"

Dika langsung kalang kabut memperbaiki posisinya saat mendengar namanya disebut.

"Gue? Kenapa gue?"

"Truth or Dare??"

"Lahh jadi main? Gue kira ga jadi"

"Gausa sok pura pura gatau. Lo kira gue gak tau kalo lo mau kabur dari hukuman lo??" Franda melempar kentang gorengnya ke arah Dika.

"Iyaa iya, gue pasrah. Gue pilih truth sajalah"

Franda tersenyum licik lalu menoleh ke kanan kiri.
"Gaada yang mau ngasih question ke Dika nih??"

"Yaelah, apa sih yang gak kita tau dari Dika. Warna sempaknya sekarang aja gue tau Nda" Ucap Kevin sambil memainkan ponselnya.

"Hah? Serius? Emang warna apa Vin?" Tanya Rasya semangat.

"Laju banget ya lo kalo soal sempak. Dasar guy"

Fernando memajukan posisinya lalu menatap Kevin serius.
"Emang seriusan Vin? Warna apa?"

"Warna itam. Sempak dia nih, cuma merk biasa. Ada juga sih yang Calvin Klein. Tapi cuma satu, warna itam juga. Itupun dipake kalo ada acara acara khusus aja. Kaya sekarang gini. Lo pake sempak CK kan Dik?"

Dika mengambil satu batang rokok dari kotaknya.
"Dasar, pengumbar aib! Gak boleh tau kayak gitu! Dosa. Di Al-Quran ada tulisan, janganlah kau sebar aib saudara mu sendiri. Gak ngerti al quran sih lo Vin"

"Stop ngomong omongan sok bijak gitu. Udah gue bilang, orang kayak lo ga pantes keluarin kata kata gitu"

Franda mengetuk ngetuk meja dengan jari tengahnya tiga kali.

"Kalo kalian adu argumen mulu, kapan selesainya ini game?"

Dika dan Kevin kembali diam lalu permainan kembali dilanjutkan.

"Kalo lo semua gaada yang kreatif, gaada yang bisa buat pertanyaan, mending gue aja dah yang nanya"

"Yauda tanya aja" Jawab Dika santai.

"Siapa cewek pertama yang lo tembak, dan gimana cara lo nembak nya"

"Shit"

Dika Pov.

Waktu itu, gue kelas 9 atau kelas 3 SMP. Dulu gue masih super duper culun dan sama sekali gaada yang mau sama gue.
Gue ada suka sama anak kelas sebelah gue, dia cantik, baik, pintar, tenar, pokoknya dia itu bak princess yang diperebutkan semua siswa di SMP gue.

Tau lah ya, siapa sih yang gak mau sama cewek yang gitu? Bahkan guru aja ada loh yang naksir sama dia.

Waktu itu gue udah bener bener gak bisa nahan perasaan gue lagi.
Entah karena apa, gue tiba tiba pengen ngerubah diri gue biar jadi cowok yang menarik.

My Bad Brother [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang