Sebuah Kejujuran

99 6 0
                                    

"Tata bangun nak,gak sekolah?" Mama membangunkanku dengan lembut.

"Gak ma,males." Aku menarik selimutku,bersembunyi dibaliknya.

"Iyaudah istirahat ya sayang." Mama mengelus rambutku dan menncium pucuk kepalaku.

"Ma.." aku berucap lirih.

"Iya sayang?" Mama menatapku nanar.

"Kanker ma." Aku mulai berkaca-kaca.

Tanpa berucap lagi,mama memelukku sedih.

Aku seorang yang overthinking.Itu membuatku sedikit tidak nyaman.Ada masalah sedikit,aku langsung mengurung diri di kamar.Aku ingin membenci diriku.Kenapa aku tak bisa cuek?Tapi ini memang bukan masalah sepele.Aku ingin mengakhiri semua masalah dalam hidupku tapi tidak dengan cara kayak gini.

Pukul 10 pagi,aku masih bersembunyi di balik selimutku.Handphone ku ribut.Semua menanyakan aku sedang sakit apa.Dan jawaban yang sama aku lontarkan.

I'm Fine.

Sulit rasanya menerima kenyataan sekarang.Disaat kamu kehilangan semuanya,bahkan hidupmu juga dalam waktu bersamaan.Aku bukannya menyerah pada kanker itu,tidak.Aku masih ingin hidup.Masih ingin melanjutkan hal-hal yang tertunda.Tapi aku capek.Semuanya selalu aja sia-sia kan?

Karena bosan,aku memutuskan untuk melangkah ke dekat jendela kamar.Duduk pada kursi disana dan menatap ke luar dengan perasaan hancur.

Kenapa harus aku?apa gak cukup puas aku kehilangan semua yang aku pertahankan?apa aku juga harus kehilangan nyawaku sendiri?kenapa dunia ini kejam banget?apa dunia ini benci sama aku?kenapa harus aku Tuhan?

Aku berucap di dalam hati.Sakit banget rasanya.Sudah seharian ini aku menangis.Aku enggan buat cerita ke semua orang.Gak bakal ada yang bener-bener paham.

Handphoneku berbunyi lagi.Ada pesan masuk lagi.

David : kamu gak sekolah?

Aku sedikit mendengus.

Tata : enggak

David : kamu kenapa?

Tata : sakit

David : sakit apa?cepet sembuh ya

Tata : demam.makasih

David : kok kamu jutek banget?

Tata : masalah?

David : nanti cantiknya ilang lo :)

Tata : oh

Balasan berikutnya dari David enggan untukku baca apalagi untuk dibalas.Bukannya aku gak mau buka hati,tapi ya melihat keadaanku sekarang kayaknya enggak banget buat deket-deket sama cowok.Dan Fajar,dia menghilang.

Berjam-jam aku duduk di samping jendela.Memastikan bahwa hatiku siap menerima kenyataan pahit ini.Tapi,selalu gagal.Beratus-ratus kali aku mencoba meyakinkan diri kalau aku pasti bisa dan harus kuat.Beratus-ratus kali juga aku gagal.Mataku sembab menangis seharian.

"Tata,makan dulu ya?" Ucap mama yang berdiri disampingku.

Aku hanya menggelengkan kepala.Tal ada kata yang mau keluar dari mulutku.

"Biar cepet sembuh sayang." Mama membujukku lagi.

Aku tetap menggelengkan kepala.

"Yasudah makanannya mama taruh di atas meja ya,nanti kamu harus makan." Mama meletakkan makanan di atas meja dan mengusap lembut rambutku kemudian meninggalkanku kembali di kamar.Aku tau mama pasti sangat sedih.Bagaimana tidak,putri satu-satunya sedang berada di ujung waktu kematian,semoga tidak.

Matahari Belum MenyerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang